January 13, 2020

Mohammad Natsir dan Jejak Remaja Ideal


Izinkan saya mengajak anda kembali ke masa lampau, sekira tahun 1920-an, zaman ketika Belanda masih menghisap Indonesia.

Anggaplah anda sebagai salah satu orang yang beruntung mampu bersekolah hingga tingkat Algemene Middlebare School (AMS – setara SMA masa kini). Diajar oleh meneer berbahasa Belanda, bertemankan sinyo dan noni serta putra mahkota para pejabat. Sedangkan anda hanyalah anak pegawai rendah yang sekolah dengan bantuan beasiswa. Datang jauh dari pelosok pula!

Kalau ada rasa rendah diri dan terasing dengan lingkungan yang demikian saya bisa memaklumi. Yang demikian itu stresornya memang terlalu besar untuk tubuh kita yang kecil. Tetapi ternyata tidak demikian bagi Mohammad Natsir. Sosok yang kemudian dikenal sebagai Bapak NKRI ini memiliki kebesaran jiwa dan semangat yang jauh melampaui apapun. Sehingga rupa-rupa stresor tak menjadikannya ciut dan kecut.
Mohammad Natsir (sumber: antaranews.com)
Pernah suatu ketika, oleh gurunya yang orang Belanda itu, Natsir ditantang menulis makalah tentang pengaruh penanaman tebu dan pabrik gula bagi rakyat di Pulau Jawa. Si Meneer memang bukan main sinisnya pada pergerakan politik kaum nasionalis. Dan sinisme itu dia tunjukkan tanpa tedeng aling-aling dengan memberikan tugas maha sulit kepada anak setara kelas 2 SMA.

Ingat, peristiwa itu terjadi tahun 1920-an. Jangan konyol membayangkan komputer dan Google dengan mesin pencariannya yang canggih seperti sekarang. Di zaman itu, bisa memiliki mesin ketik saja sudah sangat istimewa. Jadi sebenarnya penugasan dari Si Meneer tidak lain adalah upaya membungkam bising para nasionalis. Karena mustahil dituntaskan.

0 comments:

Post a Comment