September 9, 2015

Mengobati Hati yang Terluka (Surat Al-Qashash (28) ayat 10)


وأصبح فؤاد أم موسى فارغا إن كادت لتبدي به لولا أن ربطنا على قلبها لتكون من المؤمنين

“Dan menjadi kosonglah hati ibu Musa. Sesungguhnya hampir saja ia menyatakan rahasia tentang Musa, seandainya tidak Kami teguhkan hatinya, supaya ia termasuk orang-orang yang percaya (kepada janji Allah).”

Setiap manusia pernah mengalami pengalaman yang membuat trauma. Ada yang merasa sakit karena kehilangan orang yang dicintai. Ada yang sakit karena mendengar ucapan orang yang kita cintai, misalnya perkataan yang diucapkann oleh orangtua kita, anak kita atau yang diucapkan oleh pasangan kita. atau teman kita. Ada juga yang sakit karena mengalami kejadian yang membuat trauma, seperti kehilangan pekerjaan, kehilangan rumah atau bahkan yang lebih buruk lagi.

Beberapa orang di dunia ini hidup dalam keadaan yang memilukan yang tak dapat kita bayangkan penderitaannya. Beberapa anak hidup menderita, yang mungkin tidak bisa kita bayangkan jika anak kita yang mengalaminya. Itulah kenyataan yang dihadapi oleh beberapa orang.

Ayat 10 dalam surat al-Qashash ini adalah ayat yang sangat memberikan harapan, karena bila seseorang terluka perasaannya, mereka merasa tak akan dapat sembuh dan tak bisa kembali menatap hidup lagi.

Ibunda Musa dihadapkan dengan ujian yang amat luar biasa berat. Ia harus menaruh bayinya di air. Seorang ibu harus menaruh bayinya di air! Itu bukanlah hal yang dapat dibayangkan oleh seorang ibu. Dia hanya punya 2 pilihan, melihat anaknya disembelih oleh tentara Fir’aun di depan matanya atau menaruh anaknya di keranjang yang belum teruji anti air. Dan akhirnya ia memilih menjatuhkan keranjang itu ke sungai.

Ibunda Musa menaruh bayinya ke sungai atas ilham yang diberikan Allah karena sesungguhnya perasaannya tak mampu melakukannya. Oleh karena itu, Allah bantu ia melakukannya. Allah berkata:

“Dan menjadi kosonglah hati Ibu Musa”

Hati Ibunda Musa menjadi kosong karena rasa trauma melepas anaknya pergi mengalir di sungai dan tidak bersamanya lagi. Ia tidak tahu apa yang akan terjadi padanya, apakah ia akan tenggelam? Apakah ia akan tertangkap oleh tentara Fir’aun? Apakah keranjangnya akan terbalik? Ia tidak tahu. Hal terburuk mungkin terlintas di pikirannya. Maka dari itu hati Ibunda Musa menjadi kosong.

Ketika seseorang mendengar kabar buruk dan matanya mulai menatap kosong, yang kemudian membuatnya tak bisa berbicara, cuma bisa diam, perasaannya lumpuh. Itulah kondisi yang dihadapi Ibunda Nabi Musa ‘alaihi salam saat itu.

Dia hampir berlari dan berteriak, “Itu bayi saya, itu bayi saya”. Tapi kalau ia teriak, maka bayinya akan dibunuh.

Kemudian Allah berkata:
“Seandainya tidak Kami teguhkan hatinya”

Jika tidak Allah ikat hatinya. Jika tidak Allah jaga hatinya. Allah jadikan hatinya yang tadinya bergejolak (fuad) dan di ayat yang sama, Allah gunakan kata lain dari “fuad” yaitu “qalb”, lalu Allah jadikan hatinya tenang. Membuatnya kembali ke kondisi normal. Allah katakan bahwa Dia mampu melakukannya.

Ada orang-orang yang hatinya mengalami trauma, dan ia tak bisa pulih. Kenapa tak bisa? Karena Allah tak melepaskan hatinya. Allah belum melepasnya. Terkadang manusia memang tak memiliki kemampuan untuk pulih dari kondisi ini, tapi dari ayat ini kita tau bahwa Allah dapat menyembuhkannya.

Mungkin ada orang yang berkata, “Perasaan saya tak bisa untuk memaafkan kamu”, tapi Allah bisa jadikan hatimu mampu melakukannya. Mungkin ada orang yang berfikir, “Saya sangat terpukul atas apa yang terjadi, tidak mungkin saya bisa kembali ke kehidupan saya”, tapi keimanan kita kepada Allah cukup untuk membuat kita kembali pada hidup kita.

Allah berfirman dalam ayat yang sama:
“jika tak kami teguhkan hatinya, supaya ia termasuk orang-orang yang percaya”

Ibu mana yang tidak trauma bila melihat bayinya dihanyutkan di sungai dan tak bisa melihanya lagi? Bagaimana dia bisa pulih kalau tanpa campur tangan Allah? Tak hanya bisa pulih, tapi ia juga bisa berpikir jernih setelahnya untuk kemudian mengirim saudarinya untuk mencari tahu Musa. Ia sama sekali tak akan bisa berpikir jika Allah tak campur tangan.

Seperti halnya Ibunda Musa, Allah juga akan turut campur tangan atas kondisi perasaan kita. Ibunda Musa bukanlah seorang nabi, namun ia adalah orang yang beriman. Artinya, ini kesempatan bagi kita juga. Apapun trauma yang kamu hadapi, ketahuilah bahwa Allah dapat campur tangan untuk memberi ketenangan dalam pikiran dan hatimu. Dan Allah pun dapat memberimu kedamaian lagi. Apakah itu kegelisahan, ketakutan, kesedihan atau kemarahan, apapun perasaan atau kejadian yang melukaimu, Allah dapat menghilangkan luka itu sepenuhnya.

Semoga Allah dapat memberi kita kekuatan di hati sehingga dapat menjadikan kita orang yang benar-benar beriman, yang hidup dalam kondisi spiritual dan emosi yang sehat.

(Materi tulisan diambil dari Kajian Ustadz Nouman Ali Khan

#Riyadh, Saudi Arabia

0 comments:

Post a Comment