Sudah cukup lama saya tidak
menulis di blog. Apa yang sebenarnya saya kerjakan belakangan ini hingga
membuat kegiatan menulis menjadi terpinggirkan? Well, saya rasa tidak ada
kesibukan spesifik yang menyita waktu dan tenaga, selain kesibukan kuliah tentunya.
Kalau mau dilacak berdasarkan
tanggal, tulisan terakhir saya yang “interaktif” ditulis pada tanggal 26
Februari 2014 berjudul Bencana Sesungguhnya. Dalam rentang waktu antara 26/02
sampai hari ini memang ada satu tulisan lagi yang berjudul Optimalisasi Peran
Psikologi. Tetapi tulisan itu bukan merupakan tulisan interaktif. Artikel itu
saya tulis untuk dikirimkan ke (semacam) sayembara di Fakultas Psikologi yang
akan menerbitkan buku pada peringatan Lustrum Desember nanti. Kalau ide tulisan
itu diterima, saya berhak mendapatkan jatah menulis di buku tersebut.
Lalu apa kesibukan saya hingga
tidak menghasilkan satu tulisan pun dalam rentang waktu hampir dua bulan? Hmm…
bingung juga saya menjawabnya. Rendahnya produktivitas saya dalam menulis
biasanya hanya disebabkan satu hal, yaitu tugas kuliah yang menumpuk. Well, semester
ini saya memang mengambil matakuliah sebanyak 19 sks yang terdiri dari 8
matakuliah. Lebih banyak dari jumlah sks semester lalu yang hanya 14 sks dan
terdiri dari 6 matakuliah. Sedikit melebar, saya memang sengaja mengambil
banyak matakuliah agar semester 3 nanti tidak perlu kuliah di kelas lagi.
Dengan jumlah matakuliah
tersebut, waktu kuliah saya memang menjadi lebih banyak. Dari Senin sampai
Jumat selalu ada kuliah. Meski demikian, saya tidak merasa beban kuliah dan
tugas di semester ini lebih berat daripada semester lalu. Menurut saya,
tugas-tugas yang diberikan masih cukup wajar. Tidak terlalu menyita waktu.
Dengan begitu, alasan kuliah semestinya tidak rasional lagi diajukan.
Lalu apa yang membuatnya saya
kehilangan produktivitas? Hmm… setelah saya pikir-pikir sepertinya hanya satu
hal yang menjadi penyebabnya, yaitu SMARTPHONE.
Ya, sekarang saya adalah pengguna
ponsel pintar tersebut. Meski awalnya menolak, tapi setelah melakukan berbagai pertimbangan
yang njelimet (halah) akhirnya saya membeli gadget itu juga. Salah satu
pertimbangannya karena tekanan konformitas (gak ideologis banget). FYI, diantara
teman seangkatan di kampus saya, cuma saya yang tidak menggunakan smartphone
(hahaha), padahal berbagai informasi kuliah banyak di share di group Whatsapp.
Daripada saya merepotkan orang lain dan dibilang antisosial, mending conform
ke kelompok deh, hehe.
Dulu saya menolak menggunakan
smartphone karena berpikir pasti waktu saya banyak terbuang untuk urusan yang bukan
urgent (sok ideologis). Sehingga tawaran dan promosi smartphone apapun tidak
membuat saya tertarik. Bahkan tawaran BlackBerry gratis dari sepupu saya tidak
mampu menggoyahkan prinsip tersebut (cool mode: on). Tapi lama kelamaan akhirnya
saya “terprovokasi” juga, hehe. Saya akhirnya membeli smartphone pertama saya
tanggal 22 Februari 2014.
Sekarang berarti sudah 2 bulan saya
menggunakan ponsel itu. Lalu apa yang
saya dapatkan dari smartphone selama waktu tersebut? Hmm..dampak yang paling
kentara tentu dalam hal komunikasi. Aliran komunikasi dan informasi antara saya
dengan teman-teman dan berbagai kelompok menjadi lebih lancar. Meski demikian,
tidak semua komunikasi dan informasi yang saya dapatkan itu baik. Ada juga
komunikasi dan informasi yang sia-sia. Bahkan kalau mau jujur, sepertinya lebih
banyak informasi yang sia-sia daripada yang benar-benar berguna. Yah,
konsekuensi logis itu memang sudah saya duga sih. Sekarang tinggal bagaimana
saya menyikapinya, apakah ingin ikut terbawa arus menyajikan komunikasi dan informasi
sia-sia atau justru sebaliknya?
Dampak lainnya bisa dilihat dari manajemen
waktu. Sampai rentang 2 bulan ini, hubungan saya dengan smartphone layaknya
hubungan anak kecil dengan mainan barunya. Rasa-rasanya kurang afdhol kalau
sehari tidak melihat hp. Hari? Hmm..kayaknya lebih fair kalau hitungannya
jam, bukan hari. Oke saya ralat, rasa-rasanya kurang afdhol kalau sejam
tidak melihat hp. Ada saja yang ingin dilakukan dengan hp tersebut. Yah, kadang
manfaat, tapi tentu lebih sering sia-sianya, kayak nge-game, browsing,
9gag-ing, de el el.
Ah, setiap amanah memang tidak
mudah untuk disikapi dengan bijak, termasuk amanah smartphone ini. Saya yakin smartphone
ini pasti akan ada hisabnya. Untuk apa dia dibeli? Darimana uangnya? Apa saja
yang telah dilakukan dengan gadget tersebut? Tulisan seperti apa yang biasa
diposting? Website apa yang biasa dibrowsing? Mp3 apa yang biasa didengar? Video
apa yang biasa diputar? Dan lain-lain. Semua pasti ada hitungannya. Well, semoga
hp ini berkah dan bisa membawa saya menjadi lebih dekat dengan Allah.
Wisma Pakdhe
0 comments:
Post a Comment