Nak, tahukah kamu, di saat ibumu
mengandungmu, ayah tidak ada di sampingnya. Sendirian dia lalui fase-fase
sulit. Ibumu sering bercerita tentang keluhan-keluhannya. Tentang muntah,
begah, lelah, sulit tidur, rusuk sakit, dan keluhan lain yang mungkin tidak
sempat diutarakan.
Mendengar itu semua sebenarnya
ayah tidak tega. Ingin rasanya segera pulang menemui ibumu. Walaupun hal itu
belum tentu dapat menghilangkan keluhannya, tapi setidaknya ayah bisa hadir
membersamai ibumu melalui fase-fase sulit itu.
Tetapi sayangnya jarak yang
memisahkan ayah dan ibumu bukan hanya sepelemparan batu, melainkan ribuan
kilometer jauhnya. Harus melalui padang gurun hingga bentangan samudra yang
luas. Kami memang sedang menjalani episode yang disebut LDR oleh anak muda.
Kami pun tidak mau seperti ini, tapi takdir menggiring kami untuk melalui
episode ini. Pada saatnya episode ini berakhir, Insya Allah kita dapat
berkumpul bersama.
(sumber: bisnis.com) |
Pada akhirnya Nak, ayah hanya
bisa mendengar curahan hati ibumu. Menghiburnya melalui kata. Memanjakannya lewat
canda. Dan membersamainya dengan doa. Pinta ayah: semoga kamu dan ibumu selalu
dalam lindungan-Nya.
Nak, tahukah kamu, ibumu itu
seorang petarung. Dia bertarung menyelesaikan segala urusannya sendiri. Entah
itu urusan kontrol kehamilan, kontrakan, bahkan pindahan. Di saat ibu-ibu lain
ditemani suaminya untuk kontrol kehamilan, ibumu tidak. Ketika ibu-ibu lain
dibersamai suaminya mencari kontrakan, ibumu tidak. Hebatnya lagi,
urusan-urusan itu dikerjakannya tanpa mengeluh. Memang tangguh sekali ibumu.
Ayah jadi tidak sabar untuk melihat bagaimana tangguhnya anak-anak yang
dilahirkan olehnya.
Tetapi Nak, ketangguhanmu harus
selalu kau selimuti dengan iman karena tanpa iman tangguhmu akan menyengsarakan
orang lain. Musa dan Fir’aun sama-sama tangguh, tapi berbeda dalam pemanfaatannya.
Fir’aun menggunakan ketangguhannya untuk mendzholimi, sedangkan Musa untuk
melawan kedzholiman itu. Dua-duanya abadi dan dikenang dalam peradaban manusia,
tapi dengan martabat yang berbeda.
Kembali ke ibumu, pesan ayah: jangan
kamu menyusahkan ibumu. Dia sudah sangat kepayahan mengandungmu. Jangan kau
buat dia payah lagi karena perangaimu. Bahagiakan dia dengan akhlakmu yang
indah. Mungkin itu sebaik-baik balasan.
*Tulisan di atas adalah contoh surat
seorang bapak kepada anaknya.
Note: saya belum punya anak
#Asrama 27 Mahasiswa KSU
0 comments:
Post a Comment