October 31, 2018

Berani Gagal Itu Baik

Sebagai makhluk yang dinamis, manusia tentu selalu memiliki harapan untuk berkembang. Peningkatan dalam karir, prestasi, materi, serta hubungan lazim menjadi resolusi banyak orang. Akan tetapi keberanian beresolusi ternyata tidak selalu berbanding lurus dengan upaya nyata dalam mewujudkannya. Banyak orang fasih dalam beresolusi tapi tergagap dalam aplikasi. Masalahnya kadang bukan karena ketidakmampuan, tapi karena rasa takut yang begitu hiperbolis. Ketakutan yang saya maksud adalah takut untuk gagal. 
Ilustrasi Berani Gagal (sumber : thenextscoop.com)

Hal ini sangat alamiah dan dapat dipahami. Sebagai makhluk yang disebut Freud selalu mencari kesenangan dan menghindari kepahitan (seek of pleasure and avoid of pain), maka kegagalan sangat tidak selaras dengan pleasure principle manusia. Kegagalan dapat membuat jiwa manusia merana dan itu berkorelasi positif dengan tingkat harapan. Semakin tinggi harapan seseorang akan sesuatu, akan semakin nelangsa pula jiwanya jika dia gagal. Atas dasar ini manusia jadi takut untuk mencoba.

Barangkali mereka lupa bahwa kehidupan ini adalah akumulasi dari kegagalan. Kita bisa berjalan dan berlari setelah terjatuh sekian kali ketika bayi. Seandainya jatuh membuat kita putus asa, mungkin selamanya kita tidak akan bisa berjalan. Cahaya lampu yang benderang dapat kita nikmati setelah beribu kegagalan eksperimen Thomas Edison. Jika gagal membuatnya menyerah, kita tidak tau kapan manusia bisa hidup dalam gemerlap cahaya. 

Akan tetapi tidak semua kegagalan memiliki efek yang sama. Ada gagal yang berefek (saya menyebutnya gagal positif), ada pula gagal yang tidak berefek (gagal negatif). Gagal positif terjadi manakala seseorang menyadari betul kegagalannya. Artinya, dia telah mempersiapkan segala sesuatunya untuk sukses, tapi takdir yang tertulis untuknya ternyata gagal. Kegagalan jenis ini akan membuat orang sangat memaknai kegagalannya.

Sebaliknya, gagal negatif terjadi ketika seseorang memang tidak niat untuk melakukan sesuatu, kemudian gagal. Contohnya iseng-iseng ikut lomba. Kalau gagal, pasti dia tidak terlalu meresapi kegagalannya karena memang hanya iseng belaka. Beda dengan orang yang memang tiap hari latihan untuk menghadapi lomba tersebut, kegagalan menjuarai lomba akan meresap di jiwanya. 

Penyikapan yang baik dari gagal positif akan membuat jiwa tumbuh dan berkembang. Butuh waktu memang, tetapi kesabaran dalam menghadapinya akan membuat daya juang dan daya lenting jiwa terakselerasi. Tidak peduli berapa kali gagal, kamu akan bangkit untuk merebut kesuksesanmu. Sebagaimana pepatah Jepang yang berkata, fall seven times, stand up eight

Jadi, jangan takut gagal karena berani gagal itu baik. 

#Jelang Musim Dingin
 #Asrama Mahasiswa King Saud University

0 comments:

Post a Comment