Parah. Gara-gara Youtube, saya
harus memutar kemudi menuju belasan tahun ke belakang. Mengenang masa-masa berseragam
putih abu-abu. Kalau dilihat angkanya, sudah sangat lama waktu itu berlalu.
Tapi kalau diingat momen-momennya, rasanya masa-masa itu baru kelar kemarin
sore. Masih sangat segar di ingatan.
Cerita bermula ketika Youtube
menyuguhkan Sounds From The Corner: Taste Test di halaman utama akun saya. Video
ini berisi tentang pendapat para musisi terkenal tentang musik-musik indie. Para
musisi yang menjadi judge pada video itu adalah Ari Lasso, Krisyanto
(Jamrud), Andi Rif, dan Base Jam.
Dari semua musik indie yang
diperdengarkan di video itu, tidak ada satupun yang saya kenal (wkwk). Maklum,
setelah lulus SMA ada pergeseran mainstream yang sangat radikal dalam diri saya
(Lol). Jadi saya tidak pernah lagi mengikuti atau mendengarkan band-band Indie.
Yang menarik, selagi melihat
video dan membaca komentar-komentar di bawahnya (gak afdhal rasanya kalau
nonton youtube tanpa baca komentar), saya temukan ada komentar yang
menyebut-nyebut The Adams. Disinilah kemudian kemudi saya putar.
Yah, The Adams adalah salah satu
band indie yang sering saya dengar di zaman SMA. Salah satu lagu yang paling
hits judulnya Konservatif, yang menjadi OST film Janji Joni. Lagu ini menurut
saya easy listening dengan lirik yang tidak biasa (khas band indie)
ditambah melodi gitar yang keren. Kalau naik motor untuk bepergian jauh, saya
selalu putar lagu ini di mp3 saya. Haha.
Salah satu lirik di lagu Konservatif (sumber: chordify.net) |
Zaman itu saya memang cukup
menggemari band-band indie. Pertemuan antara ketersediaan source (banyaknya
band indie) ditambah gejolak jiwa muda yang sedang berusaha mencari
independensi adalah formulasi dibalik kegemaran saya itu.
Ya, pada saat itu band-band indie
memang sangat mudah ditemukan. Pensi (pentas seni) yang diadakan oleh SMA-SMA
di Jakarta dan sekitarnya biasanya mengundang mereka sebagai pengisi acara
(mungkin sampai sekarang pun masih demikian, saya tidak tau). Dan pensi bagi
siswa SMA adalah ajang aktualisasi diri. Rasanya tidak keren kalau tidak ke
pensi. Maka banyak pelajar berusaha mendatangi pensi, minimal sekali seumur hidupnya,
agar tidak dibilang kuper. Setidaknya itu yang saya rasakan dulu ketika menjadi
siswa SMA di Tangerang Selatan.
Selain itu, dulu juga band indie
sering menjadi pengisi OST di berbagai film, seperti The Adams di Janji Joni.
Maka kalau nonton di bioskop, mau tidak mau kita juga mendengarkan lagu-lagu
mereka. Dari situ pula band-band indie dikenal. Saya misalnya mengenal The
Sigit dari film Catatan Akhir Sekolah, yang menjadi salah satu film wajib anak
SMA, haha.
Tetapi sekarang kelihatannya film-film
Indonesia lebih banyak menggunakan penyanyi/band mainstream untuk pengisi
soundtrack-nya. Jadi ruang untuk band-band indie semakin terbatas. Entah apa
sebabnya, apakah industri film yang memang sengaja memilih band mainstream untuk
mengangkat filmnya atau karena ketidakcocokan idealisme antara industri film dan
band indie?
Apapun sebabnya tidak perlu
dipikir berlebih karena sudah bukan masanya bagi saya, haha. Saya hanya sedang
mengenang romansa masa SMA yang diam-diam saya syukuri. Bersyukur telah menjalani
masa muda di kota besar, yang dengannya telah saya lalui masa-masa itu dengan
komplit. Meminjam istilah Piaget, tugas perkembangan remaja saya rasanya telah
terselesaikan sehingga tidak ada hutang yang harus saya bayar di masa dewasa
ini.
#Asrama 27 Mahasiswa KSU – Riyadh
0 comments:
Post a Comment