January 12, 2014

It's True Great


Ada dua kabar gembira yang saya dapat seminggu ini. Kabar pertama dari perkuliahan. Paper yang saya buat untuk tugas matakuliah Kebijakan dan Kelembagaan dinobatkan menjadi salah satu yang terbaik di kelas. Tidak hanya itu, paper saya bahkan dijadikan acuan penulisan untuk tugas matakuliah tersebut. Artinya, semua teman seangkatan di prodi saya akan membaca dengan seksama paper itu. Prof. Purwo, pengampu matakuliah ini, bahkan memberikan kredit tersendiri atas paper tersebut. Berikut adalah email yang dikirimkan oleh Prof. Purwo kepada kami: 

"Peserta kuliah Kebijakan dan Kelembagaan ysh Dalam komentar umum yang telah saya sampaikan, saya mengatakan bahwa sebagian besar makalah yang disusun para peserta tidak mengacu pada referensi yang memadai, terlebih referensi dalam bisang kebijakan dan kelembagaan. Sehubungan dengan komentar itu, saya menemukan setidaknya satu yang terkecuali, yakni naskah ini. Ini adalah contoh naskah yang mengacu pada literature tentang proses pelembagaan. Dengan acuan yang relatif banyak, mas Fajar tetap mengekspresikan gagasannya dengan baik. Hanya saja, bagian pengantarkan agak bertele-tele. Selamat buat mas Fajar. Bagi peserta yang lain: Selamat mengambil inspirasi dari tulisan mas Fajar. Salam Purwo Santoso."

Saya senang. Bukan karena saya bisa menjadi yang terbaik, tapi karena saya bisa memberikan manfaat untuk orang lain. Sebelumnya, kami semua bingung atas maksud Prof. Purwo. Termasuk saya! Ketidakfamiliaran cara beliau dalam menyampaikan materi saya rasa menjadi faktor utama yang mendatangkan kebingungan tersebut.Oleh karena ketidakpahaman instruksi itulah, akhirnya kami semua gagal memenuhi ekspektasi beliau seperti yang beliau paparkan dalam email di atas.

Saya sendiri sebenarnya tidak menyangka jika paper saya mendapat kredit sebagus itu. Saya hanya berusaha menuliskan apa yang beliau inginkan. Oleh karena itu, sebelum menulis tugas tersebut, saya berusaha mengerti dulu apa yang benar-benar beliau ekspektasikan. Maka saya pun bertanya kepada teman-teman sekelas. Hampir sepertiganya saya tanyakan. Anehnya, semakin saya tanya, saya justru semakin bingung. Tidak puas dengan itu, saya mencoba bertanya kepada Bang Iyeng, maestro Sospol yang saya kagumi. Yang saya tanyakan bukan tentang tugas, tapi tentang matakuliah dan cara Prof. Purwo mengajar. Apa sebenarnya esensi dari kuliah tersebut dan bagaimana “kemauan” Prof. Purwo kepada mahasiswanya. Dari situ, mulai tersingkaplah kabut-kabut yang selama ini menutupi.

Setelah bertanya kepada teman sekelas dan Bang Iyeng, selanjutnya saya kumpulkan bahan-bahan tentang kelembagaan. Prof. Google sangat membantu saya dalam hal ini. Untungnya, saya juga menemukan satu makalah yang khusus membahas kelembagaan dalam hal kebencanaan. Berulang-ulang kali saya baca paper tersebut untuk memahami isi dan alur berpikirnya. Setelah benar-benar paham, barulah saya menuliskan paper saya. Dan hasilnya dapat dibaca dari petikan email di atas. Alhamdulillah :-D

Akan tetapi, “great” yang Prof. Purwo berikan bukanlah yang ultimate bagi saya kala itu. Meski patut diakui bahwa hati ini sempat tercuri karenanya, tapi tidak lama setelah itu ada “great” lain yang lebih “digdaya” yang mampu menyingkirkan “great” Prof. Purwo dari hati. “Great” yang membuat kegembiraan saya benar-benar meledak minggu lalu adalah mimpi tentang Umi.

Ya, mimpi tentang Umi. Dalam mimpi tersebut, paman saya menyampaikan kepada saya bahwa makam Umi akan dipindahkan. Saya diminta datang untuk menyaksikan pemindahan makam tersebut. Ketika makam telah digali, saya melihat jasad Umi ternyata masih utuh. Bahkan tidak hanya utuh, tetapi juga kondisinya lebih baik dari sebelumnya. Selain itu, dalam mimpi tersebut saya juga mendapat ilustrasi makam Umi dipenuhi dengan bunga-bunga yang indah. Masya Allah…

Saya yakin ini adalah pertanda baik. Ini adalah mimpi yang baik. Saya meyakininya karena saya memulai “prosesi” mimpi itu dengan baik. Saya mengawali tidur saya dengan baik. Membersihkan dan menyucikan diri sebelum tidur. Menyikat gigi dan berwudhu. Tidak lupa membaca do’a, lalu membaringkan posisi tubuh saya ke arah kiblat, sesuai dengan sunnah Rasulullah saw. Saya juga menjadikan suara Tilawah Al-Qur’an Syaikh Sudais sebagai pengantar menuju alam mimpi sampai akhirnya Allah menakdirkan saya bertemu dengan mimpi tersebut. Ah, semoga ini memang benar-benar pertanda baik buat Umi saya.

Seminggu sebelumnya, saya menitipkan doa kepada Mas Firman, seorang kawan dari Bandung, yang akan berangkat umroh. Doa yang saya titipkan ada dua, salah satunya adalah doa untuk kebaikan Umi saya. Mungkinkah mimpi itu adalah tanda dari Allah swt bahwa doa tersebut ter-ijabah? Wallahu ‘alam.

#Wisma Pakdhe

0 comments:

Post a Comment