Sebagai makhluk yang dinamis,
manusia tentu selalu memiliki harapan untuk berkembang. Peningkatan dalam
karir, prestasi, materi, serta hubungan lazim menjadi resolusi banyak orang.
Akan tetapi keberanian beresolusi ternyata tidak selalu berbanding lurus dengan
upaya nyata dalam mewujudkannya. Banyak orang fasih dalam beresolusi tapi
tergagap dalam aplikasi. Masalahnya kadang bukan karena ketidakmampuan, tapi
karena rasa takut yang begitu hiperbolis. Ketakutan yang saya maksud adalah
takut untuk gagal.
Ilustrasi Berani Gagal (sumber : thenextscoop.com) |
Hal ini sangat alamiah dan dapat
dipahami. Sebagai makhluk yang disebut Freud selalu mencari kesenangan dan
menghindari kepahitan (seek of pleasure and avoid of pain), maka
kegagalan sangat tidak selaras dengan pleasure principle manusia.
Kegagalan dapat membuat jiwa manusia merana dan itu berkorelasi positif dengan
tingkat harapan. Semakin tinggi harapan seseorang akan sesuatu, akan semakin
nelangsa pula jiwanya jika dia gagal. Atas dasar ini manusia jadi takut untuk
mencoba.
Barangkali mereka lupa bahwa
kehidupan ini adalah akumulasi dari kegagalan. Kita bisa berjalan dan berlari setelah
terjatuh sekian kali ketika bayi. Seandainya jatuh membuat kita putus asa,
mungkin selamanya kita tidak akan bisa berjalan. Cahaya lampu yang benderang
dapat kita nikmati setelah beribu kegagalan eksperimen Thomas Edison. Jika
gagal membuatnya menyerah, kita tidak tau kapan manusia bisa hidup dalam
gemerlap cahaya.
Akan tetapi tidak semua kegagalan
memiliki efek yang sama. Ada gagal yang berefek (saya menyebutnya gagal positif),
ada pula gagal yang tidak berefek (gagal negatif). Gagal positif terjadi
manakala seseorang menyadari betul kegagalannya. Artinya, dia telah
mempersiapkan segala sesuatunya untuk sukses, tapi takdir yang tertulis
untuknya ternyata gagal. Kegagalan jenis ini akan membuat orang sangat
memaknai kegagalannya.
Sebaliknya, gagal negatif terjadi
ketika seseorang memang tidak niat untuk melakukan sesuatu, kemudian gagal.
Contohnya iseng-iseng ikut lomba. Kalau gagal, pasti dia tidak terlalu meresapi
kegagalannya karena memang hanya iseng belaka. Beda dengan orang yang memang tiap
hari latihan untuk menghadapi lomba tersebut, kegagalan menjuarai lomba akan
meresap di jiwanya.
Penyikapan yang baik dari gagal
positif akan membuat jiwa tumbuh dan berkembang. Butuh waktu memang, tetapi
kesabaran dalam menghadapinya akan membuat daya juang dan daya lenting jiwa
terakselerasi. Tidak peduli berapa kali gagal, kamu akan bangkit untuk merebut
kesuksesanmu. Sebagaimana pepatah Jepang yang berkata, fall seven times,
stand up eight.
Jadi, jangan takut gagal karena berani gagal itu baik.
#Jelang Musim Dingin
#Asrama Mahasiswa King Saud University
#Jelang Musim Dingin
#Asrama Mahasiswa King Saud University
0 comments:
Post a Comment