Sebagai negara rawan bencana, Indonesia dihadapkan pada tantangan
berat untuk mewujudkan bangsa yang tangguh bencana. Bangsa yang tangguh berarti
bangsa yang mampu menekan risiko sampai tingkat terendah meski bahaya (hazard)
yang dihadapi tinggi.
Dalam paradigma kebencanaan, risiko dirumuskan sebagai interaksi
antara tingkat kerentanan dengan bahaya. Artinya, semakin tinggi tingkat
kerentanan dan bahaya, maka semakin besar pula risiko yang dihadapi. Bahaya,
khususnya yang bersumber dari alam, bersifat tetap karena merupakan bagian dari
dinamika proses alami pembangunan atau pembentukan roman muka bumi (Bakornas
PB, 2007). Dengan kata lain, bahaya merupakan sesuatu yang tidak bisa kita
kontrol.
Dengan begitu, peluang penekanan tingkat risiko lebih mungkin
diusahakan melalui upaya peningkatan kapasitas. Kapasitas yang tinggi akan
berefek pada penurunan tingkat kerentanan yang kemudian dapat menurunkan
tingkat risiko.
Secara umum, kapasitas digolongkan ke dalam tiga bentuk, yaitu
sosial, ekonomi, dan lingkungan (infrastruktur fisik). Dua yang disebutkan
terakhir bukan merupakan ranah yang berhubungan langsung dengan psikologi.
Peran sentral psikologi sejatinya dapat dioptimalkan dalam upaya peningkatan
kapasitas sosial masyarakat melalui peningkatan kualitas sumber daya manusia.
Dalam siklus kebencanaan, posisi kapasitas sosial sebenarnya tidak
hanya terletak pada saat pra bencana. Maksudnya, kapasitas sosial bukanlah
semata tentang bagaimana kesiapan seseorang atau sekelompok masyarakat dalam
menghadapi suatu bencana. Lebih dari itu, kapasitas sosial juga menyangkut isu
tentang bagaimana mereka mampu bangkit kembali ke kondisi normal setelah
kejadian bencana. Dalam paradigma kebencanaan, kapasitas yang dimaksud sering
disebut sebagai resiliensi.
Ilustrasi psikologi (sumber : tapchitaichinh.vn) |
Psikologi mengenal resiliensi sebagai suatu adaptasi positif
terhadap kesengsaraan atau situasi yang mengancam (Luthar, dkk, 2000). Individu
dikatakan memiliki tingkat resilien yang tinggi apabila mereka mampu
beradaptasi dengan perubahan setelah peristiwa yang menekan dengan cara
konstruktif.
Dalam tulisan kali ini, penulis akan membahas peran psikologi
dalam mewujudkan bangsa tangguh bencana melalui peningkatan resiliensi. Apa itu
resiliensi, faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi, dan bagaimana upaya yang
bisa dilakukan untuk meningkatkannya akan didiskusikan kemudian.
0 comments:
Post a Comment