Telah saya ceritakan bahwa pada
hari keempat saya bertualang menuju Piramida Giza dengan berkuda. Meski hampir
seharian berkuda, tapi nyatanya kami tidak sampai ke dalam area utama piramida.
Si guide hanya mengantar kami sampai area luar dan beralasan bahwa kuda
tidak boleh dibawa masuk. Kenapa gak dibilang dari awal? Dasar culas
(-___-).
Kami selesai berkuda pukul empat
sore. Jam segitu pintu masuk piramida sudah hampir ditutup. Saya sendiri
sebenarnya sudah tidak ada keinginan lagi untuk masuk ke area piramida
mengingat badan saya sudah sangat sakit dan lelahnya. Saya bahkan tidak punya
gairah untuk sekedar mengambil gambar meski pemandangan piramida dari gurun
sangat indah. Akan tetapi, para junior merasa tidak enak hati kepada saya karena
belum masuk ke area piramida sehingga mereka mencoba mengusahakan agar saya bisa
masuk ke sana.
Buru-buru kami beranjak dari tempat
kuda menuju pintu masuk, tapi begitu sampai pintu masuk, ternyata loket sudah
ditutup dan para security juga telah sibuk meminta pengunjung agar
keluar. Karena sudah tidak ada yang bisa dilakukan lagi, akhirnya kami pulang
ke Kairo.
Sebelum kembali ke kontrakan,
kami mampir ke pasar Khan el-Khalili. Ini adalah pasar murah yang sangat
terkenal di Kairo. Disini banyak dijual souvenir khas Mesir. Tidak heran jika pasar ini menjadi salah satu tujuan belanja para
turis, baik lokal maupun mancanegara. Saya sendiri membeli beberapa cindera
mata, baik untuk diri sendiri maupun untuk oleh-oleh.
![]() |
Pasar Khan el-Khalili (sumber : Google) |
Sesampainya di kontrakan, setelah
bersih-bersih badan, langsung saya rebahkan diri di atas kasur. Selang beberapa
saat, Zaki datang ke kamar. Dia rupanya sudah mendengar cerita dari para
juniornya dan kemudian meminta maaf kepada saya karena gagal masuk ke piramida.
Woles aja kali Zak zzzz. Zaki lalu menawarkan untuk membawa saya lagi ke
Giza esok hari agar bisa masuk ke area utama piramida.
Sebenarnya besok saya sudah punya
rencana ingin mengunjungi taman Al-Azhar, Benteng Salahudin Al-Ayubi, lalu
sholat Jum’at di masjidnya, mengingat Masjid Salahudin sangat megah dan saya
belum sempat masuk ke dalamnya. Lagi
pula sebetulnya saya sudah tidak terlalu tertarik mengunjungi piramida. Bukan
karena trauma kuda lho (wkwkwk), tapi karena menurut saya piramida ya gitu-gitu
aja. Bagi saya, sudah melihat bentuknya saja sudah cukup, meski tidak masuk ke
area utamanya. Tapi Zaki bilang tidak afdhol kalau ke Mesir tidak masuk
ke piramida, haha. Akhirnya ya sudah, kami putuskan untuk pergi ke piramida
lagi esok harinya.
Mengingat hari itu adalah hari
Jum’at yang cenderung pendek, maka kami berangkat pagi-pagi sekali. Sekitar jam
delapan kami sudah keluar kontrakan. Kali ini hanya saya dan Zaki yang
berangkat. Tiba di piramida kurang lebih pukul 09.30. Saat itu kami datang dari
pintu belakang. Suasana pintu masuk piramida luar biasa padatnya. Maklum, hari
Jum’at adalah hari libur di Mesir, sehingga banyak orang Mesir yang datang dari
daerah untuk berwisata kesini.
Suasana di loket tiket piramida pintu belakang (sumber : dokumentasi pribadi) |
Zaki bilang seharusnya kita tidak
masuk lewat sini karena disini bukan pintu masuk turis asing. Adapun pintu
masuk yang biasa didatangi turis asing ada di pintu depan. Pintu masuk yang
kami datangi didominasi oleh orang Mesir. Sebenarnya tidak masalah mereka orang
Mesir atau bukan selama mereka tertib, tapi justru disitulah masalahnya. Orang
Mesir cenderung tidak tertib. Mereka tidak bisa mengantri sebagaimana kita
terbiasa mengantri. Perilaku buruk itu diperparah dengan badan mereka yang
berukuran jumbo, sangat tidak sebanding dengan postur orang Indonesia. Alhasil,
setelah setengah jam berjibaku mencoba membeli tiket, Zaki menyerah. Tiket
masih belum didapatkan. Akhirnya kami pindah ke pintu depan. Karena jarak dari
pintu belakang ke pintu depan lumayan jauh, kami menyewa bajaj untuk menuju
kesana.
Memang luar biasa Mesir ini,
segala jenis transportasi ada di sini. Ya bajaj. Ya metro. Ya angkot. Ya taksi.
Bahkan ada becak juga di Egyptian Museum, tapi cuma Fir’aun yang boleh pakai :p
Di pintu depan, situasi dan
kondisi cenderung lebih kondusif. Antrian untuk membeli tiket cenderung lebih
tertib. Dalam waktu yang relatif singkat, kami sudah mendapatkan tiketnya.
Harga HTM piramida 40 EGP untuk student (bukan 35 EGP seperti yang
kemarin teman Zaki bilang, mungkin sudah naik) dan 80 EGP untuk umum. Tanpa
berlama-lama lagi, kami langsung masuki area utama Piramida Giza.
Suasana di loket tiket pintu depan (sumber : dokumentasi pribadi) |
Setelah melihat langsung piramida
dari dekat, menurut saya ada dua keajaiban yang membuat saya takjub. Pertama. sebagaimana
orang-orang pada umumnya takjub, saya juga takjub memikirkan bagaimana caranya batu-batu
tersebut disusun sedemikian rupa sehingga membentuk bangunan yang megah? Ukuran
batu-batu yang tersusun itu sangat besar lho dan pastinya sangat berat. Keajaiban
kedua, setau saya piramida di Giza ini sudah hancur diacak-acak robot
Transformers pada tahun 2009, tapi mengapa ketika saya datang bentuknya masih
bagus? Benar-benar ajaib!!!
Di piramida yang paling besar,
sebenarnya ada bagian yang bisa dimasuki, disebut The Great Pyramid. Tapi untuk
masuk kesitu harus membeli tiket di pintu depan seharga 100 EGP untuk student
(setara Rp 70.000, kurs 1 EGP = Rp 700) dan 200 EGP untuk umum. Karena kami
tidak membeli tiket terusannya, maka kami tidak masuk. Akhirnya kami meneruskan
eksplorasi kami ke tempat-tempat yang lain hingga sampailah kami di satu
piramida yang sangat kecil. Di piramida itu, pengunjung diperbolehkan masuk
tanpa harus membeli tiket terusan. Tapi anehnya penjaga hanya memperbolehkan
orang asing saja yang masuk, sedangkan orang Mesir dilarang. Saat kami mau
masuk, ada sekelompok pemuda Mesir yang juga hendak masuk. Penjaga langsung
mempersilahkan kami, sedangkan pemuda-pemuda tadi tidak diperbolehkan. Tapi
bukan orang Mesir namanya kalau menyerah begitu saja tanpa berdebat. Setelah
berdebat toh akhirnya mereka juga diperbolehkan masuk.
Penjaga yang melihat kami ragu
untuk masuk dengan ramahnya meyakinkan kepada kami bahwa di dalam sana aman. Sikap
penjaga yang cenderung humble kepada kami, turis asing, membuat kami curigation
(baca: curiga). Karena jarang sekali saya mendapati sikap yang seperti itu selama
saya di Mesir. “Jangan-jangan ada udang di balik bakwan nih” pikiran
buruk saya saat itu (semoga Allah mengampuni su’udzhon saya *peace*). Dan benar
saja, ketika kami keluar dari piramida itu, si penjaga ternyata meminta tips
kepada kami. Wakwaw…
Ini nih yang tidak habis saya
pikir, mengapa banyak oknum orang Mesir yang dengan terang-terangan tanpa malu meminta
tips kepada turis. Kemarin juga waktu naik kuda si guide minta tips
kepada kami. Tidak tanggung-tanggung, dia minta tiap orang memberinya tips 20
EGP. “Ini minta tips apa memalak?” pikir saya dalam hati. Sudah tanpa
malu, maksa pula! Lalu di dalam area piramida juga ada anak muda yang minta
tips karena telah membantu kami foto, padahal dia sendiri yang menawarkan
bantuan. Heran saya!
Karena waktu yang sudah semakin
dekat sholat Jum’at, kami percepat langkah kami menuju sphinx yang
letaknya dekat pintu keluar. Di tengah jalan, Zaki berkata “Gak mau naik
unta Jar? Jarang-jarang nih.” Sakit di pinggang dan bokong saya sebenarnya
masih belum hilang akibat naik kuda kemarin, tapi demi mendengar kata “jarang-jarang”
yang diucapkan Zaki, saya jadi tergoda untuk naik unta juga, haha.
![]() |
Sphinx (sumber : dokumentasi pribadi) |
Meski tergoda, tapi saya nyatanya
tidak pingin-pingin amat. Hanya sekedar bersitan di hati (#tsaaah), tidak untuk
diseriusi. Kalau jadi naik ya syukur, kalau tidak pun tak masyalah. Qodarullah
saat itu ada tukang unta yang melintas dan menawarkan untanya.
“Gamal? khomsin geneh”
promosi tukang unta yang artinya “Mau naik unta? 50 EGP.”
Saya dengan asal menimpali “Isyrin
geneh ila sphinx.” 20 EGP sampai ke sphinx.
Ternyata dia langsung mau. Lah…!!!
Zaki yang saya ajak untuk ikut
naik ternyata tidak mau. Entah apa alasannya. Saya jadi tidak enak karena dia
mengiringi kami naik unta dengan berjalan kaki.
Naik unta tidak terlalu menyiksa
seperti naik kuda. Yah, walalupun sisa-sisa sakit di bokong akibat naik kuda masih
terasa ketika duduk di pelana unta, tapi masih bisa ditolerir lah. Satu hal
yang patut diperhatikan bagi para turis yang ingin menunggang unta adalah
ketika unta bangkit dari duduknya. Pastikan kita berpegangan pada agama
pada gagang di pelana unta agar tidak terjatuh, karena derajat kemiringan badan
unta saat bangkit dari duduk cukup ekstrem. Kalau tidak berpegangan Insya Allah
kamu akan sukses terjatuh.
Jarak dari tempat kami naik unta
sampai ke area sphinx ternyata cukup dekat, pantas saja dia mau (-__-). Setelah berfoto-foto sebentar, kami langsung
keluar untuk menunaikan sholat Jum’at dan selesai jumatan kami langsung pulang.
Sengaja saya pulang cepat karena besok akan melakukan ekspedisi ke Gunung Sinai
bersama budak-budak Malaysia. Mereka bilang akan berangkat menuju Sinai
jam tiga subuh. Mengingat saya butuh recovery tubuh dan packing keperluan,
maka petualangan hari itu saya sudahi.
NB : kemarin saya bilang banyak
orang Mesir yang minta foto bareng, ini dia salah satunya :p
![]() |
Mungkin saya sama antiknya dengan piramida |
#Asrama Mahasiswa KSU
0 comments:
Post a Comment