Tersayat. Lagi-lagi hati ini
tersayat oleh berita duka cita. Kemarin, Jumat 16 Januari 2015, seorang kawan
mengabarkan bahwa Ibu Wantih, Ibunda dari Rendi (kawan saya di Tangerang)
meninggal dunia. Saya terpukul bukan karena berita kepergiannya, tapi karena
penyebabnya. Beliau meninggal karena penyakit kanker payudara yang sudah lama
dideritanya. Mirip dengan ibu saya.
Sehari sebelumnya, waktu saya
nelepon Bapak, beliau mengabarkan bahwa istri dari Bang Rendi (Rendi lainnya)
meninggal. Sakit sebentar, kemudian dibawa ke RS, lalu meninggal. Apa penyakit
yang diderita, Bapak saya juga tidak tau.
Entah mengapa sekarang banyak
kaum ibu di tempat tinggal saya yang meninggal karena penyakit yang cukup
serius, mulai dari kanker, diabetes, tumor, dan penyakit lainnya. Usia mereka
sebenarnya belum tua, masih sekitar 40-an. Istri dari Bang Rendi malah lebih
muda lagi, belum sampai 40 saya kira. Tapi mereka sudah meninggal. Yah,
terlepas dari takdir Allah tentunya, menurut saya ini merupakan fenomena.
Karena sepanjang yang saya tau, hal ini sebelumnya belum pernah terjadi di
kampung saya. Pertanyaan besar mengganggu pikiran saya, ada apa sebenarnya?
Berbicara tentang penyakit tentu
tidak terlepas dari permasalahan kesehatan. Apakah tingkat kesehatan masyarakat
di kampung saya sudah sebegitu menurunnya? Lalu faktor apa yang membuatnya
turun? Pola makan? Gaya hidup? Atau apa?
Mengapa tidak ada perhatian dari
pemerintah tentang hal ini? Atau ada, tapi saya tidak tahu? Kalau ada, mengapa
tren penyakitnya bukan justru menurun, malah sebaliknya?
Ya Tuhan, saya tersiksa dengan
perasaan ini. Tersiksa dengan ketidakberdayaan saya. Apa yang bisa saya lakukan
untuk kampung saya?
***
Khusus untuk Rendi dan adiknya,
Heri, saya sangat memahami bagaimana perasaan mereka ditinggal ibu. Bahkan
mereka lebih nelangsa lagi karena ayah mereka juga sudah meninggal di saat
mereka masih sangat kecil. Kalau tidak salah, waktu itu Rendi masih SD atau
awal SMP (Rendi seangkatan dengan saya). Artinya, mereka sudah menjadi yatim
piatu di usia yang masih muda.
Saya sendiri kini merasakan
bagaimana haus dan rindunya kasih sayang dari seorang ibu yang sudah tidak bisa
saya dapatkan lagi. Tapi saya masih beruntung karena masih memiliki ayah,
sedangkan Rendi dan Heri? Mereka sudah tidak memiliki siapa-siapa lagi selain
saudara-saudara dari orangtua mereka.
Ah, semoga mereka menjadi
anak-anak sholih yang menjadi pahala jariyah bagi kedua orangtuanya di alam
barzah.
Benar-benar sedih.
Wisma Pakdhe.
0 comments:
Post a Comment