Pelaksanaan ibadah haji semakin
dekat. Hajatan tahunan ini membuat kota Mekkah tiba-tiba saja bertambah populasinya
sekitar 2,5 juta orang dalam waktu singkat. Dengan kondisi seperti itu, bukan
hanya Masjidil Haram saja, yang menjadi pusat ibadah umat Islam, yang padat.
Tetapi masjid sekitar pemondokan para jamaah haji juga dibanjiri penduduk
musiman ini. Terlihat di sebagian besar masjid, jamaah yang menunaikan ibadah sholat
lima waktu pasti meluber sampai ke halaman.
Kondisi seperti ini membuat setiap
orang harus legowo berhimpit-himpitan. Sekat-sekat kenegaraan, apalagi
kedaerahan, harus benar-benar dilepaskan demi memberikan kesempatan yang sama
bagi jamaah lain, baik dari negara sendiri maupun negara luar, untuk beribadah.
Ah, saya teringat momen Jumatan
sekitar tiga pekan yang lalu. Saat itu saya masih punya kesempatan sholat Jumat
di Masjidil Haram sebelum tugas sebagai Panitia Penyelenggara Ibadah Haji
(PPIH) benar-benar menyibukkan saya. Saat itu saya datang cukup awal
sebenarnya, sekitar jam sepuluh, tapi kondisi Haram sudah sangat penuh oleh
jamaah. Tempat-tempat strategis yang biasanya saya datangi, sudah penuh terisi
jamaah. Mau tidak mau, saya harus mencari tempat lain. Setelah berkeliling,
akhirnya ketemulah saya dengan tempat yang cukup kondusif.
Seiring waktu, ketika waktu adzan
semakin dekat, ujug-ujug datanglah seorang bapak yang sudah cukup tua. Dari
penampilan dan ID-nya, terlihat bahwa beliau berasal dari Turki. Tanpa permisi
dan basa-basi, tiba-tiba beliau duduk persis di depan saya, yaitu di tempat
sujud saya (bukan shof depan). Sejujurnya respon awal saya ketika melihat hal
itu adalah jengkel. Masa dia yang baru datang dengan seenaknya membajak tempat
saya yang sudah datang sejak beberapa jam yang lalu? Tapi kemudian saya
memaklumi, mengingat kondisi fisiknya yang sudah lemah, pasti sulit bagi beliau
untuk berkeliling mencari tempat lagi.
Di saat itu pula saya teringat
dengan potongan ayat 11 dari surat Al-Mujadilah yang berbunyi:
يا أيها الذين آمنوا إذا قيل لكم تفسحوا في المجالس
فافسحوا يفسح الله لكم
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, apabila
dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majelis", maka
lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu.”
Ah ya, Allah berjanji memberikan
kelapangan bagi orang yang melapangkan. Dan apa yang harus kita risaukan kalau
yang berjanji adalah Allah, Dzat yang tidak pernah menyelisihi janji? Kita
(maksudnya saya) sering terjebak pada nafsu diri untuk mendapatkan kenyamanan
dalam beribadah. Kalau menuruti nafsu, sebenarnya saya risih berhimpit-himpitan
seperti itu. Saya ingin punya satu tempat khusus dimana saya bisa duduk bersila
sehingga bisa beribadah dengan nyaman. Tapi bisa jadi itu adalah tipu daya
setan agar kita tidak melaksanakan perintah untuk berlapang-lapang.
Berlapang-lapang itu mungkin
terasa menyempitkan di awal, tapi anehnya setiap kali memulai sholat jamaah
dengan posisi badan yang saling berhimpit, selalu saja menjadi lebih longgar
ketika berdiri pada rokaat kedua. Ini sering kali saya rasakan. Yah, bisa jadi
itulah bentuk sederhana pelunasan janji Allah kepada kita untuk memberikan
kelapangan. Dan kelapangan di Surga semoga menjadi sebaik-baik balasan Allah
bagi kita karena memberikan kelapangan untuk saudara kita.
#Mekkah Al-Mukarromah
0 comments:
Post a Comment