February 25, 2013

Langkah Berat Meninggalkan Rumah



Sudah hampir sebulan saya di rumah. Tujuan kepulangan saya ini adalah untuk mengambil data skripsi. Alhamdulillah semua proses berjalan lancar dan besok saya akan kembali lagi ke Jogja untuk menyelesaikan skripsi saya. 

Well, selalu berat rasanya meninggalkan rumah. Apalagi ketika umi sudah tiada, semakin berat rasanya. Saya semakin ingin berlama-lama menghabiskan waktu bersama keluarga dan saudara-saudara saya di sini. Akan tetapi, tugas saya di Jogja belum selesai. Saya harus menyelesaikan skripsi saya.

Satu hal yang paling mengganggu dan mencemaskan saya untuk meninggalkan rumah adalah kondisi keluarga saya. Saya prihatin melihat Bapak saya yang saat ini seolah menjadi single fighter. Kalau saya sedang tidak di rumah, beliau berjuang sendirian untuk mencari nafkah, mengurus keluarga, mencuci, memasak, menyetrika, dan mengurus keperluan rumah yang lain karena kedua adik saya masih kecil, masih belum bisa berbuat banyak.

Yah, sebenarnya adik pertama saya (Fahrul) sudah cukup dewasa untuk diberi tanggung jawab itu, tapi karena dia masih sekolah, jadi belum bisa maksimal membantu Bapak. Saya pun mengerti kondisi Fahrul karena dulu saya pun pernah berada di posisi dia. Saya akui bahwa kegiatan “berpikir” di sekolah memang cukup menguras tenaga. Jadi wajar saja kalau setelah pulang sekolah dia sering tidur.

Akan tetapi, berlama-lama di rumah pun tidak akan menyelesaikan masalah karena di sini saya sangat sulit mengerjakan skripsi karena selain referensi yang ada juga sangat terbatas, waktu saya untuk mengerjakan skripsi pun tidak maksimal karena banyak disibukkan oleh urusan lain. Oleh karena itu, mau tidak mau saya harus kembali ke Jogja untuk menyelesaikan skripsi saya. Barulah setelah itu kembali ke rumah dan membantu Bapak saya.

Oya, besok, untuk pertama kalinya saya berangkat dari Jakarta menuju Jogja naik kereta api. Biasanya kalau dari Jakarta, saya selalu naik bis karena kalau naik kereta api saya malas ke stasiun senen-nya. Jauh. Akan tetapi, demi langkah penghematan, kali ini saya beli tiket kereta api. Selain itu juga tiket kereta api ekonomi sudah bisa dibeli di Indomaret sehingga saya tidak perlu bolak-balik ke stasiun Senen untuk beli tiket.

Well, mari kita selesaikan urusan kita!

#pojok kamar Bunda

Related Posts:

  • Status Baru Ada dua hal besar yang saya dapatkan dalam tiga bulan terakhir ini. Kedua hal ini telah membawa saya pada level kehidupan yang berbeda. Bukan dalam perkara materi, tapi level dalam wujud fase perjalanan hidup. Hal pertama ya… Read More
  • Akad Pertama Sabtu, 23 Februari 2013, sepupu saya, Dian (23 tahun), menikah dengan seorang gadis pilihannya yang usianya masih relatif muda (sekitar 20 tahun). Pertama kali mendengar beritanya dari encing (bibi) saya (bahwa Dian akan men… Read More
  • For My Beloved Mom: The Last “Present” from My Mom For the first time after has been living alone for more than 3 years in Yogyakarta, I feel so difficult to leave my hometown, South Tangerang. It is too easy for me to get homesick when I am in Yogyakarta. I miss my father, … Read More
  • A Treasure from Old MMC Beberapa hari yang lalu, saya iseng membuka file MMC dari hp saya sewaktu SMA.  Entah kenapa tiba-tiba saya teringat dengan MMC ini. File di MMC ini sudah lama sekali tidak dibuka, mungkin lebih dari empat tahun. Ke… Read More
  • Digital-less Rendezvous Sabtu, 4 Mei 2019, hari bersejarah itu tiba. Untuk pertama kalinya saya bertemu putra pertama saya setelah hampir 3 bulan dia hadir di dunia ini. Sebenarnya saya sudah tiba di Indonesia sejak tanggal 27 April, tapi tidak lan… Read More

0 comments:

Post a Comment