Pagi tadi saya mendapatkan pesan
broadcast di salah satu grup Whatsapp (WA) yang saya ikuti. Isinya cukup bikin
prihatin, tentang teman saya, sebutlah namanya Trump, yang sedang dicari banyak orang. Sayangnya dia
dicari bukan karena prestasi atau hal yang membanggakan, tapi karena utang.
Ilustrasi utang (sumber: pixabay.com) |
Saya mengenal Trump sudah sangat
lama. Bahkan kami dulu pernah kost bareng di Jogja selama kurang lebih 3 tahun.
Selama itu pula, tidak ada hal yang janggal yang saya temukan dari dirinya.
Sebaliknya, saya justru melihat banyak kelebihan seperti rajin sholat 5 waktu di
masjid, suka masak untuk kami anak-anak kost, aktif ikut kajian, hingga akrab
dengan penduduk sekitar.
Tetapi pesan broadcast yang saya
dapati itu sungguh mengagetkan. Sang penyebar broadcast, yakni bapak kost kami
sendiri, menuliskan bahwa Trump sudah menunggak uang kost selama 9 bulan. Namun
masalah utamanya bukan disitu, melainkan daftar utang yang belum dia lunasi ke sejumlah
orang dengan nominal yang sangat banyak, lebih dari 50 juta rupiah. Parahnya
lagi, dia berani menggelapkan dana qurban suatu masjid selama 2 tahun. Subhanallah…
Saya sendiri sebenarnya termasuk
korbannya juga. Dulu dia pernah meminjam uang dengan modus investasi. Awalnya saya
agak curiga, tapi karena kasihan dan seringkali ditanya, akhirnya saya
pinjamkan juga. Kecurigaan saya semakin nyata setelah beberapa bulan tidak ada
laporan perkembangan usaha yang dia jalankan.
Dulu pernah saya tagih tapi Trump
bilang dia lagi sibuk bolak balik Jawa – Sumatera. Dia cuma meminta saya
mengirimkan nomor rekening untuk ditransfer kemudian. Sebulan berlalu tidak ada
kabar juga darinya. Saya coba menghubungi dia lagi melalui WA, tapi pesan WA
saya hanya dibaca, tidak dibalas. Dari sini saya sudah yakin ada yang tidak
beres.
Karena penasaran, saya hubungi
teman kost saya yang lain, sebut saja Roni. Dari Roni saya tau bahwa Trump telah
berutang ke hampir semua penghuni kost. Tidak hanya saya, tapi juga Roni dan beberapa
teman lain. Nominalnya pun lumayan, rata-rata jutaan rupiah, yang paling besar sekitar
12 juta rupiah.
Saya tidak tau untuk apa uang
sebanyak itu dia gunakan. Saya coba korek dari teman kost lain dan juga bapak
kost, mereka semua tidak ada yang tau pasti. Cuma katanya banyak korbannya ditawarkan
program investasi, mulai dari penggemukan sapi, usaha beras, yoghurt, dll. Tapi
tidak ada yang jelas semua usahanya.
Jujur saya sedih mendengar berita
ini karena saya mengenal Trump sebagai orang yang baik, apalagi dia juga aktif
di masjid. Tapi saya juga menyayangkan, mengapa dia bisa sampai setidakamanah
itu. Tentu ini bisa jadi preseden yang buruk di mata masyarakat, apalagi bagi
orang-orang yang suka nyinyir ke aktivis masjid. ‘Tuh lihat si Trump, buat
apa sholat & ngaji rajin kalau kelakuan gak jauh beda sama maling?’
Saya jadi ingat, dulu teman saya
pernah berkata ‘kalau urusan duit, gak peduli yang alim atau penjahat, rajin
sholat atau suka maksiat, harus hati-hati’. Kalimat itu dia utarakan
setelah ditipu oleh temannya sendiri sesama anak pengajian. Dulu saya menganggap
angin lalu omongannya itu, sekarang justru saya yang merasakan.
Ini menjadi pelajaran penting buat
kita dalam bermuamalah dengan orang lain, terutama yang berkaitan dengan uang. Jangan
tertipu dengan tampilan. Penampilan bisa jadi solih tapi isi hati orang kita
tidak tau. Jangan tertipu juga dengan tampang memelas dan minta dikasihani karena
hal itu menjadi senjata pamungkas mereka untuk mendapatkan uang.
Terakhir, sering-seringlah berdoa
agar dijauhi dari utang karena pertanggung jawabannya akan terus dikejar sampai
akhirat. Hidup sederhana asal dari jerih payah sendiri lebih mulia daripada
banyak gaya tapi dari hasil utang. Allahul musta’an.
#Asrama Mahasiswa KSU
0 comments:
Post a Comment