January 20, 2014

Berantas Korupsi Dari Rumah

Entah mengapa sejak zaman reformasi dimulai, pejabat tinggi negara seperti memiliki hobi baru. Satu persatu dari mereka bergantian menyayat hati rakyat dengan perilaku amoralnya. Dan perilaku amoral paling berbahaya sekaligus paling sering dilakukan adalah korupsi. Hampir semua elemen petinggi negara pernah tersangkut kasus korupsi. Terakhir, pada Rabu malam (02/10) kita dipaksa menghela nafas panjang tatkala mendengar berita bahwa ketua Mahkamah Konstitusi (MK), Akil Mochtar, ditangkap KPK.
Sumber : rmolsumut.com

Berita itu benar-benar menghentak bumi Indonesia. Kita tidak menyangka, lembaga yang sejatinya menjadi benteng terakhir penegakan keadilan, justru diketuai oleh seorang hakim bermental korup. Bukan hanya mencoreng wajah MK sebagai lembaga peradilan, perisitwa ini juga membuat luka di hati rakyat semakin menganga hingga rakyat semakin skeptis dan bertanya, masih mungkinkah korupsi diberantas jika pelaku penegak keadilan pun bermental korup?

Sikap skeptis yang muncul dalam diri rakyat memang wajar adanya karena dari ke hari rakyat disuguhkan “drama” tingkat tinggi pemberantasan korupsi yang seolah tak berkesudahan. Semakin diberantas, korupsi bukannya semakin hilang, tapi justru semakin subur berkembang.

Menurut hemat penulis hal itu adalah kewajaran, karena selama ini rakyat terlalu bergantung kepada KPK. Padahal, peran KPK hanya memberantas, sedangkan upaya pencegahan sepenuhnya bergantung kepada rakyat itu sendiri.

Seperti kata Bibit Samad Riyanto, korupsi di Indonesia ibarat gunung es; yang berada di atas permukaan laut hanyalah tindak pidana korupsinya, sedangkan akar masalahnya berada di bawah permukaan air laut. Jadi, seberapapun gunung es di atas permukaan air laut diterabas, tetap akan muncul gunung es baru selama gunung es yang berada di bawah permukaan air laut belum diterabas.

Perilaku korup merupakan manifestasi dari mental yang tidak sehat. Dan agen terdekat pembina mental individu adalah keluarga. Sedari kecil, orangtua sudah semestinya memberikan pendidikan karakter untuk anak-anak demi kemajuan perkembangan kepribadian mereka. Pemupukan karakter yang baik sejak dini akan mempermudah pembentukan sifat dan sikap baik anak.

Peran sekolah, masyarakat, dan negara sesungguhnya hanyalah sebagai pelengkap, sedangkan peran sentral pembentukan karakter anak harus tetap dipegang keluarga. Seberapapun institusi pendidikan aktif dalam mengampanyekan pendidikan karakter, jika tidak ditindaklanjuti dalam keluarga, maka hal itu hanya akan menjadi kesiaan belaka karena walau bagaimanapun keluarga adalah tempat dimana anak banyak menghabiskan waktunya.

Dengan pendidikan karakter kepada anak sedini mungkin, kita berharap ke depannya korupsi benar-benar bisa diberantas sampai ke akarnya sebelum korupsi memberantas rakyat dalam nestapa.

#ditulis 04 Oktober 2013. Dikirim ke Kedaulatan Rakyat, tapi tidak dimuat, wkwk

0 comments:

Post a Comment