December 14, 2011

Serba-serbi Van Houtenlaan (VHL) Student Housing


Tidak terasa sudah 3 bulan lebih saya tinggal di Belanda. Artinya, 2 bulan lagi saya harus berpisah meninggalkan kota Groningen dan Van Houtenlaan (VHL), housing saya selama di Belanda. Hmm…biar memori tentang VHL tidak lekang selepas kepulangan saya ke Indonesia, sepertinya saya perlu menuliskan beberapa hal tentang housing ini.

Okay, saya akan memulai dengan menceritakan alasan saya memiliih VHL. Alasannya sebenarnya sederhana saja, yaitu karena housing ini lebih murah dibanding housing-housing lainnya. Harga sewa kamar di sini rata-rata 280-an euro (kecuali beberapa kamar khusus yang ukurannya agak lebih besar, harganya di atas 310 euro), beda dengan housing lainnya yang rata-rata di atas 310 euro. Tapi ndilalahnya, saya malah kebagian yang kamar khusus itu, haha. Yah, anggaplah rejeki, dapat kamar yang lebih besar.

Untuk menyewa housing ini, saya harus mendaftar dulu di Housing Office, sebuah perusahaan yang bergerak di bidang jasa pencarian housing sekaligus mengelola housing2 tersebut. Biaya untuk mendaftar Housing Office cukup mahal, yaitu 300 euro ditambah biaya deposit (jaminan) sebesar 325 euro. Deposit ini digunakan untuk mengganti barang-barang mereka yang kita rusak atau hilangkan, misalnya peralatan dapur. Kalau kita tidak merusak atau menghilangkan apa-apa, deposit itu akan dikembalikan setelah kontrak selesai.

Anyway, Van Houtenlaan, sesuai dengan namanya, terletak di jalan Van Houtenlaan 27. Lokasinya berada di sebelah selatan kota Groningen. Posisi ini sebenarnya kurang strategis karena agak jauh dari mana-mana. Sebagai perbandingan, jarak antara VHL dengan Central Station 2,6 km, dengan Centrum (pusat kota) 3,7 km, dengan kampus Psikologi 5,7 km, dengan masjid Korreweg 5,5 km, dengan masjid Selwerd 8 km, dengan kampus Zernike (ruang ujian) 9 km, dan dengan ACLO Sport Centrum 8,8 km (tenang, saya tidak mengukur jarak-jarak itu dengan manual kok, kan ada mbah google). Dan semua lokasi itu harus saya tempuh dengan bersepeda. Tidak harus sih, sebenarnya masih bisa menggunakan bis, tapi berhubung tarif bis cukup mahal, 1,5 euro sekali jalan, maka demi penghematan saya biasakan naik sepeda. Untungnya di Jogja juga sudah terbiasa bersepeda, hehe. Kesimpulan: kalau mau ke Belanda, dan memilih VHL sebagai housing, banyak-banyaklah latihan bersepeda.

VHL memiliki 7 lantai. Total kamarnya berjumlah 151. Housing ini memiliki fasilitas penunjang yang cukup lengkap, mulai dari dapur, mesin cuci, pengering, microwave, water heater, kulkas, dan peralatan memasak. Sayangnya, semua fasilitas itu adalah milik bersama, kecuali peralatan memasak yang setiap student diberikan peralatan masing-masing.  Jadi tanggung jawabnya juga bersama. Hal ini rupanya sering memunculkan social loafing (teori psikologi, tanya mbak google aja ya, hehe). Students banyak yang jadi apatis terhadap kenyamanan housing, misalnya tentang kebersihan.

Saya ambil contoh kebersihan di koridor saya, terutama bagian dapur. Meskipun ada kitchen duty (upaya yang bagus buat meminimalisir social loafing), tapi rupanya hal itu tidak berjalan dengan baik sehingga dapur di koridor saya sering kotor dan penuh sampah. Sayangnya, si student manager juga ikut-ikutan apatis dengan tidak menjalankan tugas piketnya dan tidak menegur student yang gak mau piket (lha piket aja ndak og, gimana mau negur?). Alhasil, students makin banyak yang gak peduli dan dapur jadi semakin berantakan. Buat saya yang “hobi” masak (you have to pay your attention at the “hobi”-LOL) keadaan ini sangat membuat tidak nyaman.

Selain banyak yang apatis, beberapa student di sini juga rupanya punya benih-benih kriminal (Wew! Jadi serem gitu). Iya, soalnya saya pernah kehilangan susu yang saya simpan di common refrigerator. Kejadian itu membuat saya kapok menyimpan makanan/minuman jadi di kulkas bersama. Yang saya simpan di sana paling-paling cuma bumbu-bumbu dapur, seperti bawang putih, bawang merah, cabe, dan kroni-kroninya (Kesimpulan: ternyata students di sini seperti vampire yang takut dengan bawang-bawangan).

Btw, kenapa hanya karena susu seliter aja sampe dibilang punya benih kriminal?

Sebenarnya gak cuma masalah susu, tapi juga masalah lain yang lebih berat. Salah satu student di koridor saya bahkan kehilangan laptopnya. Ada juga yang kehilangan paket posnya. Bahkan katanya ada yang pernah ditodong juga (nah lho!). Maka dari itu saya menyimpulkan keamanan dan kenyamanan di VHL sangat kurang.

Oya, ada cerita unik juga nih tentang VHL, yaitu fire alarmnya yang sering banget berbunyi. Intensitasnya sudah seperti puasa Nabi Daud aja. Waktu baru datang ke sini, saya kaget banget pas fire alarmnya bunyi. Saya kira ada kebakaran apa gitu, tapi setelah diberi tau tetangga, ternyata gak ada kebakaran apa-apa. Dari tetangga itu, saya jadi tau bahwa fire alarmnya aja yang genit, makanya sering berbunyi.

Belakangan ada penjelasan dari Housing Office bahwa fire alarm di VHL memang sangat sensitif. Jadi, ketika ada asap sedikit saja, bisa langsung berbunyi. Oleh karena itu, si student manager mewanti-wanti agar tidak merokok atau memasak di dalam kamar (jangan-jangan bunyi fire alarm itu salah satunya karena ulah saya yang sering masak nasi di kamar, haha).

Hmm…mau cerita apa lagi ya? Mungkin itu dulu kali, nanti kalau ada tambahan, saya akan buat lagi di tulisan lainnya. 

0 comments:

Post a Comment