Berikut
adalah tulisan saya yang terbit di thecolumnist.id
Menarik membaca
tulisan Pemimpin Redaksi The Columnist, Yuli Isnadi, yang terbit Jumat (04/10)
lalu dengan judul ‘Ibu Kota Apa Kabar, Jadi Pindah..?’ Dengan gaya bertutur yang mengalir, penulis mengajak
pembaca untuk sama-sama menyelami perasaan empat pihak yang terdampak
pemindahan ibu kota. Keempat pihak tersebut masing-masing mewakili emosi:
senang, galau, marah, dan sedih.
Perasaan
senang diwakili oleh pihak yang ketiban rejeki akibat proyek ambisius
pemerintah tersebut. Bung Yuli mencontohkan kawannya yang memiliki rumah di
Balikpapan. Sedangkan perasaan galau menghinggapi para pekerja di Kementerian
dan Lembaga Indonesia karena status sosial yang bisa terjerembab akibat pindah
ke ‘pedalaman’. Adapun marah tertumpah di wajah DPR karena merasa dilangkahi
pemerintah.
Bagian yang paling
menarik adalah ketika Bung Yuli mengupas perasaan warga di empat desa Dayak
Paser di Kabupaten Penajam Paser Utara, wilayah yang akan dijadikan ibu kota
baru. Dia dengan lihai mengetuk pintu hati kita untuk ikut serta merasakan
bagaimana keresahan mereka yang telah lama menderita dan akan semakin nelangsa
manakala ibu kota jadi pindah.
Ah,
saya jadi merutuki nasib, mengapa Bung Yuli tidak lahir sedari dulu, ketika
Jakarta akan diputuskan menjadi ibu kota. Mungkin jika Bung Yuli lahir lebih
awal, Bung juga akan menyuarakan pembelaannya untuk warga Betawi yang kini
telah ‘abih tandeh’. Habis sehabis-habisnya.
Selanjutnya
kunjungi halaman berikut https://thecolumnist.id/artikel/betawi-menggugat-ibu-kota-246
0 comments:
Post a Comment