February 6, 2017

Solo Travelling to Egypt (Day #5 : Piramida Jilid II)


Telah saya ceritakan bahwa pada hari keempat saya bertualang menuju Piramida Giza dengan berkuda. Meski hampir seharian berkuda, tapi nyatanya kami tidak sampai ke dalam area utama piramida. Si guide hanya mengantar kami sampai area luar dan beralasan bahwa kuda tidak boleh dibawa masuk. Kenapa gak dibilang dari awal? Dasar culas (-___-).

Kami selesai berkuda pukul empat sore. Jam segitu pintu masuk piramida sudah hampir ditutup. Saya sendiri sebenarnya sudah tidak ada keinginan lagi untuk masuk ke area piramida mengingat badan saya sudah sangat sakit dan lelahnya. Saya bahkan tidak punya gairah untuk sekedar mengambil gambar meski pemandangan piramida dari gurun sangat indah. Akan tetapi, para junior merasa tidak enak hati kepada saya karena belum masuk ke area piramida sehingga mereka mencoba mengusahakan agar saya bisa masuk ke sana. 

Buru-buru kami beranjak dari tempat kuda menuju pintu masuk, tapi begitu sampai pintu masuk, ternyata loket sudah ditutup dan para security juga telah sibuk meminta pengunjung agar keluar. Karena sudah tidak ada yang bisa dilakukan lagi, akhirnya kami pulang ke Kairo.

Sebelum kembali ke kontrakan, kami mampir ke pasar Khan el-Khalili. Ini adalah pasar murah yang sangat terkenal di Kairo. Disini banyak dijual souvenir khas Mesir. Tidak heran jika  pasar ini menjadi salah satu tujuan belanja para turis, baik lokal maupun mancanegara. Saya sendiri membeli beberapa cindera mata, baik untuk diri sendiri maupun untuk oleh-oleh.

Pasar Khan el-Khalili (sumber : Google)
Sesampainya di kontrakan, setelah bersih-bersih badan, langsung saya rebahkan diri di atas kasur. Selang beberapa saat, Zaki datang ke kamar. Dia rupanya sudah mendengar cerita dari para juniornya dan kemudian meminta maaf kepada saya karena gagal masuk ke piramida. Woles aja kali Zak zzzz. Zaki lalu menawarkan untuk membawa saya lagi ke Giza esok hari agar bisa masuk ke area utama piramida.

Sebenarnya besok saya sudah punya rencana ingin mengunjungi taman Al-Azhar, Benteng Salahudin Al-Ayubi, lalu sholat Jum’at di masjidnya, mengingat Masjid Salahudin sangat megah dan saya belum sempat masuk ke dalamnya.  Lagi pula sebetulnya saya sudah tidak terlalu tertarik mengunjungi piramida. Bukan karena trauma kuda lho (wkwkwk), tapi karena menurut saya piramida ya gitu-gitu aja. Bagi saya, sudah melihat bentuknya saja sudah cukup, meski tidak masuk ke area utamanya. Tapi Zaki bilang tidak afdhol kalau ke Mesir tidak masuk ke piramida, haha. Akhirnya ya sudah, kami putuskan untuk pergi ke piramida lagi esok harinya.

Mengingat hari itu adalah hari Jum’at yang cenderung pendek, maka kami berangkat pagi-pagi sekali. Sekitar jam delapan kami sudah keluar kontrakan. Kali ini hanya saya dan Zaki yang berangkat. Tiba di piramida kurang lebih pukul 09.30. Saat itu kami datang dari pintu belakang. Suasana pintu masuk piramida luar biasa padatnya. Maklum, hari Jum’at adalah hari libur di Mesir, sehingga banyak orang Mesir yang datang dari daerah untuk berwisata kesini.

Suasana di loket tiket piramida pintu belakang (sumber : dokumentasi pribadi)
Zaki bilang seharusnya kita tidak masuk lewat sini karena disini bukan pintu masuk turis asing. Adapun pintu masuk yang biasa didatangi turis asing ada di pintu depan. Pintu masuk yang kami datangi didominasi oleh orang Mesir. Sebenarnya tidak masalah mereka orang Mesir atau bukan selama mereka tertib, tapi justru disitulah masalahnya. Orang Mesir cenderung tidak tertib. Mereka tidak bisa mengantri sebagaimana kita terbiasa mengantri. Perilaku buruk itu diperparah dengan badan mereka yang berukuran jumbo, sangat tidak sebanding dengan postur orang Indonesia. Alhasil, setelah setengah jam berjibaku mencoba membeli tiket, Zaki menyerah. Tiket masih belum didapatkan. Akhirnya kami pindah ke pintu depan. Karena jarak dari pintu belakang ke pintu depan lumayan jauh, kami menyewa bajaj untuk menuju kesana.
 
Tanpa antrian, siapa kuat dia dapat (sumber : dokumentasi pribadi)
Memang luar biasa Mesir ini, segala jenis transportasi ada di sini. Ya bajaj. Ya metro. Ya angkot. Ya taksi. Bahkan ada becak juga di Egyptian Museum, tapi cuma Fir’aun  yang boleh pakai :p

Di pintu depan, situasi dan kondisi cenderung lebih kondusif. Antrian untuk membeli tiket cenderung lebih tertib. Dalam waktu yang relatif singkat, kami sudah mendapatkan tiketnya. Harga HTM piramida 40 EGP untuk student (bukan 35 EGP seperti yang kemarin teman Zaki bilang, mungkin sudah naik) dan 80 EGP untuk umum. Tanpa berlama-lama lagi, kami langsung masuki area utama Piramida Giza.

Suasana di loket tiket pintu depan (sumber : dokumentasi pribadi)
Setelah melihat langsung piramida dari dekat, menurut saya ada dua keajaiban yang membuat saya takjub. Pertama. sebagaimana orang-orang pada umumnya takjub, saya juga takjub memikirkan bagaimana caranya batu-batu tersebut disusun sedemikian rupa sehingga membentuk bangunan yang megah? Ukuran batu-batu yang tersusun itu sangat besar lho dan pastinya sangat berat. Keajaiban kedua, setau saya piramida di Giza ini sudah hancur diacak-acak robot Transformers pada tahun 2009, tapi mengapa ketika saya datang bentuknya masih bagus? Benar-benar ajaib!!!

Di piramida yang paling besar, sebenarnya ada bagian yang bisa dimasuki, disebut The Great Pyramid. Tapi untuk masuk kesitu harus membeli tiket di pintu depan seharga 100 EGP untuk student (setara Rp 70.000, kurs 1 EGP = Rp 700) dan 200 EGP untuk umum. Karena kami tidak membeli tiket terusannya, maka kami tidak masuk. Akhirnya kami meneruskan eksplorasi kami ke tempat-tempat yang lain hingga sampailah kami di satu piramida yang sangat kecil. Di piramida itu, pengunjung diperbolehkan masuk tanpa harus membeli tiket terusan. Tapi anehnya penjaga hanya memperbolehkan orang asing saja yang masuk, sedangkan orang Mesir dilarang. Saat kami mau masuk, ada sekelompok pemuda Mesir yang juga hendak masuk. Penjaga langsung mempersilahkan kami, sedangkan pemuda-pemuda tadi tidak diperbolehkan. Tapi bukan orang Mesir namanya kalau menyerah begitu saja tanpa berdebat. Setelah berdebat toh akhirnya mereka juga diperbolehkan masuk.

Penjaga yang melihat kami ragu untuk masuk dengan ramahnya meyakinkan kepada kami bahwa di dalam sana aman. Sikap penjaga yang cenderung humble kepada kami, turis asing, membuat kami curigation (baca: curiga). Karena jarang sekali saya mendapati sikap yang seperti itu selama saya di Mesir. “Jangan-jangan ada udang di balik bakwan nih” pikiran buruk saya saat itu (semoga Allah mengampuni su’udzhon saya *peace*). Dan benar saja, ketika kami keluar dari piramida itu, si penjaga ternyata meminta tips kepada kami. Wakwaw…

Ini nih yang tidak habis saya pikir, mengapa banyak oknum orang Mesir yang dengan terang-terangan tanpa malu meminta tips kepada turis. Kemarin juga waktu naik kuda si guide minta tips kepada kami. Tidak tanggung-tanggung, dia minta tiap orang memberinya tips 20 EGP. “Ini minta tips apa memalak?” pikir saya dalam hati. Sudah tanpa malu, maksa pula! Lalu di dalam area piramida juga ada anak muda yang minta tips karena telah membantu kami foto, padahal dia sendiri yang menawarkan bantuan. Heran saya!

Karena waktu yang sudah semakin dekat sholat Jum’at, kami percepat langkah kami menuju sphinx yang letaknya dekat pintu keluar. Di tengah jalan, Zaki berkata “Gak mau naik unta Jar? Jarang-jarang nih.” Sakit di pinggang dan bokong saya sebenarnya masih belum hilang akibat naik kuda kemarin, tapi demi mendengar kata “jarang-jarang” yang diucapkan Zaki, saya jadi tergoda untuk naik unta juga, haha.

Sphinx (sumber : dokumentasi pribadi)

Meski tergoda, tapi saya nyatanya tidak pingin-pingin amat. Hanya sekedar bersitan di hati (#tsaaah), tidak untuk diseriusi. Kalau jadi naik ya syukur, kalau tidak pun tak masyalah. Qodarullah saat itu ada tukang unta yang melintas dan menawarkan untanya.

“Gamal? khomsin geneh” promosi tukang unta yang artinya “Mau naik unta? 50 EGP.”

Saya dengan asal menimpali “Isyrin geneh ila sphinx.” 20 EGP sampai ke sphinx.

Ternyata dia langsung mau. Lah…!!!

Zaki yang saya ajak untuk ikut naik ternyata tidak mau. Entah apa alasannya. Saya jadi tidak enak karena dia mengiringi kami naik unta dengan berjalan kaki.

Naik unta tidak terlalu menyiksa seperti naik kuda. Yah, walalupun sisa-sisa sakit di bokong akibat naik kuda masih terasa ketika duduk di pelana unta, tapi masih bisa ditolerir lah. Satu hal yang patut diperhatikan bagi para turis yang ingin menunggang unta adalah ketika unta bangkit dari duduknya. Pastikan kita berpegangan pada agama pada gagang di pelana unta agar tidak terjatuh, karena derajat kemiringan badan unta saat bangkit dari duduk cukup ekstrem. Kalau tidak berpegangan Insya Allah kamu akan sukses terjatuh.
Unta wisata di piramida (sumber : dokumentasi pribadi)

Jarak dari tempat kami naik unta sampai ke area sphinx ternyata cukup dekat, pantas saja dia mau (-__-).  Setelah berfoto-foto sebentar, kami langsung keluar untuk menunaikan sholat Jum’at dan selesai jumatan kami langsung pulang. Sengaja saya pulang cepat karena besok akan melakukan ekspedisi ke Gunung Sinai bersama budak-budak Malaysia. Mereka bilang akan berangkat menuju Sinai jam tiga subuh. Mengingat saya butuh recovery tubuh dan packing keperluan, maka petualangan hari itu saya sudahi.

NB : kemarin saya bilang banyak orang Mesir yang minta foto bareng, ini dia salah satunya :p
 
Mungkin saya sama antiknya dengan piramida

#Asrama Mahasiswa KSU

0 comments:

Post a Comment