February 3, 2012

Semakin Berat Semakin Ajib

Terhitung sejak 31 Januari 2012 malam, saya menempati kamar baru di rumah seorang rekan dari Indonesia, Mas Izul namanya, di jalan Planetenlaan. Tidak lama sih, cuma 10 hari sampai tanggal 10 Februari 2012 karena setelah itu saya akan pulang ke Indonesia. Terkait dengan kepindahan itu, ada sedikit hal yang ingin saya share.

Letak rumah Mas Izul ini (atau kosan saya-sebutlah demikian) cukup dekat dengan masjid. Di kosan yang baru ini, jarak tempuh ke masjid (Selwerd, bukan Turki/Korreweg) hanya sekitar 7 menit bersepeda. Berbeda sekali dengan kosan yang lama, yaitu sekitar 25 menit. Hal ini patut saya syukuri karena dengan begitu (seharusnya) saya bisa lebih intens lagi berkunjung ke masjid. Kalau dulu saya sering mengkambinghitamkan jarak, (seharusnya) kini ia (jarak) sudah menjadi kambing putih.

Akan tetapi, meski jarak sudah dikambingputihkan, rupanya setan masih memiliki stok kambing-kambing hitam lainnya. Ya harap maklum, namanya juga setan, misinya aja menyesatkan manusia. Kalau mereka diam saja menyaksikan manusia taat kepada Allah, bukan setan namanya. Btw kambing hitam yang disodorkan kepada saya kali ini, setelah jarak berubah menjadi kambing putih, adalah cuaca.

Beberapa hari ini, cuaca di Groningen selalu berada di bawah 0 derajat. Minus. Atau orang fisika menyebutnya berada di bawah titik beku. Saya yang sudah berpakaian anti dingin pun (long john, thermal shirt, jacket, syal, kupluk, kaos tangan kulit, kaos kaki wol, dan jeans) masih bisa diterobos oleh nakalnya suhu yang dibawah minus itu. Di tengah cuaca seperti ini, praktis merapatkan diri di kamar adalah pilihan yang paling nyaman.

***

Berajin-rajin di kamar memang sangat menyenangkan. Apalagi ditemani dengan internet yang super duper cepat, 30an Mbps, pilihan untuk keluar rumah rasanya menjadi opsi terakhir. “Kalau tidak ada keperluan yang mendesak, tak usahlah keluar rumah, dingin begitu kok” begitu kira-kira setan memprovokasi.

Akan tetapi sebagai seorang muslim, saya “berkewajiban” untuk keluar rumah 5x sehari untuk melaksanakan sholat berjamaah, meski sebenarnya saat ini saya mendapatkan dispensasi. Maka konsekuensinya, pilihan untuk keluar rumah sejatinya bukanlah menjadi opsi terakhir. Justru harus menjadi opsi kedua setelah berajin-rajin di kamar. Tetapi, untuk merealisasikan hal itu beratnya bukan kepalang. Nah, dalam situasi inilah saya menjumpai Islam begitu cerdas memotivasi para pemeluknya untuk senantiasa istiqomah dalam beribadah kepada Allah.

Dalam Islam, saya mengenal kaidah seperti ini: “semakin sulit (berat) suatu ibadah, semakin besar pahala yang diraih.” Kaidah ini disimpulkan dari beberapa hadits dari Rasulullah saw. Berikut beberapa haditsnya:
"Orang yang membaca al-Qur'an sedangkan dia mahir melakukannya, kelak mendapat tempat di dalam syurga bersama-sama dengan rasul-rasul yang mulia lagi baik. Sedangkan orang yang membaca al-Qur'an, tetapi dia tidak mahir, membacanya tertegun-tegun dan nampak agak berat lidahnya (belum lancar), dia akan mendapat dua pahala." (HR Bukhari & Muslim)
“Maukah aku tunjukkan kepada amal yang dengan Allah hapuskan kesalahan-kesalahan dan meninggikan dengan derajat? mereka berkata, ”Mau wahai Rosulullah!” Beliau bersabda, ”Menyempurnakan wudlu ketika sulit, banyak berjalan menuju masjid, dan menunggu sholat setelah sholat itulah ribath, itulah ribath, itulah ribath”. (HR Muslim).

Dalam hadits pertama, terlihat jelas bahwa “keberatan” seseorang dalam beribadah mendapat ganjaran yang berlipat. Dalam hadits itu, Rasulullah saw memompa semangat umat Islam yang belum lancar membaca al-Qur’an dengan ganjaran dua pahala.

Di hadits kedua, kaidah yang saya sebutkan di atas semakin tampak jelas. Kalimat yang saya cetak tebal dan diberi garis bawah itu sudah cukup menjelaskan bagaimana tingginya nilai ibadah ketika ibadah itu sulit atau berat untuk dilakukan.

Kalau sudah seperti ini, lalu apalagi yang menghalangi dirimu untuk istiqomah? Apalagi yang menghalangimu mengintensifkan diri ke masjid? Allah swt sudah begitu Pemurahnya mengobral pahala untuk setiap genjotan-genjotan yang berat, jari-jari yang membeku, dan desahan-desahan nafas yang tertahan. So, ambil sepedamu dan meluncurlah.


Di kamar baru, sedang nge-drop setelah diserbu suhu minus berhari-hari.

0 comments:

Post a Comment