Syaikh Ibnu Qudamah dalam kitabnya Minhajul Qasidin menuliskan adab-adab yang berkaitan dengan sholat Jum’at. Ada sebelas adab yang beliau paparkan, diantaranya adalah:
- Mempersiapkan diri sejak hari Kamis dengan membersihkan pakaian dan hal-hal yang berkaitan dengannya. Mengingat zuhudnya orang-orang salih terdahulu, biasanya mereka tidak punya pakaian yang banyak, maka Syaikh Ibnu Qudamah mengingatkan agar pakaian itu telah dibersihkan sejak hari Kamis supaya bisa dipakai di hari Jum’at.
- Mandi pada hari Jum’at sebagaimana telah tertulis dalam kitab Bukhari dan Muslim. Dan sebaik-baiknya mandi Jum’at adalah ketika dilaksanakan sesaat sebelum berangkat ke masjid agar badan masih bersih dan segar.
- Menghiasi badan dengan pakaian-pakaian yang bersih, memotong kuku, bersiwak, memakai wangi-wangian serta memakai pakaian terbaik sebagaimana yang telah dicontohkan Rasululllah.
- Bergegas atau bersegera ke masjid dengan berjalan kaki. Dan selayaknya kita berjalan kaki dengan tenang dan khusyuk serta meniatkan diri untuk i’tikaf di masjid sampai waktu pelaksanaan sholat Jum’at benar-benar datang.
- Jangan melangkahi leher atau pundak jamaah lain demi mendapat tempat di depan dan tidak boleh memisahkan dua jamaah yang duduk berdekatan agar dirinya mendapatkan shaf, kecuali memang ada ruang yang cukup diantara dua jamaah itu.
- Tidak boleh berjalan di depan orang yang sedang sholat.
- Hendaknya kita mencari shaf yang paling awal, kecuali ada kemungkaran atau keburukan jika kita duduk di shaf itu. Syaikh Ibnu Qudamah tidak menerangkan apa yang dimaksud kemungkaran di sini. Kalau melihat situasi di zaman sekarang, rasanya tidak ada kemungkaran atau keburukan yang dimaksud, tapi bisa jadi di zaman dahulu kondisinya berbeda.
- Menyudahi sholat dan zikir ketika imam telah naik mimbar, lalu menjawab adzan serta mendengarkan khutbah dengan khusyuk.
- Sholat sunnah setelah sholat Jum’at sesuai dengan jumlah raka’at yang dikehendaki. BIsa dua, empat, atau enam raka’at.
- Berdiam diri di masjid sampai tiba waktu sholat Ashar. Dan apabila dia berdiam diri sampai waktu Maghrib, maka hal itu lebih afdhol mengingat keutamaan hari Jum’at dibandingkan dengan hari-hari lainnya.
- Hendaknya kita menghadirkan hati kita sepenuhnya pada hari Jum’at dan senantiasa berdzikir kepada Allah.
Perlu diketahui, kata seorang
ustadz kitab Minhajul Qasidin ini adalah versi “bersih” dari kitab Ihya
Ulumuddin karya Imam Ghazali. Artinya, kitab ini berusaha memaparkan metode
tazkiyatun nafs dengan dalil-dalil yang lebih shahih, mengingat banyak
ulama yang mempermasalahkan hadits-hadits dalam kitab Ihya Ulumuddin.
Walau belum membaca sampai
tuntas, saya merasa kitab Minhajul Qasidin ini kurang mengena untuk tazkiyatun
nafs. Saya justru sangat penasaran dengan isi kitab Ihya Ulumuddin. Karena
rasa penasaran itulah, akhirnya pada pameran buku Riyadh International Book
Fair kemarin saya membeli kitab tersebut. Total ada lima jilid dan masing-masing
jilid terdiri dari 500 an halaman lebih. Hal-hal seputar nafs dan qalb
banyak dibahas di jilid ketiga. Saya baru baca beberapa halaman saja. Semoga dapat
diambil manfaatnya.
#Asrama Mahasiswa KSU – Riyadh
0 comments:
Post a Comment