Terhitung sejak 31 Januari 2012
malam, saya menempati kamar baru di rumah seorang rekan dari Indonesia, Mas
Izul namanya, di jalan Planetenlaan. Tidak lama sih, cuma 10 hari sampai
tanggal 10 Februari 2012 karena setelah itu saya akan pulang ke Indonesia. Terkait
dengan kepindahan itu, ada sedikit hal yang ingin saya share.
Letak rumah Mas Izul ini (atau
kosan saya-sebutlah demikian) cukup dekat dengan masjid. Di kosan yang baru
ini, jarak tempuh ke masjid (Selwerd, bukan Turki/Korreweg) hanya sekitar 7
menit bersepeda. Berbeda sekali dengan kosan yang lama, yaitu sekitar 25 menit.
Hal ini patut saya syukuri karena dengan begitu (seharusnya) saya bisa lebih
intens lagi berkunjung ke masjid. Kalau dulu saya sering mengkambinghitamkan jarak,
(seharusnya) kini ia (jarak) sudah menjadi kambing putih.
Akan tetapi, meski jarak sudah
dikambingputihkan, rupanya setan masih memiliki stok kambing-kambing hitam
lainnya. Ya harap maklum, namanya juga setan, misinya aja menyesatkan manusia. Kalau
mereka diam saja menyaksikan manusia taat kepada Allah, bukan setan namanya. Btw
kambing hitam yang disodorkan kepada saya kali ini, setelah jarak berubah menjadi
kambing putih, adalah cuaca.
Beberapa hari ini, cuaca di
Groningen selalu berada di bawah 0 derajat. Minus. Atau orang fisika menyebutnya
berada di bawah titik beku. Saya yang sudah berpakaian anti dingin pun (long
john, thermal shirt, jacket, syal, kupluk, kaos tangan kulit, kaos kaki wol,
dan jeans) masih bisa diterobos oleh nakalnya suhu yang dibawah minus itu. Di tengah
cuaca seperti ini, praktis merapatkan diri di kamar adalah pilihan yang paling
nyaman.
***
Berajin-rajin di kamar memang
sangat menyenangkan. Apalagi ditemani dengan internet yang super duper cepat,
30an Mbps, pilihan untuk keluar rumah rasanya menjadi opsi terakhir. “Kalau
tidak ada keperluan yang mendesak, tak usahlah keluar rumah, dingin begitu kok”
begitu kira-kira setan memprovokasi.
Akan tetapi sebagai seorang
muslim, saya “berkewajiban” untuk keluar rumah 5x sehari untuk melaksanakan sholat
berjamaah, meski sebenarnya saat ini saya mendapatkan dispensasi. Maka konsekuensinya,
pilihan untuk keluar rumah sejatinya bukanlah menjadi opsi terakhir. Justru harus
menjadi opsi kedua setelah berajin-rajin di kamar. Tetapi, untuk merealisasikan
hal itu beratnya bukan kepalang. Nah, dalam situasi inilah saya menjumpai Islam
begitu cerdas memotivasi para pemeluknya untuk senantiasa istiqomah dalam
beribadah kepada Allah.
Dalam Islam, saya mengenal kaidah
seperti ini: “semakin sulit (berat) suatu ibadah, semakin besar pahala yang
diraih.” Kaidah ini disimpulkan dari beberapa hadits dari Rasulullah saw. Berikut
beberapa haditsnya:
"Orang yang membaca al-Qur'an sedangkan dia mahir melakukannya, kelak mendapat tempat di dalam syurga bersama-sama dengan rasul-rasul yang mulia lagi baik. Sedangkan orang yang membaca al-Qur'an, tetapi dia tidak mahir, membacanya tertegun-tegun dan nampak agak berat lidahnya (belum lancar), dia akan mendapat dua pahala." (HR Bukhari & Muslim)
“Maukah aku tunjukkan kepada amal
yang dengan Allah hapuskan kesalahan-kesalahan dan meninggikan dengan derajat?
mereka berkata, ”Mau wahai Rosulullah!” Beliau bersabda, ”Menyempurnakan wudlu ketika sulit, banyak berjalan menuju masjid,
dan menunggu sholat setelah sholat itulah ribath, itulah ribath, itulah
ribath”. (HR Muslim).
Dalam hadits pertama, terlihat
jelas bahwa “keberatan” seseorang dalam beribadah mendapat ganjaran yang
berlipat. Dalam hadits itu, Rasulullah saw memompa semangat umat Islam yang
belum lancar membaca al-Qur’an dengan ganjaran dua pahala.
Di hadits kedua, kaidah yang saya
sebutkan di atas semakin tampak jelas. Kalimat yang saya cetak tebal dan diberi garis bawah itu sudah
cukup menjelaskan bagaimana tingginya nilai ibadah ketika ibadah itu sulit atau
berat untuk dilakukan.
Kalau sudah seperti ini, lalu apalagi
yang menghalangi dirimu untuk istiqomah? Apalagi yang menghalangimu mengintensifkan
diri ke masjid? Allah swt sudah begitu Pemurahnya mengobral pahala untuk setiap
genjotan-genjotan yang berat, jari-jari yang membeku, dan desahan-desahan nafas
yang tertahan. So, ambil sepedamu dan meluncurlah.
Di kamar baru, sedang nge-drop setelah diserbu suhu minus berhari-hari.
Di kamar baru, sedang nge-drop setelah diserbu suhu minus berhari-hari.
0 comments:
Post a Comment