Sabtu, 4 Mei 2019, hari
bersejarah itu tiba. Untuk pertama kalinya saya bertemu putra pertama saya setelah
hampir 3 bulan dia hadir di dunia ini. Sebenarnya saya sudah tiba di Indonesia
sejak tanggal 27 April, tapi tidak langsung berangkat ke Padang. Saya sengaja mampir
dulu selama seminggu di Tangsel karena kemungkinan kami tidak bisa mudik saat
lebaran nanti mengingat harga tiket domestik Indonesia sedang berada di puncak
kegilaan dan tentunya akan semakin sinting mendekati lebaran.
Anyway saya tiba di Padang
sekitar pukul enam sore. Saat itu pas banget adzan magrib. Si Kecil kebetulan
sedang terjaga. Jadi bisa langsung saya gendong.
Susah bagi saya menggambarkan
perasaan menggendong anak pertama. Senang, sudah pasti. Tapi ada rasa sedih
juga karena lagi-lagi saya teringat Ummi (rahimahallah). Saya membayangkan seandainya
Ummi masih ada, pasti bahagia sekali beliau menggendong cucu pertamanya. Apalagi
Faiq, nama anak kami, adalah bayi yang tergolong tidak rewel. Dia mau digendong
siapa saja. Waktu pertama kali saya gendong pun dia tenang dan tidak nangis
sama sekali. Ibu mertua saya malah sampai menjulukinya bayi paling baik
sedunia, wkwk.
Sekarang sudah hampir satu bulan
saya membersamai Faiq. Secara umum, saya sudah cukup paham tabiatnya dan saya
menyimpulkan memang dia termasuk bayi yang baik budi. Tidak banyak merepotkan
orangtua dan orang lain di sekitarnya. Semoga sampai dewasa begitu terus ya,
Nak!
Tangisan Faiq biasanya berkisar antara empat hal, (1) haus/lapar; (2) popoknya penuh/celananya basah; (3) minta digendong atau; (4) ngantuk, mau tidur. Maka kalau dia menangis, bersiaplah dengan empat opsi itu.
Few Hours Challenge
Tantangan sebenarnya dalam
membersamai Faiq hadir ketika istri saya berangkat kerja. Jika dia kerja, maka saya
harus ngopeni Faiq seorang diri (sebelumnya ada ibu mertua, pas saya
datang, ibu mertua pulang kampung karena bapak mertua sendirian di kampung).
Beruntung di few hours challenge hari pertama Faiq seperti sedang
penjajakan. Dia seperti sedang mengidentifikasi diri saya, makanya tidak ada
nangis sama sekali. Hanya rengekan kecil yang mudah reda. Hari pertama pun
dilalui tanpa turbulensi.
Kepanikan baru muncul di hari
kedua. Saat itu dia nangis lumayan kuat. Karena waktu itu adalah pertama
kalinya saya menghadapi tangisannya seorang diri, maka saya lumayan panik juga.
Ingin saya buatkan susu, tapi dia akan nangis semakin kencang kalau ditinggal. Akhirnya
saya gendong sambil saya bacakan sholawat. Alhamdulillah dia tidur. Mungkin
karena capek nangis, wkwk.
Oiya, buat para lelaki, dalam
hidup kalian harus coba pengalaman ini, yaitu menggendong anak sampai dia
tertidur. Itu luar biasa banget, apalagi kalau anak itu adalah anak kandung
kamu sendiri. Feel sebagai seorang ayah menurut saya akan terasa banget
di momen itu. Kamu yang dulu kecil dan suka digendong ayah, sekarang sudah dewasa
dan menggendong anak sendiri.
Back to the few hours
challenge, sekarang telah sekian puluh episode saya lalui. Alhamdulillah semuanya
berjalan relatif lancar. Meskipun ada satu dua tiga empat lima enam tujuh
delapan kekurangan, saya anggap wajar karena kami adalah orang tua baru. Memang
ada orangtua kami, yang walaupun tidak tinggal bersama kami tapi selalu hadir memberi
nasihat. Berbagai nasihat itu bagai buku manual yang selalu kami perhatikan, meski
kami juga tetap menelaah konteksnya karena kami mentarbiyah bayi zaman now yang
tentu tidak sama dengan bayi zaman old. Sebagaimana Ali bin Abi Thalib juga
menasihatkan dalam perkataannya yang terkenal:
“Didiklah anak-anakmu sesuai
dengan zamannya, karena mereka hidup bukan di zamanmu”.
Sambil menikmati peran baru ini,
kami juga harus terus belajar agar tidak menjadi orangtua yang durhaka kepada
anaknya.
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا
قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
“…Ya Rabb kami, anugerahkanlah
kepada kami pasangan kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan
jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertaqwa.” [Al-Furqaan : 74]
Jumat, malam ke-27 Ramadhan 1440
H
Padang – Sumatera Barat
0 comments:
Post a Comment