September 10, 2015

Menemukan Ketenangan Hidup (Membahas Surat Al-An’am ayat 82)


الذين آمنوا ولم يلبسوا إيمانهم بظلم أولئك لهم الأمن وهم مهتدون

“Orang-orang yang beriman dan tidak mencampur adukkan iman mereka dengan kedzaliman (syirik), mereka itulah orang-orang yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.”

Di surat Al-An’am ayat 82, Allah SWT berfirman bahwa Nabi Ibrahim ‘alaihi salam mengatakan kepada kaumnya pada ayat sebelumnya (ayat 81), “kelompok mana yang lebih layak mendapat kedamaian?”

Ayat 82 menjelaskan tentang orang yang mendapat kedamaian hidup. Orang yang menderita gangguan emosional, seperti depresi, sedih, mudah marah, gelisah. Bagaimana mereka mendapatkan kedamaian? Apakah ada hubungan antara keimanan dan kedamaian, yaitu kedamaian diri dan psikologis?

Allah berfirman:
“Orang yang benar-benar beriman, tidak mencampuraduk keimanannya dengan amalan buruk.”

Amalan buruk tidak hanya menimbulkan gangguan terhadap orang lain. Indahnya, di ayat ini Allah SWT mengatakan bahwa jika anda berbuat buruk terhadap orang lain, anda juga sebenarnya merusak diri anda sendiri.

Allah mengatakan, jika anda bisa untuk tidak melakukannya, yaitu tidak melakukan hal buruk dan melakukan ketidakadilan terhadap orang lain, orang seperti itulah yang berhak mendapatkan kedamaian. Mereka akan mendapatkannya dan merasakan kedamaian dalam dirinya.

Kita tahu sekarang ini banyak tentara yang pulang dari medan perang, menyaksikan aksi kekejaman atau disengajanya aksi kekejaman tersebut. Atau hanya menjadi saksi terhadap aksi tersebut yang dilakukan rekannya saat perang. Saat pulang mereka akhirnya bunuh diri atau mereka dihantui mimpi buruk, tidak bisa tidur nyenyak, atau harus melalui berbagai pengobatan. Mereka mengalami trauma, bukan hanya trauma (cidera) fisik, tapi juga trauma psikologis. Mereka mungkin dianggap sudah patuh, yaitu mematuhi sesuai peraturan pemerintah. Namun di dalam diri mereka sebenarnya hancur. Mereka tidak memiliki kedamaian lagi. Mereka tidak bisa menjalani hidup seperti itu.

Ada orang yang melakukan berbagai perbuatan dosa, misalnya bekerja di industri hiburan, industri musik. Mereka mungkin bukan artis terkenal, tapi mereka terlibat dalam industri tersebut sehingga harus melakukan dosa terus menerus dan berbuat buruk. Mereka yang berada di industri clubbing atau di industri yang penuh maksiat. Orang-orang ini mungkin harus terus menerus mengonsumsi narkoba untuk mendapatkan kedamaian karena mereka telah melakukan hal buruk ke diri mereka dan orang lain. Mereka membuat dirinya mati rasa dan menjauh dari kenyataan untuk mampu mengatasinya.

Allah mengatakan, orang yang sungguh memiliki keimanan, mereka menemukan sesuatu yang tidak mereka temukan di klub malam, di pesta, di narkoba, di minuman keras. Mereka tidak menemukan kedamaian dimanapun. Untuk orang yang tidak tenggelam di hal-hal buruk itu, mungkin anda tenggelam di dunia hiburan. Anda menonton film terus menerus. Hal ini mengacaukan dan merusak diri anda sendiri. Hal yang terus anda lakukan adalah mengisi diri dengan hiburan terus menerus. Hal itu tidak akan berhenti.

Ketika bulan Ramadhan tiba, anda memutuskan berhenti melakukannya atau setidaknya berkurang intensitasnya. Lalu anda pergi ke masjid dan merasakan kedamaian tersebut. Anda mungkin baru merasakan kedamaian itu setelah waktu yang sangat lama hingga anda bisa membedakan antara racun di dalam diri anda, yaitu racun spiritual. Dan anda juga dibersihkan hanya dengan mendengar al-Qur’an, bersujud bersama jamaah lainnya. Itu mungkin hanya beberapa menit saja, tapi betapa besar dampaknya ke diri anda. 

Pada mulanya, dimana anda sudah terbiasa makan makanan buruk, makanan yang sehat terasa tidak enak. Jadi orang yang sudah lama tidak ke masjid, mereka merasa tidak nyaman di dalam. Mereka lebih ingin pergi keluar masjid untuk nonton. Anda bisa lihat anak muda, khususnya yang biasanya terlihat di luar atau serambi masjid, mereka sibuk dengan gadgetnya masing-masing. Tidak ada yang bisa duduk tenang.

Inilah manfaat keimanan, yaitu memberi ketenangan dan kedamaian. Anda tidak gelisah ataupun risih. Anda tidak akan merasa selalu kekurangan. Apakah itu mata, pikiran, lidah, atau tubuh anda. Anda tidak akan merasakan adanya kekurangan. Anda hanya merasakan ketenangan. Merekalah orang yang selalu (berkomitmen) di atas petunjuk-Nya.

Allah di sini mengatakan, jika tanpa komitmen, usaha kita tidak akan berhasil. Jadi anda harus menunjukkan komitmen untuk mendapatkan kedamaian tersebut.

Allah SWT berfirman di ayat yang lain:
ألا بذكر الله تطمئن القلوب
“hanya dengan mengingat Allah, hati menjadi tenteram (ar-Ra’d ayat 28).”

Dan inilah inti ayat 82 dari Surat Al-An’am. Demi Allah, semua manusia di bumi ini mencari kedamaian hidup. Mereka mencari ketenangan dalam diri mereka. Sesuatu mengganggu mereka dan mereka mengatakan ke dirinya, “jika saya bisa mendapatkan hal itu, maka saya akan bahagia”. Atau dengan memakai kata lain untuk mendapatkan kebahagiaan. Misalnya dengan mengatakan jika saya punya uang banyak, saya akan bahagia. Jika mendapatkan gadis ini atau mobil ini saya akan bahagia. Dan banyak hal lain yang dicari untuk mendapatkan kebahagiaan, misalnya dengan berusaha membeli rumah, video game, jabatan, melakukan ini dan itu. Kita selalu menargetkan keinginan kita dan mengatakan bahwa kita akan bahagia bila target itu tercapai. Pertanyaannya, berapa lama kebahagiaan itu akan bertahan? Anda akan mencoba hal lainnya dan anda tetap tidak pernah puas. Ayat 82 dari Surat Al-An’am inilah ayatnya dimana Allah SWT mengajarkan kita melalui kata-kata Ibrahim ‘alaihi salam yang diabadikan.

Orang yang betul-betul menemukan keimanan dan tidak menggantinya dengan perbuatan buruk. Jika anda orang Islam, belum tentu mendapat kedamaian ini. Mungkin anda mengganti keimanan anda dengan tindakan buruk. Anda perlu menghentikannya dalam kehidupan anda dan Allah akan menghadiahkan kedamaian.

Semoga Allah jadikan kita orang yang mendapatkan ketenangan dan semoga Allah jadikan kita bagian dari “al muhtadin” (orang yang mendapatkan petunjuk.

(Materi tulisan diambil dari Kajian Ustadz Nouman Ali Khan


#Riyadh, Saudi Arabia

0 comments:

Post a Comment