Entah bagaimana harus
mensyukurinya. Kesempatan untuk kuliah di Saudi itu datang tepat ketika saya
telah menyelesaikan S2 saya di tanah air. Kalau saja lebih cepat setahun, mungkin
saya tidak akan berangkat karena di tanah air pun saya sedang terikat program
beasiswa. Kalau saja lebih lambat setahun, mungkin juga tidak berangkat karena akan
terikat kontrak kerja. Allah yang mengatur semuanya. Dia lah sebaik-baik
Perencana.
Entah bagaimana harus
mensyukurinya. Melalui mekanisme Allah yang rumit, saya memiliki tabungan yang
jumlahnya sangat pas. Pas untuk mengurus visa dan pas pula untuk persiapan
berangkat. Sehingga saya tidak perlu merepotkan orang lain. Meskipun ada juga
bantuan dari kerabat dekat yang memberi dengan ikhlas. Allah Tahu jumlah yang
saya butuhkan. Allah Paham nominal yang saya perlukan.
Entah bagaimana harus
mensyukurinya. Ketika sudah sampai di Saudi, bahasa pengantar di jurusan saya
ternyata berbahasa Arab. Sedangkan saya hampir tidak bisa berbahasa Arab. Lalu
bagaimana mungkin saya bisa diterima? Terlebih setelah saya lihat berkas-berkas
ketika saya dulu mengajukan beasiswa ini, saya ternyata tidak menyertakan
ijazah, hanya surat keterangan bahwa saya akan segera lulus. Mengapa mereka
menerima saya? Wallahu’alam. Dialah Allah Yang Maha Kuasa.
Entah bagaimana harus
mensyukurinya. Karena saya tidak bisa berbahasa Arab, saya diminta untuk
mengikuti kelas bahasa terlebih dahulu di Ma’had Lughoh. Dari peraturan yang
ada, usia maksimal mahasiswa yang boleh belajar di Ma’had Lughoh adalah 25
tahun, sedangkan usia saya saat itu sudah lebih dari 25 tahun. Akan tetapi,
karena kasus saya adalah kasus yang “luar biasa”, maka akhirnya saya
diperbolehkan belajar di Ma’had. Segala puji bagi Allah.
Entah bagaimana harus
mensyukurinya. Jumlah asrama mahasiswa di universitas ini lebih dari 30, tapi
saya ditempatkan di asrama yang paling strategis. Dekat dengan restoran. Tidak
jauh dengan masjid jami’. Yang lebih dahsyat dari itu, asrama saya banyak dihuni
oleh mereka, para mahasiswa S2-S3 dari Indonesia, yang sholih dan luar biasa. Mereka
adalah para assatidz dengan spesialisasinya masing-masing. Ada ahli tafsir,
ahli hadits, ahli fiqih, ahli aqidah, bahkan ahli lughoh. Dan yang membuat saya
berkaca-kaca, tidak sedikit dari mereka yang hafal al-Qur’an 30 juz. Bersanad
pula. Masya Allah…
Entah bagaimana harus
mensyukurinya. Dengan kuliah di Saudi dan satu asrama dengan para assatidz, kesempatan
untuk memperdalam ilmu agama terbuka lebar. Peluang untuk menghafal dan memahami
al-Qur’an semakin mudah. Tinggal bagaimana saya-nya, cakap atau tidak dalam memanfaatkan
peluang-peluang ini?
Rabb, semoga Engkau karuniakan
kepada hamba semangat untuk menuntut ilmu yang tiada pernah padam.
رب أوزعني أن أشكر نعمتك التي أنعمت علي
وعلى والدي وأن أعمل صالحا ترضاه وأدخلني برحمتك في عبادك الصالحين
"Ya Tuhanku, berilah
aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan
kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakku dan untuk mengerjakan amal shaleh
yang Engkau ridai; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu
yang shaleh" (An-Naml (27) : 19)
Asrama 27, kamar 301
Assalamualaikum mas Eden Fazard,
ReplyDeletePerkenalkan Nama Saya Muhammad Nur Syafaat, saat ini saya bekerja sbg PNS di Kementerian kelautan dan perikanan sebagai peneliti. Pertama-tama saya ingin mengucapkan selamat atas keberhasilan antum kuliah di KSU, bagaimanapun kuliah di Arab Saudi adalah dambaan pemuda muslimin di seluruh dunia, jadi sgt pantas bagi kita untuk mensyukurinya. Terima kasih telah berbagi cerita di atas sangat inspiratif dan menambah semangat saya untuk kuliah di KSU. Oh..iya mas Eden saat ini sy juga sedang mengajukan apply ke KSU (masih proses), bisa tidak sy minta email mas Eden untuk bisa komunikasi lebih lanjut. Syukron.