March 14, 2013

Kesadisan Verbal

Konon orang yang sukses berkarir di dunia entertainment cuma ada dua tipe. Tipe pertama, mereka yang cuaaakeeep banget. Tipe kedua, kebalikannya.

Belakangan ini pemberitaan tentang kesadisan manusia sedang mengemuka. Senin kemarin (11/03/13), headline Kompas menyajikan rangkaian aksi brutal yang terjadi di Jakarta beberapa bulan terakhir. Berikut beberapa kejadiannya:

1. Bulan Januari, SU (55) menyetubuhi RI (11) hingga meninggal akibat komplikasi penyakit kelamin. Pelaku memaksa melakukan seks anal kepada korban. Korban sendiri merupakan anak kandung pelaku. Motifnya adalah melampiaskan hasrat seksual kepada korban saat istri sakit.

2. Bulan Februari, DP (42) diduga mencabuli PDF (19) selama 5 tahun hingga akhirnya hamil. Lagi-lagi korban adalah anak kandung pelaku. Motifnya adalah melampiaskan nafsu setiap melihat korban memakai celana pendek.

3. 04 Maret 2013, Silvester Bria (48) membunuh dan memutilasi Rosalina Bete (45) dan Emelia Putri alias Esrah (2,5). Kondisi Rosalina sedang hamil tiga bulan. Korban merupakan istri dan anak pelaku. Motifnya adalah tersinggung dan sangat malu terhadap keluarga istri karena ia dicibir saat menyerahkan tais (kain penutup jenazah) yang dianggap kurang pantas oleh keluarga besar (Kalo yang ini kayaknya bukan di Jakarta).

4. 05 Maret 2013, BS (36) memutilasi istrinya, Darna (32), dan membuang potongan tubuhnya di jalan tol arah Cikampek. Sebelumnya, pelaku menganiaya dan memukul alat vital korban. Motifnya adalah, pelaku cemburu dan menuduh korban berselingkuh.

5. 06 Maret 2013, I (28) membunuh setelah menyetubuhi Salma alias Samah (35). Pelaku membungkus korban dengan karung dan membuangnya di tepi Kanal Banjir Timur, Cilincing, Jakarta Utara. Motifnya adalah ekonomi. Pelaku kalap dan ingin menguasai harta korban. Korban merupakan kekasih gelap pelaku.

6. Terus kalau tidak salah ada juga kejadian penemuan mayat yang telah hangus dibakar di Jakarta, tapi tidak ditampilkan dalam headline Kompas.

Hmm…gimana, masih mau tinggal di Jakarta? Hehe  
Sumber: drgerrylewis.com

Lalu apa hubungan kejadian-kejadian itu dengan kalimat pembuka? Sabar bro, ini baru mau dijelasin.

Begini, saya mengamati bahwa masyarakat sebenarnya sudah semakin familiar dengan kesadisan. Sadar atau tidak, kita juga sebenarnya menjadi penikmat kesadisan yang serupa setiap hari melalui layar televisi. Bedanya, kesadisan yang kita nikmati bukan kesadisan fisik, melainkan kesadisan verbal.

Coba anda perhatikan tontonan anda. Kalau di dalamnya ada tontonan ber-genre komedi, hampir bisa dipastikan bahwa anda juga tergolong penikmat kesadisan. Bagaimana tidak, tontonan komedi yang banyak disiarkan di televisi saat ini umumnya mengeksploitasi kekurangan fisik seseorang. Mereka yang secara fisik “kurang beruntung” (versi manusia) di-bully habis-habisan. Direndahkan. Dipermalukan. Perilaku itu sudah memenuhi syarat untuk digolongkan sebagai bentuk kesadisan.

Lha kok bisa?

Begini, perlu dipahami dulu bahwa kesadisan fisik (pembunuhan, mutilasi, dsb) merupakan suatu bentuk agresi. Agresi sendiri, menurut Bush dan Denny (1992), memiliki empat aspek, yaitu agresi fisik, agresi verbal, kemarahan, dan permusuhan. Agresi fisik contohnya adalah berita-berita yang tadi sudah disampaikan di atas. Sedangkan agresi verbal (verbal agression) adalah agresivitas dengan kata-kata. Bentuknya bisa umpatan, sindiran, fitnah, dan sarkasme.

Nah, coba sekarang kita bandingkan dengan tontonan komedi di televisi. Apakah di sana ada umpatan? Itu mah menu wajib. Sindiran? Sebelas-dua belas dengan umpatan. Fitnah? Pasti ada. Sarkasme? Wah, menu favorit tuh.

So, bukankah kita juga merupakan bagian dari penikmat kesadisan? Dan bukankah orang yang menikmati perbuatan sadis tak ubahnya orang yang melakukan kesadisan itu sendiri? Iya, sama aja. Lah, dengan menonton tayangan tersebut, kita kan sama saja sudah menjadi donatur agar tayangan itu tetap lestari gemah ripah loh jinawi *ngarang*. Artinya, kita membiarkan pelaku sadis terjebak dalam dosa (melakukan kesadisan) dan merelakan saudara kita di-sadisi.

KITA MELESTARIKAN DAN MENJAMURKAN KESADISAN!

Ya gak sadis lah, kan yang di-bully itu emang atas kesadaran sendiri. Dan dia seneng-seneng aja tuh di-bully. Kenapa jadi lw yang sewot?

Bro, mana ada sih orang yang bersedia jadi relawan untuk di-bully? Binatang aja punya harga diri, apalagi manusia. Saya yakin setiap orang by default (dari sononya) punya harga diri dan tidak ingin direndahkan.

Tontonan kesadisan verbal seperti ini, jika dibiarkan akan merusak tatanan masyarakat. Orang akan semakin mudah menemukan agresi verbal berupa umpatan, sindiran, fitnah, dan sarkasme. Tidak perlu heran kalau kedepannya, kita akan lebih banyak menemui berita-berita tentang pembunuhan, mutilasi, dan aksi brutal lainnya.

Lho, dari mana hubungannya?

Dahulu pernah saya sampaikan bahwa apa yang orang ucapkan merupakan cerminan hatinya. Hati yang bersih tidak akan mengucapkan kata-kata kotor. Begitu juga sebaliknya, ucapan-ucapan kotor seseorang merupakan pertanda keruhnya hati. Dan ingatkah kamu bagaimana Rasulullah saw berwasiat tentang hati?

Ketahuilah, bahwa dalam tubuh terdapat mudghah (segumpal daging), jika ia baik, maka baik pula seluruh tubuhnya. Jika ia rusak, maka rusak pula seluruh tubuhnya. Ketahuilah bahwa segumpal daging itu adalah hati (HR. Bukhari dan Muslim).

Sudah jelas bukan? Jadi, kalau kita melihat ada seseorang yang sadis dalam berucap, maka dapat dipastikan kalau dia pun sadis dalam berperilaku. Karena itu, daripada kita tertular, mending kita matiin aja tv kita. Bismillah.

0 comments:

Post a Comment