Alhamdulillah hamdan katsiron
thoyyiban mubaarokan fih kamaa yuhibbu Robbuna wa yardho, wa asyhadu alla ilaha
illallah wahdahu laa syarika lah wa asyhadu anna Muhammadan ‘abduhu wa rosuluh.
Allahumma sholli ‘ala Nabiyyina Muhammad wa ‘ala alihi wa shohbihi ajma’in.
Amma ba’du.
Sekiranya manusia mencoba
menghitung nikmat Allah, maka sungguh dia tidak akan mampu menghitungnya (wa in
ta’uddu ni’matallahi laa tuh suuha). Tugas kita sebenarnya sederhana saja,
yaitu bersyukur, bersyukur, dan bersyukur atas samudra nikmat Allah yang tiada
bertepi. Sholawat beriring salam semoga senantiasa tercurah kepada uswah
hasanah kita, Rasullullah shollallahu ‘alaihi wa sallam, juga kepada para
keluarga, sahabat, dan para pengikutnya hingga akhir zaman.
Tidak ada yang ingin saya tulis
dalam ulasan kali ini selain syukur, syukur, dan syukur atas karunia yang saya
dapatkan selama bulan Ramadhan kemarin. Sungguh, Allah memberikan nikmat yang
sangat banyak dan tidak terduga kepada saya di momen Ramadhan yang baru saja
berlalu. Sampai malu rasanya diri ini karena rasa-rasanya lebih banyak khianat
yang saya lakukan kepada Allah daripada ketaatan. Rasa-rasanya sangat mudah
hati ini berburuk sangka atas takdir yang tidak sesuai dengan “keinginan”,
padahal sudah jelas Dia mengatakan bahwa apa yang kita ingini mungkin saja
suatu keburukan. Sedangkan apa yang Dia takdirkan, sudah pasti kebaikan
(Al-Baqarah: 216).
Pada bulan Ramadhan yang lalu,
setidaknya ada tiga hal yang membuat hati saya membuncah kegirangan setelah
badai yang cukup menyempitkan hati selama beberapa bulan ke belakang. Pertama,
saya telah menjalani ujian tesis dan berhasil lulus dari Magister Manajemen
Bencana. Pendadaran dilaksanakan pada hari Selasa, 14 Juli 2014 jam 08.00-09.00
WIB. Waktu tersebut sangat mepet dengan waktu cuti bersama Lebaran yang jatuh
pada tanggal 16 Juli 2015.
Saya sendiri baru daftar sidang
Rabu minggu sebelumnya, 08 Juli 2015. Sebenarnya saya sendiri sudah agak
pesimis bisa mendapatkan jadwal ujian sebelum Lebaran karena waktunya yang
sangat mepet. Pak Pri, pengelola MMB, pun sudah merasa keberatan jika harus
mengurus ujian di hari itu karena memang waktunya sudah terlalu dekat dengan
waktu libur Lebaran. Beliau bahkan mengatakan bahwa ujian mungkin baru bisa
dilaksanakan setelah Lebaran.
Akan tetapi, saya kemudian
melakukan negosiasi kepada Pak Pri dengan mengatakan bahwa Prof. Junun, salah
satu penguji, akan pergi ke luar negeri setelah Lebaran. Akhirnya beliau
mencoba menghubungi dosen-dosen penguji untuk mengagendakan ujian saya di hari
Selasa. Dari ke-empat dosen yang dihubungi, yaitu Bapak Prof. Junun, Ibu Dr.
Rini, Bapak Rahmat Ph,D, dan Ibu Dr. Dina, hanya Ibu Dr. Rini yang tidak bisa
karena beliau sedang umrah. Pak Pri dan Ibu Dina (pembimbing saya) mengusulkan
agar mengganti Ibu Rini dengan Bapak Prof. Sudibyakto. Saya awalnya agak ragu
karena tentu Prof. Sudib memiliki standar yang lebih tinggi dari Bu Rini. Tapi
karena target saya adalah bisa ujian sebelum Lebaran, maka saya terima saja
tawaran itu.
Singkat kata, ujian telah
dilewati dengan baik. Prof Sudib yang awalnya saya khawatirkan kekritisannya,
saat itu alhamdulillah masih bisa saya “ikuti”. Alhamdulillah saya pun
mendapatkan nilai yang sangat memuaskan dari ke-empat dosen tersebut. Lega
rasanya bisa mudik setelah ujian. Beban terasa lebih ringan.
Berita kedua yang membuat hati
saya bergetar adalah berita dari King Saud University (KSU). FYI, saya telah
mendaftar beasiswa di KSU dua tahun lalu untuk jenjang master di jurusan
Psikologi, tapi belum ada kejelasan tentang diterima atau tidaknya saya sampai
Ramadhan kemarin. Nah, bulan Ramadhan kemarin alhamdulillah saya mendapatkan
email dari KSU yang isinya menyatakan bahwa saya diterima di KSU untuk jenjang
master di jurusan Psikologi pada periode 2015/2016. Ah, benar-benar nikmat yang
tidak disangka-sangka.
Nikmat itu semakin terasa ketika saya
diberitahukan bahwa saya bisa mengonversi beasiswa S2 itu menjadi S3 karena
saya telah menyelesaikan S2 saya di UGM. Saya diminta untuk segera datang ke
Saudi untuk bisa memastikan hal tersebut. Bagi saya pribadi, kalaupun saya
harus menempuh S2 lagi, itu tidaklah mengapa karena membayangkan bisa tinggal
di Saudi saja sudah sangat luar biasa. Peluang saya untuk menunaikan rukun
Islam yang kelima semakin besar. Peluang untuk mendalami dan menyelami ajaran
Islam juga semakin besar. Ah, nikmat apalagi yang harus saya dustakan?
Berita ketiga, ini terkait
masalah hati. Tidak dapat dipungkiri bahwa momen Ramadhan kemarin benar-benar
menjadi momen yang sangat penting. Saya sangat merasakan bagaimana Ramadhan
“menjaga” dan mengondisikan saya (dan kaum muslimin lainnya) sehingga saya
mendapatkan ketenangan hati yang tidak ternilai harganya. Kondisi yang berbeda
saya rasakan sebelum Ramadhan dimana hati saya lebih sering gelisah oleh
perkara-perkara yang sedang saya hadapi. Tapi ketika Ramadhan, walaupun
perkaranya belum selesai, tapi alhamdulillah ketenangannya sudah saya dapatkan.
Itulah yang lebih penting. Setidaknya saya dapat menghadapi permasalahan yang
ada dengan hati yang lebih mantap, yakin, dan tenang.
Ramadhan kali ini memang
benar-benar penuh berkah. Allah benar-benar mendatangkan rezeki dari pintu yang
tidak disangka-sangka. Sejujurnya saya sendiri malu mendaptkan nikmat yang
banyak ini. Malu karena saya sadar betapa sering saya khianat kepada-Nya.
Semoga saya selalu bisa menjadi pribadi yang lebih baik dari hari ke hari.
#Home Sweet Home
0 comments:
Post a Comment