Ada matakuliah yang menarik di
semester ini, yaitu Qiro’ah Muwasa’ah (Extensive Reading). Matakuliah
ini diampu oleh Ustadz Abdurrahman Ash-Shoromiy. Beliau ustadz muda yang sangat
baik. Produk asli Riyadh. Memiliki sifat yang mirip dengan sifat orang Betawi. Beliau
sangat betah di wilayah sendiri. Lahir dan tumbuh besar di Riyadh, menikah
dengan orang Riyadh dan kini bekerja serta membina rumah tangga di Riyadh. Beliau mengatakan tidak ada rencana untuk tinggal di luar Riyadh.
Saya sangat senang dengan
matakuliah Qiro’ah Muwasa’ah ini karena selain diajar oleh dosen muda yang
sangat baik (langka lho, hehe), kitab acuan untuk matakuliah ini juga sangat
menarik, yaitu Kitab Qoshoshun Nabiyin karangan Syaikh Abu Al-Hasan Ali
An-Nadwi. Seperti judulnya, kitab ini berisi tentang kisah para nabi.
Kami saat ini sedang membahas
kisah Nabi Yusuf ‘alaihi salam setelah sebelumnya merampungkan kisah Nabi
Ibrahim ‘alaihi salam. Dalam kisah Nabi Yusuf ‘alaihi salam ada
sesuatu yang membuat saya tercenung, yaitu ketika beliau berkata: as-sijnu
ahabbu ilayya (penjara lebih aku sukai – termaktub dalam Surat Yusuf ayat
33). Perkataan beliau ini didasari oleh kekhwatirannya terjerumus fitnah dari
istri penguasa Mesir yang menggodanya.
Saya tercenung karena teringat
dengan apa yang menjadi kebiasaan (habit) para lelaki ketika sedang
menghadapi masalah, yaitu masuk ke dalam “gua”nya. Bagi kalian yang sudah
pernah membaca buku Men are from Mars and Women are from Venus pasti langsung
mengerti apa yang sedang saya bicarakan. Bagi kalian yang belum baca, saya akan
ulas sedikit disini.
Jadi menurut John Gray (penulis
bukunya), laki-laki dan wanita itu memiliki kebiasaan yang berbeda dalam
menghadapi masalah. Dalam menghadapi masalahnya, laki-laki cenderung memilih
menyepi dan menyendiri. Dia akan menghindari keramaian dan berusaha memecahkan
masalahnya sendiri. John Gray menyebut kegiatan ini sebagai “masuk ke dalam gua”.
Hal ini sangat berkebalikan dengan metode penyelesaian masalah kaum wanita yang
justru dilakukan dengan cara menceritakan masalah-masalah mereka kepada orang
lain.
Nah, dalam konteks kisah Nabi
Yusuf ‘alaihi salam, masalah yang beliau hadapi adalah fitnah dari istri
penguasa. Masalah ini ruwet karena yang beliau hadapi adalah istri penguasa dan
beliau sendiri merupakan “barang belian” sehingga sangat lemah posisinya. Keruwetan
masalah ini pada akhirnya membuat beliau lebih memilih dipenjara. Beliau ingin
masuk ke guanya untuk menyelesaikan masalah-masalah itu.
Metode yang kurang lebih sama
dilakukan juga oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dari
kitab-kitab sirah kita mendapati bahwa beliau pun sering masuk ke dalam gua (gua
dalam makna yang sebenarnya) ketika belum diangkat menjadi nabi. Beliau sering
menyendiri di Gua Hira karena “tidak tahan” dengan perilaku orang-orang Quraisy
yang jahil.
Berdasarkan dua kisah ini, teori
John Gray mungkin ada benarnya. Bahwa kebutuhan gua bagi laki-laki tak dapat
dipungkiri. Mereka butuh menyepi dan menyendiri untuk menyelesaikan persoalannya
sebagaimana perempuan butuh teman curhat untuk menyimak kisahnya.
Jadi, tidak perlu heran kalau
teman atau suami anda nyuekin anda. Sebenarnya mereka bukan cuek, tapi
sedang konsentrasi menyelesaikan masalahnya. Dan kalau mereka sedang masuk ke
dalam guanya, tidak perlu diganggu (misalnya dengan menawarkan bantuan). Maksud
anda mungkin baik, tapi hal itu justru akan membuatnya terusik. Tenang saja,
ketika masalahnya sudah selesai atau ketika mereka merasa sudah cukup, mereka
akan keluar dengan sendirinya. Wallahu a’lam.
#Asrama 27
0 comments:
Post a Comment