September 7, 2013

Fakta Menarik Tentang Masjid Kampus UGM

Jumat yang lalu (06/08/13) saya sempat berbincang-bincang dengan Mas Niko, orang yang sering menjadi MC sholat Jum’at di Masjid Kampus (Maskam) UGM. Saya diajak oleh Imron, teman KKN saya. Dulu Imron pernah nge-kost di tempat beliau, makanya Imron mengenalnya.

Kami sempat membicarakan beberapa hal tentang Maskam dan saya mendapat beberapa fakta menarik tentang salah satu masjid favorit saya tersebut. Berikut fakta-faktanya:
Masjid Kampus UGM (sumber: eksotisjogja.com)

Fakta pertama, bangunan utama Maskam ternyata baru selesai dibangun tahun 1999. Hal ini cukup mengagetkan mengingat UGM sebagai kampus telah berdiri sejak tahun 1949.  Kalau begitu, selama hampir setengah abad berarti UGM tidak memiliki Maskam resmi dong? Ya, meskipun dulu pasti ada masjid sebagai tempat ibadah, tapi bukannya aneh kalau Maskam resmi baru dibangun tahun 1999?

Fakta kedua, meskipun bangungan resmi sudah selesai dibangun tahun 1999, tapi rupanya Maskam sempat terbengkalai sampai tahun 2002 karena belum memiliki takmir masjid. Kemudian pihak kampus meminta anak-anak JS (Jama’ah Sholahudin-Rohis nya UGM) untuk memindahkan sekretariat mereka yang awalnya di Gelanggang Mahasiswa ke Maskam agar sekalian bisa mengurus Maskam. Akhirnya anak-anak JS-lah yang mengurus Maskam sampai akhirnya kepengurusan masjid diambil alih oleh takmir yang terbentuk tahun 2002.

Fakta ketiga sekaligus fakta yang paling cetar dan mencengangkan adalah, Maskam ternyata bukan milik UGM, saudara-saudara!!! Eng..ing..eng..

Jadi begini, Maskam itu dibangun pada masa kepemimpinan Bapak rektor Ichlasul Amal, tapi bukan menggunakan dana dari UGM. Apakah pembangunannya menggunakan dana swadaya atau dari kantong Bapak Ichlasul Amal sendiri, saya masih agak miss di sini. Nah, setelah Maskam berdiri, kemudian dibentuklah Yayasan Masjid Kampus UGM yang diketuai oleh Bapak Ichlasul Amal sendiri.

Konsekuensi logis dari semua itu, Maskam yang takmirnya berhaluan Muhammadiyah (fakta lainnya), tak bisa di-intervensi untuk mengikuti pemerintah, misalnya dalam hal penentuan awal puasa, karena Maskam memang bukan milik pemerintah (UGM). Oleh karena itu, rektor UGM juga tidak memiliki wewenang untuk meminta Maskam mengikuti pemerintah.

Dengan begitu, tanda tanya yang selama ini berputar di kepala saya tentang masjid yang tiap jum’atannya “berpenghasilan” 13 juta-an ini sudah terjawab. Dulu saya bertanya-tanya, mengapa Maskam sering melakukan puasa lebih dulu dari pemerintah, padahal UGM kan kampus negeri, sudah sewajarnya mengikuti ulil amri. Tapi lain cerita kalau begini faktanya.

Kurang lebih, itulah beberapa informasi yang saya dapati tentang Maskam UGM. Info-info tersebut disampaikan oleh Mas Niko yang sudah tinggal di perumahan dosen (jarak rumahnya kurang lebih 20 m dari Maskam) sejak Maskam baru dibangun. Semoga tidak ada info yang keliru atau salah dengar.
Wallahu a’lam bishawab.

#wisma Pakdhe

0 comments:

Post a Comment