October 14, 2008

Gengsi

Sudah sejak lama gengsi menjadi suatu stimulus yang kadang membawa energi positif dan kadang pula negatif, walaupun pada kenyataannya energi negatif lebih sering muncul bersamaan gengsi ini. Seseorang bisa menjadi sangat termotivasi hanya karena masalah gengsi. Melakukan sesuatu yang di luar dugaan dan bahkan belum pernah dicoba sebelumnya hanya karena gengsi. Gengsi adalah pelecut semangat paling mutakhir yang dimilki setiap individu. Siapa yang tidak memiliki gengsi? Tiap2 individu memilikinya, tapi kadar kepekatannya tentu saja berbeda. Sebelum membahas lebih lanjut tentang gengsi, mari kita definisikan dahulu kata gengsi ini.

Dalam kamus B.Indonesia yang aku punya, kata gengsi tidak ditemukan di dalamnya. Lalu kenapa kata ‘gengsi’ bisa muncul dalam kehidupan kita? Ah, dunia memang sudah semakin dinistakan dengan ego. Baiklah, tidak ada salahnya kalau kita mendefinisikan sendiri kata gengsi tersebut, toh tiap orang boleh berpendapat. Gengsi adalah suatu perasaan dimana individu merasa dapat melakukan sesuatu yang lebih baik daripada individu lain. Pendek kata, seseorang yang terjangkit virus gengsi akut, merasa dirinya lebih unggul daripada individu lain. Sebenarnya, perasaan semacam ini sudah dimiliki tiap2 individu, tapi masih dalam bentuk bibit. Jadi, tiap orang punya potensi untuk berlaku gengsi, walaupun dengan porsi yang berbeda. Ada orang yang gengsi tidak mau naik kendaraan umum. Ada yang gengsi karena masalah nilai kuliah yang diperolehnya. Ada pula yang gengsi karena jabatan dalam suatu lembaga/organisasi.
Seperti yang sudah dijelaskan di awal, gengsi kadang membawa energi positif dan kadang pula negatif. Seseorang yang mengeluarkan potensi gengsinya karena masalah nilai yang lebih rendah daripada orang lain bisa dikatakan gengsi tersebut membawa energi positif, karena dia akan berusaha untuk memperbaiki nilai dan mengejar ketertinggalannya tersebut. Tapi masalahnya, apakah dia berusaha mengejar ketertinggalannya itu dengan belajar sungguh2? Atau justru dengan mencontek sungguh2? Gengsi memang bisa membawa energi positif, tapi dampaknya lebih cenderung ke negatif. Sebuah pertarungan yang dilandasi dengan atribut gengsi tidak akan menghasilkan apa2 selain kehampaan. Apa yang didapat setelah memenangkan pertarungan? Tidak lain hanyalah gengsi itu sendiri. Lalu, mau diapakan gengsi itu? Ditukar dengan beras? Dibuatkan sebuah monumen? Orang yang bertarung dengan embel2 gengsi cenderung menghalalkan segala cara untuk memenangkan pertarungan tersebut (apalagi jika ia melihat seterunya itu sudah selangkah lebih maju daripada dirinya). Hal itu adalah sebuah kewajaran karena orang2 yang mengagungkan gengsi lebih mudah panik dan kepanikan itu akan menurunkan rasio dan akal sehat seseorang sampai ke lelvel minus sehingga ia akan melakukan apapun untuk mengejar ketertinggalannya.

Sepositif2nya enegi yang dibawa oleh gengsi, pasti akan ada efek negatifnya juga. Tidak baik kita bertarung atas nama gengsi. Bertarunglah secara natural, maksudnya adalah bertarung dengan tidak bermaksud mempermalukan. Dengan pertarungan natural, kita akan tahu sejauh mana kemampuan yang kita miliki, lalu bersama2 mengembangkan kemampuan itu untuk memajukan bukan hanya diri kita, tapi juga orang2 di sekitar kita.

0 comments:

Post a Comment