“Kelas eksekutif hanya untuk
mereka yang bermental eksekutif. Walaupun penghasilan anda belum setara
eksekutif, tapi setidaknya ubahlah mental anda untuk menjadi eksekutif dengan
memesan tiket kelas eksekutif” (Anonim)
Saat mudik Lebaran kemarin, saya
dapat tiket promo kereta api eksekutif. Potongan harganya benar-benar miring,
tapi tentu tidak semiring pemikiran Ulil Abshor yang mengatakan bahwa semua
agama sama. Harga tiket eksekutif yang normalnya berkisar 300 ribu lebih, saya
dapatkan hanya dengan harga 99 ribu rupiah saja. *tawa pendekar*
Tiket kereta yang saya pesan saat
itu adalah Argo Wilis jurusan Bandung. Lah kok ke Bandung? Yup, karena
saya ada misi pribadi di Bandung selama beberapa hari. Sebenarnya ada kereta
yang langsung ke Jakarta (Gambir), tapi karena misi ini sudah lama saya
rencanakan, maka saya rela untuk tidak mengambil tiket Taksaka dan
kawan-kawannya tersebut (kereta eksekutif, red), hehe.
Well, di sini saya akan berbagi
pengalaman naik kereta eksekutif tersebut. Bukan bermaksud norak, tapi hanya
sekedar membandingkan perbedaan antara ketiga kelas kereta yang ada dan pernah
saya tumpangi, yaitu kelas ekonomi, bisnis, dan eksekutif. Mudah-mudahan bisa
menjadi referensi bagi kita untuk memilih kereta yang sesuai.
Oke, mari kita mulai
mengingat-ingat (saya agak lupa, hehe). Pertama, orang banyak mengatakan bahwa
kereta eksekutif lebih nyaman daripada kereta bisnis, apalagi ekonomi. Untuk yang
satu ini saya tidak bisa mengelak karena anggapan tersebut memang benar adanya.
Mulai dari kursi, di kereta ini kursi di-desain seperti kursi bis (privat),
satu arah (maksudnya tidak berhadap-hadapan seperti kursi di kelas lain), jarak
antar kursi yang lumayan luas (nyaman untuk selonjoran *apa bahasa baku
selonjoran?*), dan disediakan pijakan kaki yang bisa diatur ketinggiannya.
Selain itu, ada juga petugas (on train cleaner?) yang intens membersihkan gerbong
selama perjalanan (mengambil sampah, menyapu, dll) sehingga semakin menambah kenyamanan
kereta ini. Well, di kelas lain juga sebenarnya ada petugas yang serupa, tapi
di kelas eksekutif intensitas kedatangan petugasnya lebih tinggi sehingga
kereta lebih sering dibersihkan.
Hmm…sebenarnya agak janggal
juga sih, kereta eksekutif kan biasanya diisi oleh orang kelas atas dengan jumlah
penumpang yang cenderung lebih sedikit, tapi mengapa justaru lebih sering
dibersihkan daripada kereta ekonomi? Secara logika, semestinya (dan memang
faktanya) kereta ekonomi yang harus lebih sering dibersihkan karena penumpangnya
lebih banyak sehingga lebih cepat kotor.
Kedua, waktu tempuh yang lebih
singkat karena kereta ini didahulukan daripada kereta lain. Saya kemarin sempat
mencatat kereta yang saya tumpangi berhenti sebanyak lima kali di Purworejo,
Kroya, Banjar, Tasikmalaya, dan Cipeundeuy. Durasi pemberhentian di masing-masing
titik berkisar antara 15-20 menit. Artinya, ada waktu tunggu sekitar 75-100
menit selama perjalanan. Selain itu, kereta juga telat sekitar 30 menit dari
jadwal. Seharusnya kereta tiba di Stasiun Bandung pukul 18.44, tapi ternyata
baru sampai pukul 19.15. Dengan begitu, waktu tempuh bukan menjadi sesuatu yang
spesial dari kereta eksekutif karena nyatanya tidak jauh berbeda dengan kereta
bisnis dan ekonomi.
Saya juga banyak mendengar
anggapan bahwa kereta eksekutif lebih halus (smooth) dan tidak berisik.
Kenyataan yang saya dapati adalah kereta ini tidak jauh berbeda dengan kereta
kelas lain karena suara gesekan antara rel dengan roda kereta masih sangat terasa
dan terdengar kasar di telinga. Agak absurd juga kalau orang bilang tidak
terdengar suara gesekan, emangnya kereta Sinkansen? Selama rel dan roda bergesekan,
pasti ada suara gesek yang ditimbulkan.
Fasilitas lain yang cukup
membedakan kereta ini dengan kereta lain adalah adanya TV yang menayangkan
film-film populer. Kalau posisi kursi anda bagus, mungkin perasaan bosan akan
sedikit teratasi dengan menonton film tersebut. Tapi kalau posisi kursi anda
miring (tidak searah TV) dan agak jauh dari TV, ya percuma saja karena layar TV
nya kecil dan terletak di dinding gerbong terdepan dan terbelakang dengan
volume (suara) yang juga kecil.
Berdasarkan pengalaman tersebut,
saya menyimpulkan bahwa kereta eksekutif hanya unggul dalam hal kenyamanan. Menurut
saya, kereta tersebut terasa lebih nyaman karena jumlah penumpangnya yang lebih
sedikit. Kalau masing-masing penumpang ekonomi membeli 6 tiket untuk diri
sendiri (setara tiket eksekutif), mungkin akan lebih nyaman kereta ekonomi
karena dengan begitu jumlah penumpang juga akan lebih sedikit dan bahkan anda
bisa mendapatkan space yang lebih besar sehingga sangat nyaman untuk tidur,
hehe.
Kelas Eksekutif? Biasa aja ah..
#WIsma Pakdhe
0 comments:
Post a Comment