الذين آمنوا ولم يلبسوا إيمانهم بظلم أولئك
لهم الأمن وهم مهتدون
“Orang-orang yang beriman dan
tidak mencampur adukkan iman mereka dengan kedzaliman (syirik), mereka itulah
orang-orang yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang
mendapat petunjuk.”
Di surat Al-An’am ayat 82, Allah
SWT berfirman bahwa Nabi Ibrahim ‘alaihi salam mengatakan kepada kaumnya
pada ayat sebelumnya (ayat 81), “kelompok mana yang lebih layak mendapat kedamaian?”
Ayat 82 menjelaskan tentang orang
yang mendapat kedamaian hidup. Orang yang menderita gangguan emosional, seperti
depresi, sedih, mudah marah, gelisah. Bagaimana mereka mendapatkan kedamaian?
Apakah ada hubungan antara keimanan dan kedamaian, yaitu kedamaian diri dan psikologis?
Allah berfirman:
“Orang yang benar-benar
beriman, tidak mencampuraduk keimanannya dengan amalan buruk.”
Amalan buruk tidak hanya
menimbulkan gangguan terhadap orang lain. Indahnya, di ayat ini Allah SWT mengatakan
bahwa jika anda berbuat buruk terhadap orang lain, anda juga sebenarnya merusak
diri anda sendiri.
Allah mengatakan, jika anda bisa
untuk tidak melakukannya, yaitu tidak melakukan hal buruk dan melakukan ketidakadilan
terhadap orang lain, orang seperti itulah yang berhak mendapatkan kedamaian.
Mereka akan mendapatkannya dan merasakan kedamaian dalam dirinya.
Kita tahu sekarang ini banyak
tentara yang pulang dari medan perang, menyaksikan aksi kekejaman atau
disengajanya aksi kekejaman tersebut. Atau hanya menjadi saksi terhadap aksi
tersebut yang dilakukan rekannya saat perang. Saat pulang mereka akhirnya bunuh
diri atau mereka dihantui mimpi buruk, tidak bisa tidur nyenyak, atau harus
melalui berbagai pengobatan. Mereka mengalami trauma, bukan hanya trauma (cidera)
fisik, tapi juga trauma psikologis. Mereka mungkin dianggap sudah patuh, yaitu
mematuhi sesuai peraturan pemerintah. Namun di dalam diri mereka sebenarnya
hancur. Mereka tidak memiliki kedamaian lagi. Mereka tidak bisa menjalani hidup
seperti itu.
Ada orang yang melakukan berbagai
perbuatan dosa, misalnya bekerja di industri hiburan, industri musik. Mereka
mungkin bukan artis terkenal, tapi mereka terlibat dalam industri tersebut
sehingga harus melakukan dosa terus menerus dan berbuat buruk. Mereka yang
berada di industri clubbing atau di industri yang penuh maksiat.
Orang-orang ini mungkin harus terus menerus mengonsumsi narkoba untuk
mendapatkan kedamaian karena mereka telah melakukan hal buruk ke diri mereka
dan orang lain. Mereka membuat dirinya mati rasa dan menjauh dari kenyataan
untuk mampu mengatasinya.
Allah mengatakan, orang yang
sungguh memiliki keimanan, mereka menemukan sesuatu yang tidak mereka temukan
di klub malam, di pesta, di narkoba, di minuman keras. Mereka tidak menemukan
kedamaian dimanapun. Untuk orang yang tidak tenggelam di hal-hal buruk itu,
mungkin anda tenggelam di dunia hiburan. Anda menonton film terus menerus. Hal
ini mengacaukan dan merusak diri anda sendiri. Hal yang terus anda lakukan
adalah mengisi diri dengan hiburan terus menerus. Hal itu tidak akan berhenti.
Ketika bulan Ramadhan tiba, anda
memutuskan berhenti melakukannya atau setidaknya berkurang intensitasnya. Lalu
anda pergi ke masjid dan merasakan kedamaian tersebut. Anda mungkin baru
merasakan kedamaian itu setelah waktu yang sangat lama hingga anda bisa
membedakan antara racun di dalam diri anda, yaitu racun spiritual. Dan anda
juga dibersihkan hanya dengan mendengar al-Qur’an, bersujud bersama jamaah
lainnya. Itu mungkin hanya beberapa menit saja, tapi betapa besar dampaknya ke
diri anda.
Pada mulanya, dimana anda sudah
terbiasa makan makanan buruk, makanan yang sehat terasa tidak enak. Jadi orang
yang sudah lama tidak ke masjid, mereka merasa tidak nyaman di dalam. Mereka
lebih ingin pergi keluar masjid untuk nonton. Anda bisa lihat anak muda,
khususnya yang biasanya terlihat di luar atau serambi masjid, mereka sibuk
dengan gadgetnya masing-masing. Tidak ada yang bisa duduk tenang.
Inilah manfaat keimanan, yaitu
memberi ketenangan dan kedamaian. Anda tidak gelisah ataupun risih. Anda tidak
akan merasa selalu kekurangan. Apakah itu mata, pikiran, lidah, atau tubuh
anda. Anda tidak akan merasakan adanya kekurangan. Anda hanya merasakan
ketenangan. Merekalah orang yang selalu (berkomitmen) di atas petunjuk-Nya.
Allah di sini mengatakan, jika
tanpa komitmen, usaha kita tidak akan berhasil. Jadi anda harus menunjukkan
komitmen untuk mendapatkan kedamaian tersebut.
Allah SWT berfirman di ayat yang
lain:
ألا بذكر الله تطمئن القلوب
“hanya dengan mengingat Allah,
hati menjadi tenteram (ar-Ra’d ayat 28).”
Dan inilah inti ayat 82 dari
Surat Al-An’am. Demi Allah, semua manusia di bumi ini mencari kedamaian hidup.
Mereka mencari ketenangan dalam diri mereka. Sesuatu mengganggu mereka dan
mereka mengatakan ke dirinya, “jika saya bisa mendapatkan hal itu, maka saya
akan bahagia”. Atau dengan memakai kata lain untuk mendapatkan kebahagiaan.
Misalnya dengan mengatakan jika saya punya uang banyak, saya akan bahagia. Jika
mendapatkan gadis ini atau mobil ini saya akan bahagia. Dan banyak hal lain
yang dicari untuk mendapatkan kebahagiaan, misalnya dengan berusaha membeli
rumah, video game, jabatan, melakukan ini dan itu. Kita selalu menargetkan
keinginan kita dan mengatakan bahwa kita akan bahagia bila target itu tercapai.
Pertanyaannya, berapa lama kebahagiaan itu akan bertahan? Anda akan mencoba hal
lainnya dan anda tetap tidak pernah puas. Ayat 82 dari Surat Al-An’am inilah
ayatnya dimana Allah SWT mengajarkan kita melalui kata-kata Ibrahim ‘alaihi
salam yang diabadikan.
Orang yang betul-betul menemukan
keimanan dan tidak menggantinya dengan perbuatan buruk. Jika anda orang Islam,
belum tentu mendapat kedamaian ini. Mungkin anda mengganti keimanan anda dengan
tindakan buruk. Anda perlu menghentikannya dalam kehidupan anda dan Allah akan
menghadiahkan kedamaian.
Semoga Allah jadikan kita orang
yang mendapatkan ketenangan dan semoga Allah jadikan kita bagian dari “al
muhtadin” (orang yang mendapatkan petunjuk.
(Materi tulisan diambil dari
Kajian Ustadz Nouman Ali Khan
#Riyadh, Saudi Arabia
0 comments:
Post a Comment