September 7, 2014

Kajian Jelajah Hati 07 Januari 2010


Kajian Jelajah Hati
Tempat : Pesantren Mahasiswi Daarush Sholihat
Pemateri: Ustadz Syatori Abdurrouf
Hari/Tanggal: Kamis, 07 Januari 2010
Tema: Sakaratul Maut (Tafsir Surat Al-Fajr)

Hidup adalah pilihan. Amal-amal kita selama hidup di alam fana, adalah pilihan untuk hidup kita di alam baqa. Surat Al-Fajr menghadirkan dua pilihan untuk kita. Pertama, “Aduh, kalau saja aku mengerjakan (kebaikan untuk hidupku ini” (al-Fajr: 24). Kedua, “Wahai jiwa-jiwa yang tenang..” (al-Fajr: 27-30).

Dari situ, kita harus mulai memahami apa itu makna “penting”. Sesuatu dikatakan penting manakala memberikan manfaat untuk hidup kita sesudah mati. Dengan demikian, menonton sepak bola, sinetron, main game, dan sebagainya tidak bisa diklasifikasikan sebagai hal yang “penting”.
Ilustrasi ketaatan (sumber : saidnursi.de)

Hidup ini cuma sekejap, tapi beresiko. Karena itu, hiduplah untuk kematianmu dan matilah untuk kehidupanmu agar saat Dia Yang Maha Hidup mematikanmu, membuatmu merasakan hidup yang sesungguhnya.

Hidup ini cuma sekali sehingga tidak mungkin jika kita mengelolanya dengan manajemen untung-untungan. Kematian tidak hanya merenggut mereka yang sudah renta, tetapi juga mereka yang masih muda. Kematian itu diawali dengan sakaratul maut. Berikut adalah anatomi sakaratul maut:
1.       Akal dan ingatan tidak bisa bekerja. Yang bekerja adalah alam bawah sadar kita.

2.       Setan akan berdatangan menggoda dengan sekeras-keras godaan. Misalnya, setan akan datang dalam rupa orangtua kita, lalu membisikkan kata-kata manis sehingga seseorang tidak mengingat Allah Swt.

3.       Rasa sakit yang amat sangat, seolah-olah ditusuk-tusuk oleh 300 pedang. Dalam riwayat lain, tubuh ini seperti dililit oleh kawat-kawat berduri. Kawat ini menusuk hingga daging, lalu kawat itu ditarik dari atas kepala.

Kajian Anatomi Pertama
Alam bawah sadar kita akan bekerja sesuai dengan apa yang paling kita senangi selama hidup ini. Seperti halnya mimpi, apa yang kita impikan adalah kesenangan saat kita terjaga. Barangsiapa yang selama hidupnya senang berwudhlu, maka saat sakaratul maut nanti Allah sibukkan dia dengan kesucian. Kata-katanya akan dijaga oleh Allah hanya untuk mengucapkan kebaikan.

Siapapun yang sepanjang hidupnya cinta membaca Al-Qur’an, maka di kala sakaratul maut nanti Allah sibukkan lisan dia membaca Al-Qur’an.  Barangsiapa yang selama hidupnya selalu membasahi lidahnya dengan Dzikrullah, maka saat sakaratul maut nanti Allah pun akan basahkan lidahnya dengan Dzikrullah.

Barangsiapa yang selama hidupnya selalu lapang dada, maka Allah lapangkan dada dia di kala sakaratul maut nanti. Ketika dia menyadari malaikat maut datang, dia akan tenang-tenang saja. Barangsiapa yang sepanjang hayatnya selalu takut kepada Allah, maka Allah lepaskan dia dari segala rasa takut di kala sakaratul maut. Barangsiapa yang selama hidupnya selalu memendam rindu kepada Allah, maka Allah akan jadikan saat-saat sakaratul maut sebagai saat-saat paling indah dalam hidupnya.

Begitu pula, barangsiapa yang selama hidupnya menyibukkan diri dengan kesenangan dunia, maka di kala sakaratul maut nanti, dia merasakan pedihnya berpisah dengan dunia yang disenanginya. Siapa yang hidupnya dibuai oleh kelalaian, maka Allah akan lalaikan dia dari mengingat Allah di kala sakaratul maut nanti. Allah tidak ridho nama-Nya disebut saat sakaratul maut.

#Wisma Pakdhe

0 comments:

Post a Comment