April 12, 2013

Dadar Tanpa Telor

Alhamdulillah, laa haula wa laa quwwata illa billah. Segala puji hanya milik Allah, Sang Penggenggam Langit dan Bumi, dengan rahmat dan hidayah-Nya, saya diberi kemudahan dalam menjalani sidang skripsi (ujian pendadaran) pada Kamis (11/04/2013) kemarin.
Sumber: youthmanual.com

Kemarin saya mempertahankan skripsi saya di depan dua orang dosen penguji, yaitu Bapak Prof. Dr. Saifudin Azwar, M.A dan Bapak Budi Purwanto, M.Si. Hadir pula Bapak Dr. Bagus Riyono, M.A. yang merupakan dosen pembimbing skripsi saya. Ujian dimulai jam 10 pagi di ruang G-201 Fakultas Psikologi UGM. saya diberi kesempatan mempresentasikan skripsi saya selama 15 menit, selanjutnya dua dosen penguji tersebut menghujani saya dengan pertanyaan selama kurang lebih 1,5 jam.

Sejujurnya, ketika akan menghadapi ujian itu, saya diliputi rasa antusias, tapi juga cemas. Saya antusias karena dua hal, pertama karena pada dasarnya saya memang menyenangi “forum” diskusi ilmiah seperti itu (saya merasa sidang kemarin benar-benar seperti diskusi, saya enjoy mengikutinya). Kedua, karena saya diuji oleh Pak Azwar, salah satu dosen yang saya idolai (beliau membuat saya jatuh hati kepada “Psikometri”). Diuji oleh beliau, benar-benar suatu kehormatan.

Di sisi lain, rasa cemas juga hadir karena khawatir dengan pertanyaan-pertanyaan dari Pak Azwar. Biar bagaimanapun, beliau adalah salah satu “Mbah”nya Statistika di Psikologi. Sudah banyak buku yang beliau tulis mengenai bidang tersebut sehingga kredibilitasnya tidak perlu diragukan lagi.

Dan kekhawatiran saya benar-benar terbukti ketika sidang kemarin. Banyak pertanyaan-pertanyaan beliau yang tidak mampu saya jawab. Bukan karena blank, tapi karena memang kompetensi statistika saya yang masih sangat minim. Sesi tanya jawab bersama beliau itu akhirnya tidak bisa saya nikmati sepenuhnya. Akan teteapi, saya tetap bersyukur karena dari beliau saya dapat pelajaran banyak.

Untungnya, beliau bukan tipe dosen “penjebak”. Maksudnya, ketika beliau menyalahkan, kesalahan itu memang benar-benar telah saya lakukan, bukan karena beliau “hanya” ingin menguji pengetahuan saya. Di skripsi saya sendiri, ternyata ada beberapa misunderstanding dalam perkara statistik, pengolahan data, dan sejenisnya. Dan hal ini sangat beliau sesalkan karena menurut beliau kesalahan-kesalahan seperti itu sangat sering ditemui di skripsi mahasiswa.

Oke, saya beri contoh, kemarin Pak Azwar menyalahkan saya karena saya menggunakan uji homogenitas sebagai pendahuluan sebelum menguji beda (t-test), padahal hal itu tidak perlu dilakukan. Sejujurnya, saya melakukan uji homogenitas karena semata-mata melihat skripsi-skripsi sebelumnya. Hampir semua skripsi yang saya baca melakukan uji homogenitas tersebut. Saya sendiri tidak terlalu memahami konsep mengapa saya harus memakai uji homogenitas dalam uji beda. Ini adalah kesalahan fatal!

Beruntung, sesi tanya jawab bersama Pak Azwar adalah sesi yang kedua. Kalau itu adalah sesi pertama, bisa-bisa saya kacau sampai akhir sidang. Sesi tanya jawab pertama sendiri dibersamai oleh Pak Budi. Sesi pertama ini sangat saya nikmati karena beliau banyak bermain logika. Pertanyaan-pertanyaan beliau lebih banyak mengeksplorasi daya nalar, bukan teori.

Setelah 1,5 jam dihujani pertanyaan, saya dipersilahkan keluar ruangan untuk menunggu hasil. Selagi menunggu hasil, teman-teman menyelamati saya. Ada beberapa teman yang hadir dalam sidang kemarin, yaitu Imron, Adrian, Uka (Retno), dan dua orang anak 2009. Mereka adalah orang-orang yang memang sudah jauh-jauh hari minta dikabarkan kalau saya akan disidang, kecuali dua anak 2009 itu (mungkin mereka akan menghadapi sidang juga, sehingga ingin belajar dari sidang saya). Saya sendiri tidak memberi kabar ke teman-teman kampus kalau saya akan disidang. Beberapa teman saya kabari hanya beberapa menit sebelum ujian, sehingga mereka tidak punya waktu yang cukup untuk pergi ke kampus untuk menonton, hehe.

Setelah beberapa menit menunggu, saya dipanggil masuk ruangan lagi oleh Pak Bagus. Oya, Pak Bagus lah yang berperan sebagai pembawa acara dalam sidang itu. Beliau membacakan hasil sidang dengan suara pelan. Jantung saya berdegup, tapi tetap yakin bahwa Allah selalu memberikan yang terbaik untuk hamba-Nya. “Setelah merapatkan hasil bersama dosen penguji”, Pak Bagus mulai membaca, “kami memutuskan bahwa kamu LULUS dengan revisi”.

Alhamdulillah, saya dinyatakan lulus. Walaupun para dosen menyatakan banyak poin yang harus direvisi, tapi kata yang paling nyaring dan nyangkut di telinga saya hanyalah kata “LULUS”. Ya, cuma itu, LULUS.

رب أوزعني أن أشكر نعمتك التي أنعمت علي وعلى والدي وأن أعمل صالحا ترضاه وأدخلني برحمتك في عبادك الصالحين

(Robbi aw zi’nii an asykuro ni’matakallatii an ’amta ‘alayya wa ‘alaa waa lidayya wa an a’mala shoolihan tardhoohu wa ad khilnii birohmatika fii ‘ibaadikashshoolihin
 "Ya Tuhanku, berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakku dan untuk mengerjakan amal shaleh yang Engkau ridai; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang shaleh") (An-Naml: 19)

#pojok kamar wisma Pakdhe

0 comments:

Post a Comment