Karena begitulah iman. Kadang kau
tak mengerti manifestasinya. Ketika kau baca firman-Nya, tiba-tiba kau terdiam.
Tak kuasa kau melanjutkan bersebab air yang menggenang di pelupuk mata. Mungkin
itu terjadi karena kau maknai isinya. Tapi lebih sering lagi kau tak paham kandungannya.
Air mata itu jatuh begitu saja. Mengalir membasahi pipi.
Karena begitulah iman. Di lain
waktu, kau bahkan tidak membaca. Hanya mendengar lantunan murottal dari para masyaikh
Timur Tengah. Tidak jarang pula para penghafal dalam negeri yang kau simak. Dan
kau juga menangis. Dadamu bergemuruh. Pundakmu berguncang. Andai Al-Qur’an itu
berwujud makhluk, sudah erat pelukmu padanya sebagai ekspresi cinta.
Karena begitulah iman. Luapan
manisnya kadang tak masuk pikiran. Bahkan senandung adzan bisa membuatmu sesenggukan.
Melalui bait-baitnya kau sadar betapa Agungnya Rabb-mu. Betapa indahnya agamamu.
Seruan itu tidak hanya membuatmu selalu sadar akan waktu, tapi juga menjagamu
dari ketertenggalaman rutinitas duniawi. Mengistirahatkanmu dengan aktivitas ukhrawi.
Sehingga tak kau lewati hari kecuali dengan kebaikan.
Karena begitulah iman. Perwujudannya
suka datang tak terduga. Saat kau bersedekap, menghadapkan wajahmu pada-Nya, tiba-tiba
saja kau menangis. Kau rasakan betapa manisnya ibadah ini. Belum lagi ketika
kau pertemukan keningmu dengan bumi seraya berbisik kepada-Nya. Subhana
robbiyal a’la wabihamdih. Kau tergugu. Menangis tersedu. Kau akui betapa
rendah dan hinanya dirimu di hadapan-Nya.
Karena begitulah iman. Ada saat
dimana kau tak suka dengan hiruk pikuk. Suatu masa dimana kau hindari
keramaian. Kau lebih memilih menyendiri, berkhalwat dengan Rabb-mu. Menghabiskan
beberapa waktu bersama-Nya. Entah dengan tafakur, munajat, tilawah, dzikir,
atau sekedar ingin berduaan dengan-Nya. Dan itu membuatmu tenang.
Karena begitulah iman. Dengan
rasanya yang manis itu, kau menjadi pecandu. Begitu takut dirimu akan
kehilangannya. Begitu khawatir dirimu ditinggalkannya. Maka lekas-lekas kau pinta,
supaya ianya tetap terhimpun dalam dada. Ratapmu dalam doa, Rabbana laa
tuzig qulubana… Dan kau ulang larik doa itu berkala.
Karena begitulah iman. Takkan
bisa dipahami oleh mereka yang kufur. Mustahil dimengerti oleh mereka yang
ingkar. Karena ianya memang tidak untuk dilogika. Ini perkara rasa. Ikatan
batin yang terajut antara dirimu dengan Rabb semesta.
Walau tak terjangkau oleh indera,
tapi begitu dahsyat mengguncang hati. Karena begitulah iman.
#Asrama Mahasiswa KSU
0 comments:
Post a Comment