Ramadhan di Mekkah mungkin
menjadi puncak safari Ramadhan saya selama ini.
Benar-benar pengalaman yang tak
ternilai. Kesempatan saya merasakan bulan Ramadhan di tanah suci Mekkah adalah
pengalaman monumental. Tak pernah terbayangkan sebelumnya. Alhamdulillah saya
melewati puasa hari pertama sampai hari kelima di sana. Merasakan khusyuknya puasa,
semaraknya ifthar (berbuka), serta khidmatnya sholat tarawih bersama
jutaan jamaah di Masjid Al-Haram. Meski hanya lima hari, tapi benar-benar
syahdu.
Saya memang sengaja merencanakan kegiatan itu sebelum
pulang ke tanah air. Kalau melihat jadwal libur, sebenarnya libur kuliah sudah
dimulai sejak sebelum Ramadhan*, tapi saya pikir kapan lagi mendapat kesemptan merasakan
I’tikaf di Haram? Tahun depan saya belum tentu masih ada di Saudi. Selain
itu, kemarin saya juga sempat ada masalah visa dan baru kelar menjelang
Ramadhan. Jadi sayang sekali rasanya melewatkan Ramadhan di Haram yang sudah
ada di pelupuk mata.
Saya berangkat ke Haram bersama
teman-teman pada malam pertama Ramadhan (tarawih pertama). Jadi otomatis saya
tidak dapat tarawih pertama di Haram. Sebisa-bisanya saya usahakan tarawih di
bis. Kami baru tiba di Mekkah sekitar pukul 6 pagi dan langsung melaksanakan
umrah. Tahukah kamu bahwa pahala umrah Ramadhan setara dengan haji? :)
Teman-teman saya umumnya hanya
membawa perlengkapan sedikit karena mereka hanya menetap dua hari di Haram (mereka
mau pulang ke Indonesia dua hari setelahnya). Jadi tas mereka bisa dititipkan
di penitipan barang. Adapun barang bawaan saya lumayan banyak karena rencananya
akan menetap selama seminggu. Agak berat rasanya kalau dititipkan di loker
karena lumayan mahal. Untungnya saya punya kenalan TKI yang kontrakannya dekat
dengan Haram. Jadi saya bisa menitipkan tas saya di kontrakan dia.
Puasa di Haram, meski secara
zahir terlihat berat, tapi nyatanya sangat dapat dinikmati. Bagaimana tidak
berat lha wong kita puasa di bawah suhu 47 derajat Celcius dengan durasi
puasa mencapai 15 jam? Tapi karena suasana di Haram sangat kondusif, hal itu
jadi tidak terlalu terasa. Semua mengalir begitu saja. Tau-tau ashar, tau-tau buka
puasa, tau-tau tarawih, tau-tau selesai tarawih, tau-tau sahur, dan seterusnya.
Geliat semarak Ramadhan di Haram
biasanya dimulai ba’da ashar. Saat itu orang-orang sudah mulai mempersiapkan
takjil. Satu jam menjelang berbuka, halaman Masjidil Haram sudah full
dengan jamaah yang berburu ifthar. Di saat-saat seperti ini, fastabiqul
khairat (berlomba-lomba dalam kebaikan) para jamaah sangat jelas terlihat.
Mereka umumnya memiliki makanan untuk dibagi ke jamaah lain. Jadi rasanya
mustahil jika ada orang yang tidak kebagian ifthar. Sangat-sangat
mustahil.
Oya, sebenarnya kita bisa memilih
mau berbuka di dalam Masjid atau di halamannya. Menu berbuka di halaman masjid
biasanya lebih banyak dan bervariasi, sedangkan di dalam masjid biasanya
terbatas karena ada askar (penjaga) yang melarang orang membawa terlalu banyak
barang, jadi jumlah muhsinin tidak sebanyak di area luar. Menu umum yang
biasa dijumpai di Haram (baik di dalam maupun luar masjid) biasanya adalah
kurma, zam-zam, kopi, teh, laban (yoghurt), roti, jus, dan buah.
Setelah berbuka dan sholat
Maghrib, jamaah bersiap untuk melaksanakan sholat Isya dan tarawih. Kegiatan
yang biasanya dilakukan sambal menunggu datangnya waktu Isya adalah tilawah,
meski ada juga yang memilih kegiatan lain seperti berbelanja atau cari makan
berat. Jadwal sholat Isya di Haram dimundurkan sampai setengah jam. Kalau
dilihat di jadwal sholat, semestinya Isya sudah masuk pukul 20.30, tapi adzan
baru berkumandang pukul 21.00. Saya juga tidak paham apa alasannya.
Selesai Isya, jamaah langsung
melaksanakan tarawih. Satu hal yang perlu diperhatikan jika kamu ingin tarawih
di Haram adalah, pastikan kamu tidak sholat di tempat tawaf. Karena askar akan
mengusir kamu secara paksa jika kamu ngeyel. Saya dan teman-teman pada
malam kedua Ramadhan sebenarnya sudah mendapatkan posisi yang sangat yahud bin
ideal, di depan Ka’bah. Tapi sayangnya posisi itu hanya bertahan sampai selesai
sholat Isya karena setelah Isya kami disuruh ke bagian belakang (di luar lokasi
tawaf) untuk sholat tarawih.
Menariknya, dalam hal ini (pembubaran
jamaah) askar tidak memberikan toleransi sama sekali. Biasanya, jika
membubarkan jamaah yang sholat tidak pada tempatnya, askar akan menunggu sampai
jamaah selesai sholatnya, tapi pada pelaksanaan tarawih ini mereka memaksa dan
mendorong jamaah untuk pindah ke lokasi lain selain lokasi tawaf tanpa menunggu
selesainya sholat. Jadi jamaah dipaksa membatalkan sholatnya. Lucunya, saat itu
saya sudah terlanjur sholat di lokasi tawaf bersama jamaah lain. Ketika tarawih
sudah masuk satu rakaat, datang askar untuk membubarkan kami. Seorang askar
sudah memegang saya dan bersiap mendorong, tapi kemudian ada seorang syaikh
(penjaga Haram juga) yang memakai misylah (gamis beserta jubah hitamnya) mengomando
askar itu, “Sudah, tidak apa-apa, mereka sudah dapat satu rakaat.
Dibubarkannya nanti saja setelah selesai salam”. Akhirnya selamat lah kami
dari relokasi paksa si askar, wkwk.
Jumlah rakaat sholat tarawih di Haramain (Masjidil Haram dan Masjid Nabawi) adalah sebanyak 23 rakaat. Selain di dua tempat itu, hampir semua masjid di Saudi melaksanakan tarawih 11 rakaat. Di Masjidil Haram, biasanya sholat tarawih dilaksanakan selama dua jam, dimulai sekitar pukul 21.15 dan berakhir pukul 23.15. Tidak perlu ditanya bagaimana kualitas bacaan imam-imamnya. Duh, subhanallah banget deh. Bacaan yang biasanya cuma kita dengar lewat murattal mp3, saat itu hadir langsung memanjakan telinga kita. Sehingga dua jam pelaksanaan tarawih rasanya mengalir begitu saja.
Jumlah rakaat sholat tarawih di Haramain (Masjidil Haram dan Masjid Nabawi) adalah sebanyak 23 rakaat. Selain di dua tempat itu, hampir semua masjid di Saudi melaksanakan tarawih 11 rakaat. Di Masjidil Haram, biasanya sholat tarawih dilaksanakan selama dua jam, dimulai sekitar pukul 21.15 dan berakhir pukul 23.15. Tidak perlu ditanya bagaimana kualitas bacaan imam-imamnya. Duh, subhanallah banget deh. Bacaan yang biasanya cuma kita dengar lewat murattal mp3, saat itu hadir langsung memanjakan telinga kita. Sehingga dua jam pelaksanaan tarawih rasanya mengalir begitu saja.
Satu hal penting yang saya catat
dari para imam di Haram adalah tentang “profesionalitas” mereka. Begini, sudah
menjadi rahasia umum bahwa pelaksanaan shalat jamaah, apalagi qiyamul lail,
selalu mengundang syahdu. Tidak jarang para imam menangis ketika membaca
surat-surat Al-Qur’an, terlebih imam Masjidil Haram. Nah, yang saya kagumi dari
para imam Haram adalah, meskipun tidak jarang mereka menangis, tapi mereka mampu
mengontrol tangis dan emosi mereka sehingga tidak berlarut-larut. Sekedarnya saja.
Dan hebatnya lagi, mereka mampu menjaga bacaan mereka tetap baik sesuai dengan
tajwidnya meski membaca sambal menangis. Hal berbeda sering saya dapati di
Indonesia. Imam di masjid-masjid Indonesia sering kali tidak mampu mengontrol
emosi dan tangis mereka sehingga larut dalam tangisnya. Saya tidak mengatakan
hal itu sebagai suatu keburukan, tapi menurut saya itu sangat berbahaya. Bahaya
jika ternyata kita justru lebih menikmati tangis kita daripada mengingat pesan
dari ayat tersebut. Allahua’lam.
Selesai tarawih, sebagian besar
orang keluar untuk mencari makan atau kembali ke hotel. Oya, qiiyamul lail di
Haram baru dilaksanakan mulai malam ke 16 (kata teman saya). Jadi pada malam
kesatu sampai ke lima belas, tidak ada kegiatan lagi selepas tarawih. Kegiatan
berjamaah baru dimulai lagi ketika masuk waktu subuh.
Well, i’tikaf di Haram
adalah sesuatu yang sangat spesial. Kalau ada kesempatan, jangan sampai
disia-siakan. Beberapa catatan yang harus diperhatikan untuk I’tikaf di Haram
diantaranya adalah:
- Sebisa mungkin kerjakan sholat di dalam area masjid, bukan di halaman depan karena sangat tidak kondusif, banyak orang lalu lalang
- Jangan sholat tarawih di area tawaf kalau tidak mau diusir paksa oleh askar
- Jangan membawa barang berlebih ke area dalam masjid (bisa dilarang masuk)
- Kalau mau ikut buka bersama atau cari ifthar, usahakan datang paling telat satu jam sebelum berbuka agar dapat tempat yang kondusif
- Kalau mau menginap, usahakan bawa sajadah/sarung/ihram untuk dijadikan selimut karena di dalam cukup dingin
* note : seharusnya libur kuliah
dimulai di pertengahan Ramadhan, tapi kemudian Raja Salman memajukan jadwal
ujian di seluruh lembaga pendidikan sampai sebelum Ramadhan.
#Home Sweet Home, Indonesia
0 comments:
Post a Comment