February 3, 2015

Metode Menaklukan Jiwa

Saya baru saja selesai membaca buku Metode Menaklukan Jiwa (MMJ)karangan Al-Ghazali. Buku ini saya beli sekitar seminggu yang lalu. Sebenarnya awalnya saya bukan mau beli buku ini, tapi beli buku lain, yaitu Metode Menjemput Cinta (MMC) karangan Al-Ghazali juga. Akan tetapi, setelah saya lihat daftar isinya, sepertinya saat ini saya lebih membutuhkan buku MMJ daripada MMC. Selain itu, buku MMJ terlihat lebih “nyikologis” karena banyak berbicara tentang jiwa, hati, dan nafs. Dalam tulisan ini, saya akan merangkum inti dari buku MMJ tersebut. 

Well, karena di judul buku tercantum “Pengendalian Nafsu dalam Perspektif Sufistik”, maka isi buku juga sangat sufisme sekali. Al-Ghazali mengambil metode dari Yahya ibn Muadz Al-Razi yang menerangkan bahwa dalam menaklukan jiwa, seseorang perlu mendisiplinkan diri dengan empat hal, yaitu: menyedikitkan makan, menahan tidur, membatasi ucapan, dan bersabar terhadap perbuatan orang lain.

1.       Menyedikitkan Makan
Dalam buku itu disebutkan bahwa menyedikitkan makan dapat mengalahkan hawa nafsu. Ghazali menyampaikan tentang keutamaan rasa lapar disertai dalil-dalilnya. Misalnya hadist dari Rasulullah Saw, “Perangilah nafsumu dengan lapar dan rasa haus karena sesungguhnya pahala dalam hal itu seperti pahala berperang di jalan Allah. Tidak ada amal yang lebih dicintai di sisi Allah kecuali rasa lapar dan rasa haus”. Beliau Saw juga bersabda, “Janganlah kalian membunuh hati kalian dengan banyak makan dan minum, karena sesungguhnya hati laksana ladang pertanian yang akan mati jika terlalu banyak air.” Selanjutnya, hadist yang sering disampaikan dalam buku ini, “Tidaklah pernah seorang anak Adam mengisi bejana yang lebih buruk daripada perutnya sendiri. Oleh karena itu, cukuplah bagi anak Adam beberapa suap kecil yang dapat menegakkan tulang punggungnya; jika dia tidak mampu dengan ini, hendaklah diisinya dengan sepertiga untuk makanan, sepertiga untuk minuman, dan sepertiga lagi untuk nafasnya.”

Ghazali sangat menekankan tentang pentingnya menjaga perut agar tetap lapar. Masalahnya, beberapa kisah ulama sufi yang beliau paparkan menurut saya cenderung berada dalam posisi ekstrem, misalnya mereka terbiasa tidak makan selama 3 hari. Bahkan ada kisah yang menyebutkan bahwa seorang ulama sufi sanggup tidak makan selama 60 hari. Hal ini tentu diluar nalar manusia zaman modern, tapi toh sudah pernah terjadi.

2.       Menahan tidur
Menahan tidur dapat menjernihkan keinginan. Ghazali memaparkan bahwa tidur bisa mengeraskan dan mematikan hati kecuali jika seseorang tidur hanya sekedar untuk memenuhi kebutuhannya yang tengah berupaya menyibak tabir Yang Mahagaib. Tidur berlebihan berarti menghabiskan waktu dengan sia-sia. Orang harus dapat memanfaatkan saat-saat menjelang subuh untuk bermunajat, aktivitas yang paling tinggi nilainya dibandingkan tidur yang merupakan aktivitas paling rendah.

Dalam hal ini, kita sendiri sering mendengar hadist bahwa Rasulullah Saw sering terjaga di malam hari untuk tahajud sampai kaki beliau bengkak. Kita sering membaca artikel di media massa maupun internet yang menyatakan bahwa manusia butuh tidur selama 8 jam sehari. Menurut saya, itu pendapat yang kurang tepat dan tidak perlu dipraktekan karena dengan begitu 1/3 (sepertiga) hidup kita di dunia akan dihabiskan hanya untuk tidur. Kapan berkaryanya?

3.       Membatasi ucapan
Ada satu hadist yang sangat populer tentang hal ini, yaitu Rasulullah Saw mewasiatkan kepada kita untuk bicara baik atau diam. Ada hadist Rasulullah Saw lainnya yang berbunyi, “Barangsiapa menjaga lidahnya, dia akan diselamatkan.” Banyak kejahatan manusia, misalnya memfitnah, mencerca, menjilat, berbohong, dan mengutuk, terjadi karena ucapan yang kurang dipertimbangkan.

Al-Ghazali mengutip pendapat seorang tokoh yang tidak disebutkan namanya: “Lidah seorang bijak terletak di bawah hatinya, jika dia ingin bicara, ucapannya akan merujuk pada hatinya, dan jika ucapannya itu selaras, barulah dia berbicara. Jika tidak, dia akan menutup mulutnya. Namun, hati orang pander terletak di ujung lidahnya. Kata-kata yang diucapkannya tidak merujuk pada hatinya, dan apa saja yang ingin diucapkan lidahnya, maka dia pun mengatakannya.

4.       Bersabar terhadap perbuatan orang lain
Bersabar terhadap gangguan orang lain akan membawa keberhasilan mencapai cita-cita. Sebab tidak ada yang paling sulit bagi seorang hamba selain bersikap santun ketika dihina dan bersabar terhadap hal-hal yang menyakitkan. Dalam hal ini, kita juga sering mendengar kisah tentang Rasulullah Saw. yang selalu diludahi oleh seorang Yahudi ketika akan berangkat ke masjid. Beliau Saw. yang akhlaknya mulia itu tidak pernah marah, bahkan beliau menjadi penjenguk pertama ketika si Yahudi itu sakit. Masya Allah…


#Wisma Pakdhe

3 comments:

  1. Tulisan yang bagus, ijin share. Semoga sukses menyertaimu Eden Fazard.

    ReplyDelete
  2. Saya teringat dengan sebuah hadist yang menyatakan bahwa islam itu datang sebagai sesuatu yang asing nanti suatu saat islam juga akan asing bukan dari sisi jumlahnya tapi dari tata nilai yang terkandung dalam ajaran islam. 4 hal yang terangkum dalam MMJ adalah nilai-nilai dalam ajaran islam yang sudah jarang kita lihat dalam kehidupan sehari-hari. Semoga kita diberi kekuatan untuk bisa mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari, yang pada klimaksnya kita bisa menaklukkan jiwa.

    ReplyDelete
  3. Hanya kepada allah semuanya dikembalikan...segala puji bagi allah yang maha segalanya....aminn

    ReplyDelete