Akhirnya saya tiba lagi di
Jogja. Hal yang paling mem-BT-kan adalah ketika saya sudah capek di perjalanan
dan ingin sekali berleha-leha di kamar tapi ternyata kamarnya kotor karena
sudah ditinggal pergi sebulan penuh. Keinginan untuk bersantai-santai akhirnya
bertransformasi menjadi kewajban untuk kerja keras membersihkan kamar. *ikat sabuk di kepala*.
Btw pengalaman pertama saya
naik kereta dari Jakarta menuju Jogja lumayan seru. At least, it’s pretty worth
to tell. Here it is the story.
Saya berangkat dari rumah jam
enam sore. Kereta akan berangkat dari Stasiun Senen jam 20.30 dan diperkirakan
tiba di Stasiun Lempuyangan jam 7 pagi. Oya, saya naik kereta Progo.
Sedari awal, saya sudah cemas.
Saya cemas karena transportasi di Jakarta sulit untuk diperkirakan. Bapak saya
hanya mengantar saya sampai pasar Jum’at, tidak sampai stasiun karena memang
saya sendiri yang meminta. Kasihan kalau Bapak mengantar sampai stasiun karena
jaraknya sangat jauh. Apalagi saat itu Fahri ikut mengantar. Dari pasar Jumat,
saya naik angkutan umum P20 jurusan pasar Senen. Saat naik angkot itu, waktu
sudah menunjukkan pukul 18.30.
Pengalaman saya naik P20
sebulan yang lalu, perjalanan dari Senen ke Lebak Bulus (dekat pasar Jumat)
butuh waktu sekitar satu jam. Tapi waktu itu jalanan sangat sepi karena baru
jam 3 pagi sedangkan kali ini saya berangkat saat lalu lintas sedang
ramai-ramainya karena bertepatan dengan jam pulang kantor. Tapi, masak sih dua
jam tidak keburu? Pikir saya saat itu.
Asumsi itu ternyata berhasil
membuat kaki dan tangan saya berkeringat karena macet dan gaya menyupir sang
pengemudi benar-benar sulit diperkirakan. Rupanya sudah terlalu lama saya tidak
naik angkot, terutama metromini, sampai-sampai saya lupa dengan gaya angkutan
yang satu ini dalam beroperasi. Bis yang saya tumpangi terlalu sering berhenti
untuk menaik-turunkan penumpang. Sampai jam 19.30, saya belum juga menemukan
papan hijau DLLAJ yang bertuliskan “Pasar Senen”. Saya cemas. Mata saya semakin
intens melihat jam tangan.
Untunglah, tidak lama setelah
itu saya melihat papan penunjuk jalan bertuliskan “Monas” terpampang di pinggir
jalan. Artinya, tidak lama lagi saya akan sampai. Akhirnya, jam 20.05 saya
sampai di terminal Senen. Fyuuuh…
Tapi petualangan belum berhenti
sampai di situ. Saya harus segera ke loket pembelian tiket di stasiun untuk
menukarkan tiket yang saya beli di Indomaret. Di struk pembelian sebenarnya tertulis
himbauan “Tiket Harus Ditukar Paling Lambat 1 Jam Sebelum Berangkat”. Well,
saat sampai di stasiun, jam sudah menunjukkan pukul 20.10. Artinya, saya sudah
telat setengah jam untuk menukarkan tiket. Tapi, peduli apa dengan
keterlambatan setengan jam, toh saya hidup di Indonesia, negara paling elastis
dalam hal keterlambatan. Tanpa ragu, saya ke loket untuk menukarkan struk saya.
Alhamdulillah, saya masih bisa mendapatkan tiket saya. Yeeaaay…
Tiba di kereta, waktu sudah
menunjukkan pukul 20.25. Tidak mungkin bagi saya untuk sholat Isya di masjid
karena resikonya terlalu besar. Oleh karena itu, saya memutuskan untuk sholat
di kereta.
Perjalanan kereta api awalnya
lancar-lancar saja, tapi mulai tersendat ketika kereta akan memasuki stasiun
Cirebon. Tepat satu stasiun sebelum stasiun besar Cirebon (saya lupa nama
stasiunnya, kalau tidak salah stasiun Cirebon Pxxxxx) kereta berhenti lama
sekali. Sebelumnya, kereta juga sempat berhenti sekitar satu jam di stasiun X
(saya lupa juga nama stasiunnya). Tapi di stasiun Cirebon Pxxxxx ini kereta
berhenti sampai 4 jam, dari jam 3 sampai jam 7. Petugas stasiun bilang ada
permasalahan sinyal di stasiun Cirebon.
Sialnya, di stasiun tempat kami
berhenti, tidak ada tukang asongan sama sekali. Di kereta pun tidak ada tukang
asongan yang biasanya berlalu lalang, padahal saat itu adalah jam-jamnya lapar.
Belakangan saya tau bahwa tukang asongan sudah tidak boleh lagi berjualan di
kereta, kecuali ketika kereta sedang berhenti di stasiun. Hmm.. bagus sih,
kereta jadi lebih tertib dan tidak sumpek.
Di tengah kelanjutan
perjalanan, petugas kereta membagikan snack kepada para penumpang. Kata salah
satu petugas, snack itu diberikan sebagai “permintaan maaf” atas keterlambatan
tadi. Isi snacknya lumayan sih, ada aqua gelas, roti dan semacam pastel isi
daging, tapi kalau boleh memilih, saya lebih memilih untuk sampai tepat waktu
daripada telat enam jam. Kami baru tiba di stasiun Lempuyangan jam satu siang. Ckckckc…
Anyway, finally I arrived to
Jogja. Welcome back.
#pojok kamar wisma Pakdhe
0 comments:
Post a Comment