October 27, 2019

Ketika Trump Nunggak Kontrakan


Pagi tadi saya mendapatkan pesan broadcast di salah satu grup Whatsapp (WA) yang saya ikuti. Isinya cukup bikin prihatin, tentang teman saya, sebutlah namanya Trump,  yang sedang dicari banyak orang. Sayangnya dia dicari bukan karena prestasi atau hal yang membanggakan, tapi karena utang.
Ilustrasi utang (sumber: pixabay.com)

Saya mengenal Trump sudah sangat lama. Bahkan kami dulu pernah kost bareng di Jogja selama kurang lebih 3 tahun. Selama itu pula, tidak ada hal yang janggal yang saya temukan dari dirinya. Sebaliknya, saya justru melihat banyak kelebihan seperti rajin sholat 5 waktu di masjid, suka masak untuk kami anak-anak kost, aktif ikut kajian, hingga akrab dengan penduduk sekitar.

Tetapi pesan broadcast yang saya dapati itu sungguh mengagetkan. Sang penyebar broadcast, yakni bapak kost kami sendiri, menuliskan bahwa Trump sudah menunggak uang kost selama 9 bulan. Namun masalah utamanya bukan disitu, melainkan daftar utang yang belum dia lunasi ke sejumlah orang dengan nominal yang sangat banyak, lebih dari 50 juta rupiah. Parahnya lagi, dia berani menggelapkan dana qurban suatu masjid selama 2 tahun. Subhanallah…

Saya sendiri sebenarnya termasuk korbannya juga. Dulu dia pernah meminjam uang dengan modus investasi. Awalnya saya agak curiga, tapi karena kasihan dan seringkali ditanya, akhirnya saya pinjamkan juga. Kecurigaan saya semakin nyata setelah beberapa bulan tidak ada laporan perkembangan usaha yang dia jalankan.

Dulu pernah saya tagih tapi Trump bilang dia lagi sibuk bolak balik Jawa – Sumatera. Dia cuma meminta saya mengirimkan nomor rekening untuk ditransfer kemudian. Sebulan berlalu tidak ada kabar juga darinya. Saya coba menghubungi dia lagi melalui WA, tapi pesan WA saya hanya dibaca, tidak dibalas. Dari sini saya sudah yakin ada yang tidak beres.

Karena penasaran, saya hubungi teman kost saya yang lain, sebut saja Roni. Dari Roni saya tau bahwa Trump telah berutang ke hampir semua penghuni kost. Tidak hanya saya, tapi juga Roni dan beberapa teman lain. Nominalnya pun lumayan, rata-rata jutaan rupiah, yang paling besar sekitar 12 juta rupiah.

Saya tidak tau untuk apa uang sebanyak itu dia gunakan. Saya coba korek dari teman kost lain dan juga bapak kost, mereka semua tidak ada yang tau pasti. Cuma katanya banyak korbannya ditawarkan program investasi, mulai dari penggemukan sapi, usaha beras, yoghurt, dll. Tapi tidak ada yang jelas semua usahanya.

Jujur saya sedih mendengar berita ini karena saya mengenal Trump sebagai orang yang baik, apalagi dia juga aktif di masjid. Tapi saya juga menyayangkan, mengapa dia bisa sampai setidakamanah itu. Tentu ini bisa jadi preseden yang buruk di mata masyarakat, apalagi bagi orang-orang yang suka nyinyir ke aktivis masjid. ‘Tuh lihat si Trump, buat apa sholat & ngaji rajin kalau kelakuan gak jauh beda sama maling?’

Saya jadi ingat, dulu teman saya pernah berkata ‘kalau urusan duit, gak peduli yang alim atau penjahat, rajin sholat atau suka maksiat, harus hati-hati’. Kalimat itu dia utarakan setelah ditipu oleh temannya sendiri sesama anak pengajian. Dulu saya menganggap angin lalu omongannya itu, sekarang justru saya yang merasakan.

Ini menjadi pelajaran penting buat kita dalam bermuamalah dengan orang lain, terutama yang berkaitan dengan uang. Jangan tertipu dengan tampilan. Penampilan bisa jadi solih tapi isi hati orang kita tidak tau. Jangan tertipu juga dengan tampang memelas dan minta dikasihani karena hal itu menjadi senjata pamungkas mereka untuk mendapatkan uang.

Terakhir, sering-seringlah berdoa agar dijauhi dari utang karena pertanggung jawabannya akan terus dikejar sampai akhirat. Hidup sederhana asal dari jerih payah sendiri lebih mulia daripada banyak gaya tapi dari hasil utang. Allahul musta’an.

#Asrama Mahasiswa KSU


0 comments:

Post a Comment