Ada dua kabar gembira yang saya
dapat seminggu ini. Kabar pertama dari perkuliahan. Paper yang saya buat untuk tugas
matakuliah Kebijakan dan Kelembagaan dinobatkan menjadi salah satu yang terbaik
di kelas. Tidak hanya itu, paper saya bahkan dijadikan acuan penulisan untuk
tugas matakuliah tersebut. Artinya, semua teman seangkatan di prodi saya akan
membaca dengan seksama paper itu. Prof. Purwo, pengampu matakuliah ini, bahkan
memberikan kredit tersendiri atas paper tersebut. Berikut adalah email yang
dikirimkan oleh Prof. Purwo kepada kami:
"Peserta kuliah Kebijakan
dan Kelembagaan ysh Dalam komentar umum yang telah saya sampaikan, saya
mengatakan bahwa sebagian besar makalah yang disusun para peserta tidak mengacu
pada referensi yang memadai, terlebih referensi dalam bisang kebijakan dan kelembagaan.
Sehubungan dengan komentar itu, saya menemukan setidaknya satu yang terkecuali,
yakni naskah ini. Ini adalah contoh naskah yang mengacu pada literature tentang
proses pelembagaan. Dengan acuan yang relatif banyak, mas Fajar tetap
mengekspresikan gagasannya dengan baik. Hanya saja, bagian pengantarkan agak
bertele-tele. Selamat buat mas Fajar. Bagi peserta yang lain: Selamat mengambil
inspirasi dari tulisan mas Fajar. Salam Purwo Santoso."
Saya senang. Bukan karena saya
bisa menjadi yang terbaik, tapi karena saya bisa memberikan manfaat untuk orang
lain. Sebelumnya, kami semua bingung atas maksud Prof. Purwo. Termasuk saya! Ketidakfamiliaran
cara beliau dalam menyampaikan materi saya rasa menjadi faktor utama yang mendatangkan
kebingungan tersebut.Oleh karena ketidakpahaman instruksi itulah, akhirnya kami
semua gagal memenuhi ekspektasi beliau seperti yang beliau paparkan dalam email
di atas.
Saya sendiri sebenarnya tidak
menyangka jika paper saya mendapat kredit sebagus itu. Saya hanya berusaha
menuliskan apa yang beliau inginkan. Oleh karena itu, sebelum menulis tugas
tersebut, saya berusaha mengerti dulu apa yang benar-benar beliau
ekspektasikan. Maka saya pun bertanya kepada teman-teman sekelas. Hampir
sepertiganya saya tanyakan. Anehnya, semakin saya tanya, saya justru semakin
bingung. Tidak puas dengan itu, saya mencoba bertanya kepada Bang Iyeng,
maestro Sospol yang saya kagumi. Yang saya tanyakan bukan tentang tugas, tapi
tentang matakuliah dan cara Prof. Purwo mengajar. Apa sebenarnya esensi dari
kuliah tersebut dan bagaimana “kemauan” Prof. Purwo kepada mahasiswanya. Dari
situ, mulai tersingkaplah kabut-kabut yang selama ini menutupi.
Setelah bertanya kepada teman
sekelas dan Bang Iyeng, selanjutnya saya kumpulkan bahan-bahan tentang
kelembagaan. Prof. Google sangat membantu saya dalam hal ini. Untungnya, saya
juga menemukan satu makalah yang khusus membahas kelembagaan dalam hal kebencanaan.
Berulang-ulang kali saya baca paper tersebut untuk memahami isi dan alur
berpikirnya. Setelah benar-benar paham, barulah saya menuliskan paper saya. Dan
hasilnya dapat dibaca dari petikan email di atas. Alhamdulillah :-D
Akan tetapi, “great” yang Prof.
Purwo berikan bukanlah yang ultimate bagi saya kala itu. Meski patut diakui
bahwa hati ini sempat tercuri karenanya, tapi tidak lama setelah itu ada “great”
lain yang lebih “digdaya” yang mampu menyingkirkan “great” Prof. Purwo dari hati.
“Great” yang membuat kegembiraan saya benar-benar meledak minggu lalu adalah mimpi
tentang Umi.
Ya, mimpi tentang Umi. Dalam
mimpi tersebut, paman saya menyampaikan kepada saya bahwa makam Umi akan
dipindahkan. Saya diminta datang untuk menyaksikan pemindahan makam tersebut.
Ketika makam telah digali, saya melihat jasad Umi ternyata masih utuh. Bahkan tidak
hanya utuh, tetapi juga kondisinya lebih baik dari sebelumnya. Selain itu, dalam
mimpi tersebut saya juga mendapat ilustrasi makam Umi dipenuhi dengan
bunga-bunga yang indah. Masya Allah…
Saya yakin ini adalah pertanda
baik. Ini adalah mimpi yang baik. Saya meyakininya karena saya memulai “prosesi”
mimpi itu dengan baik. Saya mengawali tidur saya dengan baik. Membersihkan dan
menyucikan diri sebelum tidur. Menyikat gigi dan berwudhu. Tidak lupa membaca
do’a, lalu membaringkan posisi tubuh saya ke arah kiblat, sesuai dengan sunnah
Rasulullah saw. Saya juga menjadikan suara Tilawah Al-Qur’an Syaikh Sudais
sebagai pengantar menuju alam mimpi sampai akhirnya Allah menakdirkan saya bertemu
dengan mimpi tersebut. Ah, semoga ini memang benar-benar pertanda baik buat Umi
saya.
Seminggu sebelumnya, saya
menitipkan doa kepada Mas Firman, seorang kawan dari Bandung, yang akan
berangkat umroh. Doa yang saya titipkan ada dua, salah satunya adalah doa untuk
kebaikan Umi saya. Mungkinkah mimpi itu adalah tanda dari Allah swt bahwa doa
tersebut ter-ijabah? Wallahu ‘alam.
#Wisma Pakdhe
0 comments:
Post a Comment