Sungguh Jogja benar-benar bikin
iri. Di 10 hari terakhir Ramadhan, masjid-masjid di kota itu memanjakan para
jama’ah yang ingin i’tikaf dengan fasilitas-fasilitas yang menarik. Mulai dari
kajian, hidangan berbuka, hidangan sahur, qiyamul lail, tahsin, dan fasilitas
lainnya. Intinya, mereka yang ingin ibadah/mencari lailatul qodar di 10 hari
terakhir Ramadhan difasilitasi dengan baik. Walaupun kebanyakan program i’tikaf
itu berbayar, tapi bagi saya tidak masalah selama para jama’ah dipedulikan.
Berbeda sekali dengan kota tempat
tinggal saya, Tangerang Selatan. Yah, saya memang belum survey ke semua masjid
yang ada di sini sih, tapi sejauh yang saya tau agak sulit untuk menemukan
masjid yang menawarkan fasilitas i’tikaf seperti di Jogja. Jangankan
memfasilitasi i’tikaf seperti menyediakan makan sahur, mau masuk masjid untuk i’tikafnya
saja sulit, seperti yang saya alami sekarang.
Saat ini saya sedang i’tikaf di
masjid Universitas Terbuka. Seorang diri. Well, ini malam kedua saya i’tikaf di
masjid UT. Kemarin malam saya juga i’tikaf di sini. Bedanya, kemarin malam saya
dapat tempat di dalam ruang utama masjid, kalau sekarang saya di luar ruangan
(selasar) karena pintu masjid sudah ditutup. Ah, miris banget. Masjid bagus
kayak gini tapi gak semarak.
Kemarin malam saya dapat di ruang
utama karena pas kemarin saya datang, takmirnya belum pulang. Jadi saya bisa
minta izin dulu kepada takmir. Kalau sekarang, yah karena kesalahan saya juga
yang baru datang jam 22.00, sehingga takmirnya sudah pulang dan pintu masjid
sudah dikunci. Saya sudah mencoba menghubungi satpam yang berjaga dan minta
dibukakan pintunya karena sejatinya saya pun sudah izin kepada takmir, tapi
dengan alasan mereka tidak punya kuncinya, maka mau tidak mau saya harus i’tikaf
di luar.
Sebenarnya saya agak curiga sih
dengan para satpam karena kemarin saya lihat mereka juga buka kunci pintu
masjid berulang kali untuk berpatroli. Artinya, mereka sebenarnya memegang
kunci masjid. Well, tapi saya juga tidak bisa menyalahkan satpam karena memang
sudah tugas dia untuk menjaga keamanan. Kalau tidak ada perintah untuk membuka
kunci, ya memang seharusnya mereka tidak membuka kunci.
Tapi itu bukan menjadi perhatian
utama saya. Yang saya sayangkan adalah mengapa masjid-masjid di Tangsel jarang
membentuk panitia untuk kegiatan i’tikaf, padahal ini adalah salah satu ibadah
yang paling utama di bulan Ramadhan. Kalau di Jogja dan Bandung, kegiatan i’tikaf
10 hari terakhir Ramadhan tampak sangat semarak. Kapan ya Tangsel bisa seperti
dua kota itu?
Ditemani nyamuk-nyamuk genit yang
suka cocol-cocol kulit
#Masjid Baitul Ulum Universitas
Terbuka
0 comments:
Post a Comment