April 27, 2013

Manajemen Bencana

Setelah bergelut dengan skripsi dan antek-anteknya selama beberapa hari terakhir (hari?), pergelutan yang selanjutnya akan saya hadapi adalah dengan Dikti dan UGM. Saya ingin mengikuti program beasiswa BPP-DN (Beasiswa Pendidikan Pascasarjana Dalam Negeri) dari Dikti *Dikti, you rocks me!*

Well, sebenarnya saya belum sempat bilang ke orangtua saya tentang hal ini karena memang belum ada momen yang tepat. FYI, dari kalangan keluarga besar sendiri, mereka sebenarnya prefer saya bekerja daripada kuliah lagi. Bahkan dulu, waktu saya bilang ke Bu’de bahwa saya mendaftar beasiswa di Arab Saudi, beliau dengan tegas melarang. “Gak usah jauh-jauh, kerja aja di sini”, komentarnya waktu itu. Tapi menurut saya, hal ini terjadi lebih karena pemahaman yang belum tersampaikan, bukan karena mereka tidak suka.

By the way, jurusan yang beruntung saya pilih adalah jurusan Manajemen Penanganan Bencana (MPB) di UGM. UGM lagi? Yap, saya sudah kadung jatuh cinta dengan Jogja dan UGM-nya. Terus kenapa gak milih Psikologi? Kan sudah saya sampaikan dulu, Psikologi itu tidak termasuk bidang yang didanai. Kalau meminjam istilah Dikti, Psikologi itu bukan (atau belum?) bidang yang strategis, makanya tidak termasuk hitungan mereka. Puk..puk..ya psikologi*
sumber: cartoonaday.com

Akan tetapi bagi saya, hal itu bukan masalah besar karena pada dasarnya saya senang dengan dunia pendidikan (sebenernya gw mau bilang, gw seneng belajar, tapi kayaknya keliatan bo’ong banget). Saya tertarik dengan sains dan bersedia kuliah lagi (belajar) di bidang apa saja, asal tidak terlalu jomplang. Misalnya, belajar teknik nuklir, itu kan jomplang banget.

Saya sendiri tertarik dengan MPB karena melihat potensi bencana di Indonesia yang sangat besar, sedangkan penanganannya masih amburadul (bukan berarti gw ngarepin bencana lho). Saya berharap dengan mendalami bidang ini, saya bisa melalui sisa umur saya dengan penuh kebermanfaatan. *prok…prok…prok…*

Kemarin, saya sempat building rapot, bertanya kepada Mbak Kiki (Psikologi 2007) yang kini kuliah di jurusan tersebut. Menurut dia, MPB itu sangat berbeda dengan Psikologi. Di MPB, dia lebih banyak belajar tentang Geografi daripada ilmu-ilmu sosial. Katanya, di semester pertama dia hanya mendapatkan satu matakuliah sosial. Pun di semester kedua, hanya mendapatkan matakuliah Sosiologi Bencana untuk bidang sosial, sisanya adalah ilmu eksakta.

Di sisi lain, manajemen kampusnya pun masih belum rapi karena jurusan ini (ternyata) baru dibuka 2 tahun lalu (Mbak Kiki sendiri adalah angkatan kedua). Maka dari itu, dia sering menemukan permasalahan dalam hal-hal teknis perkuliahan. Selain itu, dosen yang mengampu perkuliahan pun “dicomot” dari berbagai fakultas yang ada di UGM, yang kemudian menyebabkan terjadinya keambiguan visi, katanya. Overall, dia menyarankan saya untuk berpikir dua kali jika ingin mengambil jurusan ini. (Kalo orang psikologi ngomong gini, artinya dia gak menyarankan saya mengambil jurusan ini, hehe).

Well, I assumed what Mbak Kiki said is one of clues from Allah before I take another step. Saya masih harus mengumpulkan clue-clue yang lain sampai akhirnya nanti saya benar-benar mantap melangkahkan kaki untuk menapaki jalan hidup ini. *wedew*. Sambil menunggu clue-clue tersebut, mari sejenak kita rayakan kelulusan kita, haha. *PS manah PS*

*Gara-gara belakangan ini temen-temen gw sering ngomong “puk..puk..”, gw jadi ketularan deh. Lagi nge-hits di jejaring sosial kali ya?

#pojok Tawangsari

0 comments:

Post a Comment