Satu hal yang menarik dari kuliah
di Arab Saudi adalah, kita berkesempatan untuk mencicipi berbagai maskapai
internasional, mengingat tiap akhir tahun akademik mahasiswa diberikan tiket
mudik ke negara asalnya masing-masing. Meskipun secara aturan mahasiswa
diharuskan menggunakan maskapai Saudia Airlines, tapi faktanya hal itu masih
bisa disiasati sehingga mahasiswa bisa menggunakan maskapai lain sesuai
kebutuhan.
Saya sendiri telah mencicipi enam
maskapai dengan rute Riyadh – Jakarta (pp). Berdasarkan pengalaman itu, saya akan
memberikan ulasan bagi keenam maskapai tersebut dalam serial tulisan ini.
Ulasan ini adalah ulasan orang awam yang dinilai berdasarkan pengalaman
subjektif saya sebagai penumpang. Saya akan mengulas maskapai-maskapai tersebut
berdasarkan aspek: pesawat, pelayanan saat terbang, bagasi, harga tiket, dan bandara
induk.
Pada tulisan yang pertama, saya
akan mengulas maskapai Emirates (EM) yang menjadi salah satu pemain besar dalam
industri transportasi udara. Kiprahnya sudah tidak diragukan lagi dalam dunia
internasional. Karena letak bandara induk yang strategis, EM menjadi rujukan
banyak penumpang, baik untuk rute Asia, Eropa, maupun Amerika. Nama mereka
bahkan menjadi nama stadion klub sepak bola Liga Inggris, Arsenal, satu
indikator kuat yang menunjukkan bahwa mereka diterima dan diakui di negeri Ratu
Elisabeth itu.
Pesawat Emirates (sumber : wikipedia.com) |
Beginilah ulasan saya terhadap
maskapai Fly Emirates.
1.
Pesawat
Sejauh pengalaman saya melakukan penerbangan jarak
jauh, terbang dengan pesawat EM-lah yang paling nyaman saya rasakan. EM selalu
menggunakan pesawat tipe Air Bus dengan formasi kursi 2-4-2. Jadi kalau kamu
duduk di dekat jendela, kamu tidak terlalu merepotkan tetangga sebelah mu
seandainya kamu mau ke toilet.
Kelebihan pesawat EM menurut saya adalah suara mesinnya
yang tidak bising, baik ketika lepas landas maupun mendarat. Fasilitas dalam
pesawat juga sangat memanjakan. Bagi kamu yang suka nonton film, EM menyediakan
film yang cukup up to date dan hiburan lain yang membuat perjalanan
jauhmu tidak membosankan.
Nilai : * * * * *
2.
Pelayanan Saat Terbang
Pramugari dan pramugara EM benar-benar profesional,
sigap, dan (yang paling penting) ramah. Meskipun EM adalah maskapai timur
tengah, tapi petugas dalam pesawatnya cenderung heterogen, bahkan banyak yang
berkulit putih juga (Eropa). Untuk rute Riyadh – Jakarta (pp) biasanya saya
mendapat jatah 3x makan (Riyadh – Dubai = 1x (makan ringan); Dubai – Jakarta =
2x (makan ringan dan berat). Diluar jam makan pun kita masih bisa request makan
dan/atau minum.
Selain profesional, sigap, dan ramah, para pramugari
juga berperilaku sopan yang ditunjukkan dari gaya berpakaiannya. Walaupun tidak
berhijab, tapi mereka memakai rok di bawah lutut dan baju yang serba tertutup. Mengapa
saya menekankan hal ini? Karena saya pernah merasakan satu pengalaman terbang
dengan salah satu maskapai yang pramugarinya kurang sopan gaya berpakaiannya
dalam pandangan saya (akan saya ceritakan terpisah nanti). Hal itu membuat saya
kapok menggunakan maskapai itu lagi.
Nilai : * * * * *
3.
Bagasi
Standar bagasi EM bagi tiap penumpang maksimal 30 kg.
Tetapi ketika saya terbang dari Riyadh
ke Jakarta, saya mendapat bagasi 40 kg ditambah air zam-zam 10 liter di
luar bagasi. Jadi totalnya sama dengan 50 kg. Sedangkan rute balik (Jakarta –
Riyadh) tetap 30 kg. Adapun koper dalam kabin secara peraturan maksimal 7 kg.
Salah satu kelebihan EM dalam hal bagasi adalah mereka
tidak terlalu ketat dan rewel. Jadi kalau bagasimu berlebih, mereka biasanya
tetap akan mengizinkan asalkan lebihnya tidak kelewatan. Selisih 2 atau 3 kg
masih dapat ditoleransi. Hal yang sama berlaku bagi koper kabin. Mengapa mereka
cenderung longgar dalam urusan bagasi? Saya sendiri kurang tau, tapi pernah
teman saya bilang bahwa EM sebenarnya adalah maskapai kargo yang sekaligus
sebagai pesawat penumpang. Allahu‘alam.
Nilai : * * * * *
4.
Harga Tiket
Sebagai maskapai kelas dunia, harga tiket EM cenderung
standar, tidak terlalu mahal, tapi juga tidak murah. Untuk rute Riyadh –
Jakarta (pp) kisaran harganya 2000 – 2500 SAR (sekitar 8 juta rupiah). Ada
maskapai lain yang lebih murah dari itu, ada juga yang lebih mahal. Tetapi
menurut saya harga EM yang paling rasional dan senilai dengan fasilitas yang
diberikan.
Nilai : * * * *
5.
Bandara Induk
Konsekuensi melakukan penerbangan jauh adalah biasanya
sulit menemukan (atau bahkan tidak ada)
penerbangan langsung (direct) tanpa transit. Di sinilah pentingnya
bandara induk dari pesawat yang kita tumpangi. EM sendiri menginduk ke bandara
Dubai International Airport. Ini adalah salah satu bandara terbesar dan
tersibuk di dunia.
Ukuran besarnya bandara bagi saya sangat penting
karena dengan kondisi badan yang lelah, kesumpekan akan membuat jiwa raga saya semakin
bertambah lelah. Kalau bandaranya besar, saya bisa memilih tempat yang agak
kosong untuk istirahat menunggu penerbangan berikutnya.
Selain itu, fasilitas bandara induk EM juga sangat
lengkap, mulai dari wifi gratis, ketersediaan layar jadwal penerbangan yang
banyak dan dengan ukuran yang besar (sangat penting), pusat perbelanjaan,
kecakapan pegawai bandara dalam berbahasa Inggris, musholla, dan berbagai
fasilitas pendukung lainnya.
Nilai : * * * * *
Secara keseluruhan, saya
memberikan nilai 4,8 (dari 5) bagi maskapai EM. Nilai itu hampir sempurna
karena nyatanya EM memang memiliki performa yang istimewa seperti yang saya
sebukan di atas. Sekali lagi ini adalah pengalaman subjektif saya. Bagi pembaca
yang memiliki penilaian lain, itu sah-sah saja.
Oya, saya tidak mendapatkan
bayaran apa-apa dari Emirates atas review ini. Motivasi saya menulis ini hanya
untuk memberikan informasi bagi para pembaca yang ingin berpergian jauh,
terutama mereka yang baru akan merasakan terbang jauh untuk pertama kalinya.
#HomeSweetHome – Tangerang Selatan
0 comments:
Post a Comment