October 1, 2009

'Benar' (yang semakin) Permissif


-->
Teman, saat ini aku bingung bagaimana caranya meyakinkan diriku bahwa aku masih tinggal di Indonesia. Betapa nilai2 luhur kehidupan telah bergeser begitu jauhnya, hingga membuatku sangsi bahwa aku masih berdiri di bumi Indonesia. Aku merasakan “kebenaran” kini semakin permisif saja, hingga sulit membedakan mana yang benar dan mana yang batil. Banyak kebatilan yang kini telah dibenarkan, dan tidak sedikit kebenaran yang telah dibatilkan. Benar dan batil hampir tidak ada jarak teman.

Kamu tau MBA? Bukan, bukan Master ….., MBA yang ini adalah Married by Accident, gelar yang semakna dengan hamil di luar nikah. Apa pandanganmu tentang MBA ini? Ah, aku yakin jawaban teoritismu pasti mengatakan hal itu salah, dan aku yakin “moral development” mu juga mengatakan hal yang serupa. Akan tetapi, apa yang kini bisa kita lakukan dengan fenomena yang semakin sering terjadi di masyarakat kita ini? Perkara ini semakin dianggap remeh teman, padahal perbuatan itu adalah perbuatan zina. Aku yakin kamu lebih tau hukum dan dosa bagi para pezina.

Belum lagi masalah prostitusi yang kini seperti barang dagangan. Pelacuran kini layaknya transaksi jual-beli tempe teman, tidak ada rasa malu dari para pelakunya. Jangankan malu, mungkin mereka justru bangga ketika mereka dengan santainya berdiri di pinggir jalan untuk mencari “konsumen”. Aduh teman, padahal menatap dengan syahwat saja sudah merupakan perbuatan zina yang dilakukan oleh mata.

Lain hal lagi dengan urusan privasi. Orang seperti sudah tidak memiliki rahasia lagi ketika hampir semua hal dibicarakan di infotainment. Dari urusan cerai-menceraikan sampai urusan perawatan tubuh, semua dibicarakan. Gibah (membicarakan orang) seperti obat sakit perut yang harus dikonsumsi 3x sehari. Padahal kita tinggal di Indonesia teman, negara yang katanya menjunjung tinggi sopan santun dalam berprilaku. Aku ingat dulu ketika tetanggaku mati2an menjaga rahasia ketika ia suka dengan gadis yang masih satu kampung. Kenapa dia mati2an menjaga rahasianya? Karena dia malu. Sekarang, orang2 malah bangga ketika berbicara di tv bahwa ia baru saja “jadian” atau putus dengan pacarnya (istighfar mode : on).

Teman, mau dibawa kemana negara ini? Orang2 banyak yg bilang bahwa Indonesia semakin mendekati kejayaan. Pertanyaanku, jaya dalam hal apa? Apa yang mau di jual bangsa ini untuk menyusul China dan India yang sudah lebih dulu maju? Cukupkah membawa negara ini maju dengan hanya melontarkan prediksi2? Bukan bermaksud pesimis, tapi tidak bosankah kamu dengan buaian mimpi2 seperti ini?
Teman, ingin rasanya aku berbagi lebih banyak tentang fakta yg aku dapatkan di lapangan, tapi aku takut kamu akan bosan, hingga tulisan ini terlihat seperti tinjauan teoritis saja. Padahal, aku hanya ingin berbagi kegelisahan. Kegelisahan yg tidak kuat ku konsumsi sendiri, hingga kutularkan padamu. Aku dan kamu sama2 memegang amanah teman. Sebuah mega project untuk menghentak dunia.

Marilah kawan,
Mari kita kabarkan
Di tangan kita,
Tergenggam arah bangsa
(buruh tani)

1 comment:

  1. keresahan yang luar biasa!

    apa yang kemudian saya pikirkan?

    Orang - orang dengan keresahan seperti ini banyak sebenarnya. Tapi, keadaan mereka seperti buih di laut: banyak tapi tiada bermanfaat.

    Begitu pula dengan individu - individu yang tercerai berai kendati memiliki keresahan yang sama. Bagaikan daun - daun yang berserakan saja.

    Persoalan ini wajib kita selesaikan. Itu amanah kekhalifahan yang disandang manusia. Itu qoulan tsaqiila. Dan penyelesaiannya tidak bisa tidak tanpa usaha kolektif : JAMA'AH.

    ReplyDelete