Kota Groningen di hari Minggu seperti
kota tidak berpenduduk. Sepi senyap. Kota ini berubah sedemikian drastisnya dari
hari2 biasanya. Kalau saat weekdays kota ini ramai dengan orang yang berlalu
lalang dan bertransaksi di pertokoan, maka tidak pada hari ini karena hampir
semua toko tutup pada hari Minggu.
Ya, satu hal yang sulit saya
mengerti adalah mengapa toko2 itu justru tutup pada saat hari libur, hari
dimana orang2 justru punya banyak waktu luang. Logika sederhananya seharusnya
para pemilik toko memanfaatkan momen tersebut untuk meraup keuntungan lebih
besar lagi, seperti yang sering kita jumpai di Indonesia, tapi nyatanya itu tidak
terjadi.
Rupanya, tutupnya toko2 tersebut
sebenarnya bukan murni atas kehendak para pemilik toko, tapi karena adanya
peraturan pemerintah. Pemerintah, yang didukung kuat oleh kalangan Kristen,
menghendaki pertokoan tutup pada hari Minggu agar warga bisa beristirahat dan
beribadah. Pengecualian dilakukan di kota2 wisata/turis, seperti Amsterdam.
Kondisi ini sangat berkebalikan
dengan Indonesia. Seperti yang kita ketahui, di Indonesia pertokoan selalu buka
7 hari seminggu. Bahkan tidak sedikit yang berani mengusung sistem 24/7. Buka
24 jam sehari , 7 hari seminggu. Seolah2 tidak mengenal istirahat.
Saya sendiri setiap hari Minggu
biasanya ikut latihan bulu tangkis dan futsal. Selain untuk membuyarkan sepi
dan menjaga kesehatan, berolahraga juga bisa jadi ajang silatu’ukhuwah saya dengan warga Indonesia.
0 comments:
Post a Comment