March 10, 2017

Akhwat Spesial



Dia itu akhwat spesial. Selalu bisa menundukkan saya. Kalau biasanya saya selalu menolak menyentuh lawan jenis, tapi kepadanya saya tidak pernah bisa menolak. Tidak pernah sekalipun saya acuhkan uluran tangannya untuk bersalaman. Bahkan bukan hanya itu, saya juga tidak kuasa menahan tangannya mengusap-usap wajah saya. Suatu hal yang sangat tidak mungkin dilakukan oleh akhwat biasa. Hanya dia yang bisa membuat saya terpaku, tidak melawan, seperti itu. 

Dia juga menjadi satu-satunya akhwat yang paling sering menelepon saya. Herannya saya tidak pernah menolak ditelepon olehnya. Meski durasi obrolan kami di telepon cukup lama, tapi saya tidak pernah bosan ngobrol dengannya. Bahkan tidak jarang saya duluan yang meneleponnya. Dan dia juga dengan senang hati menerima telepon saya.

Bersamanya, apapun saya bicarakan. Senang maupun sedih. Suka maupun duka. Seolah tidak ada batas malu atau sungkan. Bisa jadi dialah akhwat yang paling tau segala permasalahan saya. Paling mengerti saat-saat senang maupun sedih saya. Dan di waktu yang sama dia juga merasakan senang dan sedih itu bersama saya. Benar-benar psikolog sejati!

Saya juga tidak pernah menolak mengantarnya jika dia ada keperluan. Kalau biasanya saya “pagari” jok belakang motor saya dari para akhwat, tapi khusus untuk dia “pagar” itu selalu saya buka. Kapanpun dia butuh, saya selalu siap sedia. Jangan dikira saya meminta bayaran! Tidak! Semua service itu gratis saya berikan tanpa pamrih darinya. Melihatnya senang sudah merupakan bayaran tak ternilai bagi saya.

Kalau saya berpergian ke kota lain, dia tidak pernah absen mengantar saya ke terminal atau bandara. Pada waktu-waktu seperti itu, dia biasanya membuatkan saya makanan untuk bekal di perjalanan. Meski sederhana, tapi persembahan darinya ini selalu terasa spesial karena saya tau ada kasih di dalamnya.

Ilustrasi Ibu (sumber : images6.fanpop.com)
Kalau ditanya apakah saya cinta kepadanya, saya tidak bisa bohong. Ya, saya sangat cinta, tapi tidak mungkin bagi saya untuk menikahinya karena akhwat yang saya maksud adalah ibu saya sendiri.

Miss you mom, deeply.

#Asrama Mahasiswa KSU

Related Posts:

  • A Treasure from Old MMC Beberapa hari yang lalu, saya iseng membuka file MMC dari hp saya sewaktu SMA.  Entah kenapa tiba-tiba saya teringat dengan MMC ini. File di MMC ini sudah lama sekali tidak dibuka, mungkin lebih dari empat tahun. Ke… Read More
  • For My Beloved Mom: The Last “Present” from My Mom For the first time after has been living alone for more than 3 years in Yogyakarta, I feel so difficult to leave my hometown, South Tangerang. It is too easy for me to get homesick when I am in Yogyakarta. I miss my father, … Read More
  • Ketika Wanita Mulia Diabaikan Miris. Benar-benar miris saya melihatnya. Seorang tetangga kos “mengabaikan” ibu dan adik kecil yang sedang mengunjunginya. Dia meninggalkan ibu dan adiknya berdua di kamar dan lebih memilih mengobrol dengan tetangga kos yan… Read More
  • Akad Pertama Sabtu, 23 Februari 2013, sepupu saya, Dian (23 tahun), menikah dengan seorang gadis pilihannya yang usianya masih relatif muda (sekitar 20 tahun). Pertama kali mendengar beritanya dari encing (bibi) saya (bahwa Dian akan men… Read More
  • Dosen Plus-plus Ketika umi sakit, saya sering berdiskusi (boleh juga dibilang curhat) kepada salah seorang dosen psikologi, namanya Ibu Indati. Saya menjadikan beliau sebagai teman diskusi karena beliau juga dulunya pernah mengalami penyaki… Read More

0 comments:

Post a Comment