Tadi malam saya mendapatkan mimpi
yang luar biasa indah. Mimpi yang sekaligus menjadi jawaban atas
kegundahgulanaan saya selama ini. Mimpi yang juga mampu menegaskan keraguan
hati. Dan mimpi yang akhirnya membuat saya tenggelam dalam ekstase ketidakpercayaan
sampai saat ini.
Tadi malam, tidak seperti
biasanya, saya tidur agak telat. Menjelang jam 1 pagi saya baru bisa merebahkan
tubuh di atas kasur. Biasanya, jam 11 atau 12 malam saya sudah siap2 tidur,
tapi karena tadi malam saya harus berkoordinasi dengan 2 orang kawan, akhirnya
saya tidur agak telat.
Tadi malam saya berembug dengan
Mas Edi dan Habib tentang rencana liburan akhir tahun kami ke Turki. Sebenarnya
itu juga rencana mendadak. Kami baru merencanakan itu beberapa menit setelah
menerima email dari seorang rekan di milis PPIG (Persatuan Pelajar
Indonesia-Groningen) tadi malam. Email tersebut berisi tentang promo paket
liburan ke Turki seharga 169 euro untuk 4 hari.
Paket liburan ke Turki seharga
169 euro selama 4 hari itu sangat menggiurkan. Apalagi harga itu sudah termasuk
tiket PP, penginapan, dan sarapan. Padahal, dalam kondisi normal, uang segitu
belum tentu cukup menutupi tiket perjalanan PP. Ah, saya yang memang sudah lama
memimpikan rihlah ke tanah Turki untuk melihat sisa2 kejayaan Islam di masa
silam, benar2 tergoda. Tak pelak, jari dan mata saya pun langsung menggebu menelusuri
promo itu. Sambil tetap berembug, saya memelajari promo itu dengan seksama.
Setelah saya telusuri dan pelajari,
ternyata harga yang berlaku untuk keberangkatan akhir tahun ini lebih mahal,
yaitu 249 euro. Harga yang 169 euro itu berlaku jika saya mengambil tanggal di
jauh2 hari, mulai dari akhir Januari.
Sejenak saya berpikir, sepertinya
harga 249 euro itu adalah harga yang normal, tidak ada yang istimewa (tidak
murah). Well, mungkin agak istimewa karena waktunya yang pas saat tahun baru,
momen yang biasanya akan melambungkan harga tiket pesawat dan hostel.
Hmm…saya jadi bingung, apakah
akan mengambil paket ini atau tidak. Kalau saya ambil, rencana yang saya buat
sekembalinya nanti ke tanah air kemungkinan akan tergganggu karena rencana2
tersebut membutuhkan sumber daya material. Dan tentu akan mengganggu juga rencana
membeli teleskop impian.
Akan tetapi, tidak mengambil
promo ini pun agak disayangkan mengingat saat ini saya sudah berada di Eropa. Sudah
dekat sekali dengan Turki, negeri yang menjadi saksi keruntuhan khilafah
terakhir. Memulai perjalanan dari Eropa tentu akan jauh lebih efektif dan
efisien dibanding dari Indonesia, terutama dari segi biaya.
Ah, lagi2 saya dihadapkan pada
keadaan dilematis. Karena masih kebingungan, akhirnya saya minta waktu pada Mas
Edi dan Habib untuk mengambil keputusan. Saya bilang insyaallah besoknya saya
akan kabari lagi. Mereka sendiri sepertinya sudah mantap ingin mengambil promo
tersebut.
Setelah rembugan selesai, saya
pun langsung tidur. Sebelum tidur, sempat terbersit harapan agar Allah menunjukkan
jalan yang terbaik dari perkara ini. Dan ternyata, Dia Yang Maha Bijaksana
membayar lunas harapan yang saya gantungkan pada-Nya. Dalam tidur itu, Allah mendatangkan
mimpi yang indah tak terperi.
Saya bermimpi melihat Ka’bah! Ya,
tidak salah lagi, bangunan berwarna hitam yang sedang dikelilingi orang2 itu
adalah Ka’bah. Subhanallah! Luar biasanya lagi, ternyata saya tidak melihatnya
dengan mata kepala saya langsung, melainkan melalui perantara alat. Teleskop!
Ya, saya melihat Ka’bah dan umat muslim di sekelilingnya dengan menggunakan teleskop.
Masyaallah! Inikah petunjuk Allah? Inikah pilihan Allah? Inikah jawaban Allah
atas segala kebimbangan yang saya alami?
Pertama saya bimbang apakah harus
membeli teleskop atau tidak karena masih mempertimbangkan maslahat dan
mudharatnya. Ketika kebimbangan itu belum teratasi, saya didatangi kebimbangan
kedua yang sedikit banyak menggoyahkan niat untuk membeli teleskop. Dan akhirnya,
Allah memberikan petunjuk atas kebimbangan saya dengan cara-Nya yang indah.
Masyaallah, saya benar2 tenggelam
dalam ekstase ketidakpercayaan.
0 comments:
Post a Comment