December 18, 2011

Kenpa Sih, Hobi Banget Doa di Facebook?

Buat yang sering berdoa di facebook, ada baiknya dipikir ulang sebelum update status doa-doa puitisnya, benerkah kita mau berdoa kepada Allah? Jangan-jangan keinginan untuk dikagumi temen-temen bahwa kita jago dalam menyusun kata-kata puitis lebih besar daripada keinginan untuk berdoa itu sendiri. Jangan-jangan kita lebih cemas nungguin komentar dari temen-temen daripada nungguin doa itu terkabul. Jangan-jangan kita lebih mengharap “Like” temen-temen daripada mengharap ridho Allah. Hmm…semoga nggak ya.

Tapi biar lebih amannya, kalo menurut saya sih mending diminimalisir aja lah doa-doa di facebook itu karena selain dapat meminimalisir virus “jangan-jangan”  itu, Islam sendiri juga kan udah ngasih tau bagaimana cara doa yang baik dan benar. Kalo agak lupa gimana adab-adab doa yang baik dan benar, silahkan tanya langsung sama Ustad Google. Tap lebih afdhol lagi sih tanya langsung sama Ustad beneran.

Lagian, apa perlunya sih kita ngasih pengumuman ke orang-orang bahwa kita sudah berdoa kepada Allah? Eh, tunggu sebentar, jangan-jangan doa yang beneran, melafadzkan doa itu langsung kepada Allah, malah belum dilakukan lagi. Kita lebih menggebu-gebu melafadzkan doa itu melalui ketikan-ketikan di facebook (dunia maya) daripada merintih-rintih langsung kepada Allah di dunia nyata. Wah, jangan sampe Allah yang jadi nomor dua ya.

Kembali ke pertanyaan awal, apa perlunya sih kita ngumumin doa kita di facebook?

“Ya siapa tau ditiru sama orang lain, kan jadi kebaikan buat saya juga. Lagian, Rasulullah juga gak jarang ngasih tau doa-doanya ke sahabat beliau”

Yee, namanya juga Rasulullah, utusan Allah, emang udah tugasnya beliau menyampaikan kebaikan. Kalo kebaikannya (dalam hal ini cara beliau berdoa) ditutup-tutupi, lha umat gimana nyontohnya? Nah, sekarang pertanyaaannya, kewajiban temen-temen kita itu mengikuti Rasul atau kita? Wah, sombong banget kalo kita berharap orang lain ngikutin kita, emangnya kita sesuci apa?

Ini bukan berarti saya melarang melantunkan doa-doa puitis itu di facebook lho, tapi perlu ekstra hati-hati aja. Khwatirnya, “jangan-jangan” di atas malah beneran kejadian, dan kita tanpa sadar telah menjadikan facebook sebagai Ilah kita.  Naudzubillah deh.

Terakhir, setiap mau update status doa, coba deh renungkan, tidak cukupkah kita menjadikan Allah sebagai saksi atas doa-doa tersebut? Kalo Khaliq (pencipta) sudah mencukupi (dan sangat mencukupi), lalu untuk apa kesaksian makhluk (ciptaan)?

“…Cukuplah Allah menjadi saksi antara aku dan kamu. DIa mengetahui apa yang di langit dan di bumi…” (Al-Ankabut: 52).
"Dialah yag mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang hak agar dimenangkan-Nya terhadap semua agama. Dan cukuplah Allah sebagai saksi" (Al-Fath: 28).
Wallahu 'alam

*Saya sendiri sebenernya rada khawatir nih, bener gak nih tulisan dibuat dengan tulus untuk mengingatkan diri sendiri dan orang lain? Jangan-jangan….ckckck

Related Posts:

  • Tenang dengan Ujian Seorang guru yang sangat saya kagumi keshalihannya sering berkata : “Beruntunglah orang-orang yang didera kesempitan, karena dengan kesempitan itu akan didatangkan kelapangan bagi mereka, dihapuskan dosa-dosanya, dan dinaikk… Read More
  • Buat Yang Mau Studi Di Luar Negeri Belakangan ini saya memperhatikan animo mahasiswa untuk melanjutkan studinya di luar negeri semakin meninggi. Wajar sih, karena peluangnya memang semakin terbuka lebar. Beasiswa yang pemerintah tawarkan untuk st… Read More
  • Proses Pendewasaan Setiap fase kehidupan memiliki batas-batasnya. Sebelum beralih ke fase yang lain, manusia wajib melewati batas tersebut. Di tiap tapal batasnya, berlaku ujian dari setiap pelajaran yang sudah diperoleh selama manusi… Read More
  • Kesenangan yang Menipu Banyak mahasiswa menganggap skripsi sebagai momok. Hal itu tidak saya pungkiri karena saya adalah salah satunya. Dulu saya sempat stres waktu mengerjakan skripsi. Permasalahan dengan dosen pembimbing, urusan pribadi yang jug… Read More
  • Ketika Belanda Berbicara Indonesia Saya tersentil. Telinga saya yang “made in Indonesia” ini tersentil selepas mengikuti kursus Bahasa Belanda tadi malam. Sentilan itu membuat kegundahan di hati saya dan saya merasa perlu mengatarsiskannya di tulisan ini. … Read More

0 comments:

Post a Comment