January 22, 2013

Aktivis untuk Diri Sendiri



Bagi kaum muslimin, melaksanakan sholat berjamaah di masjid adalah suatu kewajiban. Ada begitu banyak dalil yang menerangkan tentang hal tersebut. Meski bukan kapasitas saya untuk menjelaskan dalil-dalil tersebut secara rinci satu persatu, tapi izinkan saya mengutip salah satu dalilnya. Salah satu dalil tentang imbauan untuk sholat berjamaah di masjid datang dari lisan Rasulullah yang mulia sebagai berikut:

“Aku pernah berniat memerintahkan shalat agar didirikan kemudian akan kuperintahkan salah seorang untuk mengimami shalat, lalu aku bersama beberapa orang sambil membawa beberapa ikat kayu bakar mendatangi orang-orang yang tidak hadir dalam shalat berjama'ah, dan aku akan bakar rumah-rumah mereka itu.”  (Muttafaq 'alaih)

Dari hadist di atas, kita bisa tahu bagaimana pentingnya sholat berjamaah di masjid. Rasulullah yang terkenal sabar dan lemah lembut pun sampai mengancam dengan ancaman yang sangat keras kepada mereka yang tidak mau melaksanakannya.

Bertolak dari hukum wajibnya melaksanakan sholat berjamaah di masjid itu, saya memiliki panduan tersendiri untuk menghadapi berbagai jenis manusia. Dalam perspektif saya, orang yang istiqomah melaksanakan sholat lima waktu secara berjamaah di masjid lebih saya hargai dan percaya daripada mereka yang tidak. Saya tidak peduli orang tersebut siapa, bertitel apa, dan berprofesi sebagai apa, selama dia melaksanakan sholat lima waktu secara berjamaah di masjid, saya akan respek kepadanya.

Begitu juga sebaliknya, selama seseorang berani meninggalkan sholat lima waktu secara berjamaah di masjid  tanpa ada udzur yang syar’i, saya akan kehilangan respek kepadanya. Sekalipun dia adalah seorang presiden.

Jujur saya heran dengan fenomena yang sering saya temui. Banyak orang yang katanya menjadi aktivis islam dan berjuang untuk agama islam, tapi tidak mau menjadi aktivis dan berjuang bagi diri mereka sendiri. Mereka lupa bahwa sholat adalah amalan pertama yang nanti akan dihisab di akhirat dan amalan ini statusnya adalah fardu ‘ain. Artinya, setiap individu memiliki tanggung jawab sendiri-sendiri. Yang membela diri mereka di hari itu tidak lain adalah amalan mereka sendiri. Siapapun yang menyepelekan sholat berjamaah, berarti ia sudah siap untuk disepelekan di akhirat nanti.

Kepada para aktivis islam yang berani menyepelekan kewajiban sholat berjamaah di masjid, tingkat kepercayaan saya sangatlah rendah. Lebih rendah daripada orang biasa yang melakukannya (menyepelekan kewajiban sholat berjamaah di masjid). Perkataan mereka sering saya anggap sebagai omong kosong.

#Pojok kamar, wisma Pakdhe

Related Posts:

  • Kesenangan yang Menipu Banyak mahasiswa menganggap skripsi sebagai momok. Hal itu tidak saya pungkiri karena saya adalah salah satunya. Dulu saya sempat stres waktu mengerjakan skripsi. Permasalahan dengan dosen pembimbing, urusan pribadi yang jug… Read More
  • Tenang dengan Ujian Seorang guru yang sangat saya kagumi keshalihannya sering berkata : “Beruntunglah orang-orang yang didera kesempitan, karena dengan kesempitan itu akan didatangkan kelapangan bagi mereka, dihapuskan dosa-dosanya, dan dinaikk… Read More
  • Berani Gagal Itu Baik Sebagai makhluk yang dinamis, manusia tentu selalu memiliki harapan untuk berkembang. Peningkatan dalam karir, prestasi, materi, serta hubungan lazim menjadi resolusi banyak orang. Akan tetapi keberanian beresolusi ternyata … Read More
  • Proses Pendewasaan Setiap fase kehidupan memiliki batas-batasnya. Sebelum beralih ke fase yang lain, manusia wajib melewati batas tersebut. Di tiap tapal batasnya, berlaku ujian dari setiap pelajaran yang sudah diperoleh selama manusi… Read More
  • Ketika Belanda Berbicara Indonesia Saya tersentil. Telinga saya yang “made in Indonesia” ini tersentil selepas mengikuti kursus Bahasa Belanda tadi malam. Sentilan itu membuat kegundahan di hati saya dan saya merasa perlu mengatarsiskannya di tulisan ini. … Read More

0 comments:

Post a Comment