Alhamdulillah, berkat pertolongan
dari Allah, saya telah lulus dari program S-1 Psikologi dan telah diwisuda pada
Selasa, 21/05/13 kemarin. Entah kenapa saya tidak merasakan ada sesuatu yang
spesial atas wisuda tersebut. Walaupun saya mendapat selempang cum laude
(ehem..), tapi perasaan saya saat akan, ketika, dan sudah diwisuda biasa-biasa
saja, tidak terlalu bergembira.
Well, saya akui memang
pada saat akan, ketika, dan sudah diwisuda otak saya banyak dipenuhi oleh sampah-sampah
pikiran yang sebenarnya tidak perlu dipikirkan, tapi berhubung saya adalah tipe
“pemikir”, jadilah sampah-sampah itu memenuhi otak saya yang memiliki kapasitas
terbatas ini. Mengenai apa saja sampah-sampah itu, sepertinya tidak perlu saya
sampaikan di sini. Lha, untuk apa saya memberi sampah?
Anyway, prosesi wisuda
kemarin berlangsung dengan cukup khidmat. Pagi-pagi sekali (jam 6) kami (para
wisudawan) sudah diminta kumpul di GSP. Acara wisuda sendiri baru efektif
dimulai sekitar jam 8 pagi. Upacara wisuda dibuka oleh Rektor UGM, Prof. Dr.
Pratikno, M.Soc.Sc. Oya, sebelum wisuda dimulai, ada persembahan seni karawitan
dari kelompok yang saya lupa namanya, tapi masih keluarga besar UGM juga.
Sangat nge-Jawa sekali.
Kemudian, acara dilanjutkan
dengan prosesi wisuda, yaitu pemberian ijazah kepada para wisudawan. Satu
persatu wisudawan dipanggil. Saya mendapat giliran yang cukup lama karena
wisudawan Psikologi dapat bagian tempat duduk yang agak di belakang. Setibanya
giliran saya, saya agak gerogi juga, takut membuat kesalahan yang memalukan,
misalnya keserimpet, terjatuh, dsb, mengingat baju toga yang saya kenakan
ukurannya lumayan besar. Akan tetapi, alhamdulillah kekhawatiran itu tidak
terjadi. Ijazah saya terima dari dekan Fakultas Psikologi, Ibu Supra Wimbarti.
Ph.D., dengan mulus.
Setelah semua wisudawan
mendapatkan ijazahnya, acara dilanjutkan dengan hiburan dari paduan suara
mahasiswa (PSM) UGM. Mereka membawakan dua buah lagu, yaitu Yang Terbaik (Ada
Band) dan satu lagi saya lupa. Lagu pertama adalah lagu persembahan untuk ayah,
sedangkan lagu kedua merepresentasikan pengorbanan ibu. Beruntung, saya tidak
tau sama sekali lagu kedua, sehingga saya tidak terlarut dalam emosi karena
mengingat ibu saya.
Akan tetapi, sontak telinga saya
berdiri manakala PSM mulai mengarahkan lagu kedua ke sebuah lagu yang saya tau
betul liriknya, yaitu lagu dengan judul Bunda (Melly Goeslaw). Masya Allah,
padahal saya berharap sekali agar lagu ini tidak dibawakan karena saya takut
akan terjadi “hujan lokal”, tapi ternyata dibawakan juga.
Lirik demi lirik mereka
nyanyikan, yang kemudian membuat mereka mendapatkan perhatian saya dengan
sempurna. Lagu itu sangat berhasil menggiring air mata saya menuju muaranya. Sekuat
tenaga saya berusaha menahan air yang sudah menggenang di depan mata ini agar tidak
tumpah. Sekali saja saya berkedip, tentu mata saya sudah meleleh.
Sungguh saya terkenang pada Umi,
beliau yang doanya selalu terlantun dan begitu ingin menyaksikan saya diwisuda,
tapi takdir tidak memperkenankannya. Masya Allah…
Sekiranya dalam kelulusan dan
pencapaian saya ini ada kebaikan yang mengiringi, semoga Umi juga mendapat
bagian darinya.
#pojok Tawangsari
0 comments:
Post a Comment