Saya sedang butuh hiburan. Ya, diri saya yang “terlalu lama menghabiskan waktu untuk belajar” ini sangat sedang butuh hiburan. Bukan berupa permainan atau jalan-jalan, tapi hiburan seperti penyemangat atau kata-kata bijak bahwa apa yang saya lakukan ini benar adanya. Yaitu sudah berada di jalan yang lurus, sirotol mustaqim. Pasalnya saya merasa terlalu lama menghabiskan waktu di bangku pendidikan. Total 23 tahun. Alamak!
Debut saya di pendidikan formal dimulai ketika Paul Pogba baru saja lepas dari ASI ibunya (sesuai anjuran bidan). Hingga kini 23 tahun setelahnya, ketika dia sudah mejuarai Piala Dunia, saya masih saja setia dengan kursi sekolah. Untung Pogba tidak mengikuti jejak saya. Kalau iya, mungkin timnas Perancis sudah keok di babak penyisihan.
Status “mahasiswa abadi” yang melekat di diri saya kadang cukup mengusik. Dengan status tersebut seolah-olah saya belum menjadi manusia dewasa seutuhnya. Yaitu manusia yang berdaya dengan bekerja. Manusia yang jelas karya dan manfaatnya. Kalau masih berstatus mahasiswa, rasanya masih nanggung. Karya belum jelas, manfaat pun sangat terbatas.
Kadang saya iri juga kepada teman-teman yang sudah berkarya di dunia kerja. Menurut saya, mereka yang sudah bekerja lebih bisa merencanakan hidupnya dengan jelas. Mau beli tanah, bangun rumah, beli kendaraan, atau mau umroh/haji bisa dipertimbangkan dengan pemasukan perbulan. Kalau masih berstatus mahasiswa yang mengandalkan beasiswa, rencana hidup rasanya masih fleksibel. Terlalu fleksibel malah, sehingga terasa percuma juga untuk direncanakan, haha.
Akan tetapi di sisi lain saya juga berusaha menghibur diri dengan merenungkan hikmah dari perjalanan panjang ini. Iya betul saya sangat lama mengenyam pendidikan formal, tapi apakah ada jaminan bahwa kalau tidak di jalur pendidikan, saya akan tetap berada di jalur kebaikan dalam rentang waktu 23 tahun itu? Mengapa saya tidak bersyukur karena sebagian besar waktu saya dihabiskan untuk kebaikan (menuntut ilmu) di saat yang lain mungkin justru terjerumus dalam jahat dan maksiat?
Lagipula, meskipun berstatus mahasiswa, bukankah saya telah menyelesaikan berbagai misi hidup yang mungkin belum bisa dilakukan, bahkan oleh mereka yang sudah bekerja? Di usia yang belum mencapai 30 tahun, saya sudah menyelesaikan S2, sudah umroh, haji, menikah, jalan-jalan ke luar negeri – lintas negara dan benua. Saya berpikir, kalau masih mahasiswa saja sudah bisa melakukan semua itu, lalu bagaimana nanti kalau sudah bekerja? Insya Allah akan ada banyak kebaikan lagi yang akan didapatkan, hehe.
Yah, namanya juga sedang menghibur diri. Hak saya dong kalau mau berandai-andai. Apalagi saya sekarang lagi di Mekkah, salah satu tempat paling mustajab. Mending bicara yang baik-baik, ya kan?
#Mekkah Al-Mukarromah
#Menantikan Jamaah Haji
0 comments:
Post a Comment