Alhamdulillah, laa haula wa laa quwwata illa billah. Segala puji hanya milik Allah, Sang
Penggenggam Langit dan Bumi, dengan rahmat dan hidayah-Nya, saya diberi
kemudahan dalam menjalani sidang skripsi (ujian pendadaran) pada Kamis
(11/04/2013) kemarin.
Kemarin saya mempertahankan skripsi saya di depan dua orang dosen
penguji, yaitu Bapak Prof. Dr. Saifudin Azwar, M.A dan Bapak Budi Purwanto,
M.Si. Hadir pula Bapak Dr. Bagus Riyono, M.A. yang merupakan dosen pembimbing skripsi
saya. Ujian dimulai jam 10 pagi di ruang G-201 Fakultas Psikologi UGM. saya
diberi kesempatan mempresentasikan skripsi saya selama 15 menit, selanjutnya dua
dosen penguji tersebut menghujani saya dengan pertanyaan selama kurang lebih
1,5 jam.
Sejujurnya, ketika akan menghadapi ujian itu, saya diliputi rasa
antusias, tapi juga cemas. Saya antusias karena dua hal, pertama karena pada
dasarnya saya memang menyenangi “forum” diskusi ilmiah seperti itu (saya merasa
sidang kemarin benar-benar seperti diskusi, saya enjoy mengikutinya). Kedua, karena
saya diuji oleh Pak Azwar, salah satu dosen yang saya idolai (beliau membuat
saya jatuh hati kepada “Psikometri”). Diuji oleh beliau, benar-benar suatu
kehormatan.
Di sisi lain, rasa cemas juga hadir karena khawatir dengan
pertanyaan-pertanyaan dari Pak Azwar. Biar bagaimanapun, beliau adalah salah
satu “Mbah”nya Statistika di Psikologi. Sudah banyak buku yang beliau tulis
mengenai bidang tersebut sehingga kredibilitasnya tidak perlu diragukan lagi.
Dan kekhawatiran saya benar-benar terbukti ketika sidang kemarin. Banyak
pertanyaan-pertanyaan beliau yang tidak mampu saya jawab. Bukan karena blank,
tapi karena memang kompetensi statistika saya yang masih sangat minim. Sesi
tanya jawab bersama beliau itu akhirnya tidak bisa saya nikmati sepenuhnya. Akan
teteapi, saya tetap bersyukur karena dari beliau saya dapat pelajaran banyak.
Untungnya, beliau bukan tipe dosen “penjebak”. Maksudnya, ketika beliau
menyalahkan, kesalahan itu memang benar-benar telah saya lakukan, bukan karena
beliau “hanya” ingin menguji pengetahuan saya. Di skripsi saya sendiri,
ternyata ada beberapa misunderstanding dalam perkara statistik,
pengolahan data, dan sejenisnya. Dan hal ini sangat beliau sesalkan karena menurut
beliau kesalahan-kesalahan seperti itu sangat sering ditemui di skripsi
mahasiswa.
Oke, saya beri contoh, kemarin Pak Azwar menyalahkan saya karena saya
menggunakan uji homogenitas sebagai pendahuluan sebelum menguji beda (t-test),
padahal hal itu tidak perlu dilakukan. Sejujurnya, saya melakukan uji
homogenitas karena semata-mata melihat skripsi-skripsi sebelumnya. Hampir semua
skripsi yang saya baca melakukan uji homogenitas tersebut. Saya sendiri tidak
terlalu memahami konsep mengapa saya harus memakai uji homogenitas dalam uji
beda. Ini adalah kesalahan fatal!
Beruntung, sesi tanya jawab bersama Pak Azwar adalah sesi yang kedua.
Kalau itu adalah sesi pertama, bisa-bisa saya kacau sampai akhir sidang. Sesi
tanya jawab pertama sendiri dibersamai oleh Pak Budi. Sesi pertama ini sangat
saya nikmati karena beliau banyak bermain logika. Pertanyaan-pertanyaan beliau lebih
banyak mengeksplorasi daya nalar, bukan teori.
Setelah 1,5 jam dihujani pertanyaan, saya dipersilahkan keluar ruangan
untuk menunggu hasil. Selagi menunggu hasil, teman-teman menyelamati saya. Ada
beberapa teman yang hadir dalam sidang kemarin, yaitu Imron, Adrian, Uka
(Retno), dan dua orang anak 2009. Mereka adalah orang-orang yang memang sudah
jauh-jauh hari minta dikabarkan kalau saya akan disidang, kecuali dua anak 2009
itu (mungkin mereka akan menghadapi sidang juga, sehingga ingin belajar dari
sidang saya). Saya sendiri tidak memberi kabar ke teman-teman kampus kalau saya
akan disidang. Beberapa teman saya kabari hanya beberapa menit sebelum ujian,
sehingga mereka tidak punya waktu yang cukup untuk pergi ke kampus untuk menonton,
hehe.
Setelah beberapa menit menunggu, saya dipanggil masuk ruangan lagi oleh
Pak Bagus. Oya, Pak Bagus lah yang berperan sebagai pembawa acara dalam sidang
itu. Beliau membacakan hasil sidang dengan suara pelan. Jantung saya berdegup,
tapi tetap yakin bahwa Allah selalu memberikan yang terbaik untuk hamba-Nya. “Setelah
merapatkan hasil bersama dosen penguji”, Pak Bagus mulai membaca, “kami
memutuskan bahwa kamu LULUS dengan revisi”.
Alhamdulillah, saya dinyatakan lulus. Walaupun para dosen menyatakan
banyak poin yang harus direvisi, tapi kata yang paling nyaring dan nyangkut
di telinga saya hanyalah kata “LULUS”. Ya, cuma itu, LULUS.
رب أوزعني أن أشكر نعمتك التي أنعمت علي وعلى والدي
وأن أعمل صالحا ترضاه وأدخلني برحمتك في عبادك الصالحين
(Robbi aw zi’nii an asykuro ni’matakallatii an ’amta ‘alayya wa ‘alaa waa
lidayya wa an a’mala shoolihan tardhoohu wa ad khilnii birohmatika fii ‘ibaadikashshoolihin
"Ya Tuhanku, berilah aku
ilham untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku
dan kepada dua orang ibu bapakku dan untuk mengerjakan amal shaleh yang Engkau
ridai; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu
yang shaleh") (An-Naml: 19)
#pojok kamar wisma Pakdhe
0 comments:
Post a Comment