April 23, 2013

Kemelut #2

Well, hari Senin akhirnya tiba. Pagi-pagi sekali saya sudah berangkat ke kampus, sesuai dengan anjuran Pak Bagus (dosen pembimbing) yang menasihati agar saya sebaiknya datang jam 7-8 karena Pak Azwar biasa datang jam segitu. Harapan saya datang pagi adalah, pada pagi hari beliau belum banyak kegiatan sehingga proses revisi skripsi saya berjalan lebih cepat. Saya sih berharap revisinya satu kali saja. Akan tetapi, kalaupun harus dua kali, saya masih punya banyak waktu untuk mengumpulkan revisi yang kedua pada hari yang sama.
Sumber: infopc031.wordpress.com

Btw saya datang jam delapan dan langsung ke ruangannya. Sayangnya, kata staf beliau, beliau belum datang. Saya dipersilahkan menunggu. Sampai jam sembilan saya menunggu, tanda-tanda kemunculannya belum juga hadir. Akhirnya saya tanyakan lagi kepada stafnya, apakah hari itu beliau benar-benar akan datang ke kampus, mengingat beliau baru pulang dari luar kota, mungkin masih lelah sehingga ingin istirahat dulu. Jawaban dari stafnya sedikit melegakan. Dia bilang bahwa Pak Azwar selalu mengabari kalau sedang berhalangan hadir. Artinya, hari ini beliau insyallah hadir.

Saya putuskan untuk menunggunya lagi, tapi stafnya kemudian mengatakan bahwa Pak Azwar mungkin baru datang nanti siang. Karena dia mengatakan seperti itu, saya jadi berubah pikiran. Daripada menunggu tanpa aktivitas, lebih baik saya mengerjakan pekerjaan lain dulu dan nanti kalau sudah agak siang, baru saya balik lagi.

Jam sepuluh saya datang lagi ke ruangan Pak Azwar, tapi stafnya memberi tahu bahwa beliau baru saja keluar untuk menguji skripsi, paling lambat selesainya jam 12, dan setelah itu pun beliau mau rapat. Fyuuh… Saya jadi lemas mendengar jawabannya.

Akhirnya, saya sms beliau untuk meminta kepastian. Setelah beberapa jam menunggu dan belum juga ada balasan, saya kirim sms yang sama untuk kedua kalinya. Beliau akhirnya membalas, “Revisi skripsi baru bisa diketahui hasilnya besok Selasa jam 9”. Oh Dear… kalau begini, peluang saya untuk bisa mengikuti wisuda Mei semakin tipis mendekati nol.

Saya langsung mengadu ke Bu Yuni, berharap beliau memberikan additional asa untuk saya, tapi respon beliau membuat harapan saya bertepuk sebelah tangan. “Ya, nanti kalau tidak jadi wisuda Mei, bisa dapat surat Yudisium”, jawabnya singkat. Aaakkkk… saya tertohok.

Karena sudah tidak ada yang bisa saya lakukan di kampus, saya pun pulang dengan langkah gontai (kayaknya dari tadi bahasa gw mellow banget. Ganti ah). Karena sudah tidak ada yang bisa saya lakukan di kampus, saya kemudian pulang dengan langkah tidak setegap prajurit. Di kepala tertimbun banyak penyesalan. Ingin rasanya menggigit apel Fuji untuk meluapkan kekesalan, tapi apa daya uang tak cukup (na’as banget). Meski begitu, masih ada harapan semuanya bisa terselesaikan besok.

Besoknya, Selasa (23/04/13), saya datang pagi lagi untuk menemui Pak Azwar. Ketika saya datang, beliau sudah datang juga, tapi kata stafnya, beliau sedang keluar (lagi-lagi). Setelah menunggu sampai jam 09.30, beliau akhirnya muncul juga. Saya dipersilahkan masuk.

Baru saja duduk di ruangan yang sangat dingin itu, saya langsung dikejutkan dengan pertanyaan beliau, “Skripsi yang kemarin ada coret-coretan saya mana?”. Deg. Saya tercekat. Saya tidak membawa skripsi tersebut karena skripsi itu memang sudah saya “kanibal”. Saya berusaha menenangkan diri, kemudian mencari lembar yang berisi daftar revisi yang dibuat Pak Bagus. Ungtungnya ada. Dan untungnya lagi, beliau mau walaupun hanya saya kasih lembar itu saja.

Setelah beberapa menit memeriksa, beliau kemudian buka suara, “Kalau menurut saya, ini sebaiknya begini.. bla-bla-bla”. Ah, mendengar komentar seperti itu, saya sudah lemas duluan. Terbayang harus bolak-balik ke tempat fotokopian lagi untuk nge-print revisi kedua. Tapi kemudian kelemasan itu sontak sirna dengan gerakan tangan Pak Azwar yang mengarah ke tempat pulpen. Memilih sebentar, kemudian mengambil salah satunya. Membuka tutupnya, lalu mengarahkan moncongnya ke lembar tanda tangan. Dan…. Alhamdulillah, beliau menumpahkan tintanya di atas lembar tersebut. Tumpahan yang berbentuk tanda tangan beliau serta merta membuat hati saya buncah. Puji syukur, kedua tanda tangan penguji telah saya dapatkan.

0 comments:

Post a Comment