Beberapa minggu ke belakang,
kuliah Bahasa Arab di hari Kamis pada jam terakhir selalu diisi dengan debat. Ini
adalah inisiatif dari ustadz kami. Biasanya di jam terakhir itu, semua materi
telah selesai dibahas. Makanya beliau sering kebingungan untuk mengisi jam terakhir
dan debat menjadi solusi yang cukup jitu karena bisa menstimulasi mahasiswa
untuk berbicara dalam Bahasa Arab, walaupun masih sering harus buka kamus,
hehe.
Kamis kemarin adalah sesi debat
terakhir karena pekan depan kami akan siap-siap menghadapi UAS. Untuk debat
terakhir, Ustadz memberikan tema yang sangat menarik, yaitu tentang Ilmu dan
Harta. Mana yang lebih penting, berilmu tapi tidak memiliki harta atau berharta
tapi tidak memiliki ilmu? Kelas yang berisikan 10 mahasiswa itu dibagi menjadi
dua kelompok, yaitu kelompok Ilmu dan Kelompok Harta.
Kelompok Ilmu terdiri atas lima
orang, Minhaj (India), Muhammad (Turki), Latif (Cina), Fata Ly (Kamboja), dan
tentu saja saya, hehe. Kami semua memiliki kemampuan speaking yang masih sangat
terbatas. Sedangkan kelompok Harta diisi oleh mereka yang sudah cukup fasih
berbicara Bahasa Arab. Mereka terdiri dari Oljaz (Kazakhstan), Mujib
(Afganistan), Kim (Korea Selatan), dan Ibrahim (Burundi). Satu orang lagi,
Sajjad (Nepal), berhalangan hadir.
Ustadz memberikan kesempatan
kepada kelompok kami terlebih dahulu untuk memberikan alasan mengapa ilmu lebih
penting. Beliau meminta saya untuk menyampaikan argumen pertama. Saya kemudian
menjelaskan bahwa Ilmu adalah sesuatu yang tidak akan habis jika dibagikan,
sedangkan harta akan habis. Penjelasan itu tentu dengan dibantu oleh Syeikh
Google Translator, hehe.
Kelompok Harta kemudian diminta
menanggapi argumen saya, tapi mereka malah mengajukan pertanyaan. Duh,
membelokkan topik nih. Mereka bertanya begini, apa tujuan kalian bekerja
setelah nanti selesai kuliah? Haha, saya sudah bisa membaca arah tujuan
pertanyaannya. Alih-alih menjawab untuk memenuhi kebutuhan, saya justru menjawab:
kami bekerja untuk ibadah kepada Allah, kalaupun nanti dapat uang, maka itu
hanyalah efek samping dari ibadah kami.
Sepanjang debat, kelompkok Harta
seringkali terdesak dan kesulitan memberikan argumen. Mereka justru lebih
sering memberikan pertanyaan. Kalaupun mereka memberikan argumen, hal itu dapat
dengan mudah dipatahkan. Misalnya mereka pernah memberikan argumen begini:
kalaupun kami tidak punya ilmu, kami bisa mempekerjakan orang-orang berilmu,
baik dokter, ulama, konsultan, insinyur, dsb untuk membantu kami. Argumen itu kami
patahkan dengan mengatakan, bagaimana kalian bisa tau ahli yang baik kalau
kalian tidak berilmu? Mereka justru bisa menipu kalian dan mengambil semua
harta kalian karena kebodohan kalian.
Di tengah debat, bahkan salah
satu anggota Kelompok Harta, yaitu Mujib (Afganistan) berubah pikiran. Menurut
dia, Ilmu memang lebih penting daripada harta. Haha, lucu banget.
Sampai akhir jam kuliah, kedua
kelompok sama-sama masih ngotot. Di akhir biasanya Ustadz memberikan ikhtisar
mana yang lebih penting, tapi kemarin beliau cenderung mengatakan bahwa
keduanya sama-sama penting, haha.
Kelas debat ini sebenarnya sangat
menarik dan sangat baik untuk meningkatkan skill Bahasa Arab. Walaupun masih
sangat terbatas dalam penggunaan kosakata dan sering membuka kamus, tapi justru
dari situlah improvisasi Bahasa Arab bisa dimaksimalkan. Sayangnya kelas ini
telah berakhir dan tidak ada jaminan akan bertemu yang seperti ini lagi di
Mustawa Tsani (Level 2).
#Asrama 27, Kamar 301. Suhu mulai
turun di bawah 10 derajat, bikin malas keluar
0 comments:
Post a Comment