August 10, 2009

Kajian Perilaku Agresi dari Dua Perspektif Teori

Perilaku agresi berdasarkan teori belajar sosial menyatakan bahwa perilaku ageresi terjadi karena individu menangkap, mencerna, dan melakukan modelling terhadap perilaku sosial, dalam hal ini agresi. Kehidupan sosial yang sangat luas memberikan kesempatan bagi individu untuk mengeksplorasi berbagai bentuk perilaku. Elemen yang paling berpengaruh dalam kehidupan sosial adalah media massa, terutama media elektronik. Media massa sangat mudah mempengaruhi perilaku individu karena media massa hadir setiap hari di tengah-tengah individu. Sayangnya, berita yang disampaikan kini lebih cenderung mengarah ke bentuk negatif, karena isi dari berita itu banyak mengandung kekerasan seperti pemukulan, penganiayaan, pemerkosaan, serta pembunuhan. Belum lagi tayangan-tayangan televisi yang sekarang justru lebih banyak menayangkan acara-acara yang berbau kekerasan, yang banyak dijumpai di sinetron-sinetron dan film. Sepertinya tayangan-tayangan seperti itu sudah menjadi suatu kewajaran dan tidak mengherankan lagi. Dari acara-acara tersebut, individu banyak menangkap nilai-nilai yang salah, sehingga terjadilah perilaku agresi di masyarakat. Karena perilaku agresi sudah dianggap sebagai suatu bentuk kewajaran, masyarakat secara umum jarang memedulikan masalah ini.

Jika dipandang dari teori kognitif, perilaku agresi dapat terjadi karena pemrosesan informasi yang masuk sebagai input seringkali mengalami pengabaian. Nilai-nilai atau isi atau pesan yang bernilai positif yang seharusnya diterima individu terabaikan karena adanya sesuatu yang lebih menarik di luar itu, dalam konteks ini adalah perilaku agresi. Individu yang menyaksikan sebuah perilaku agresi lebih mudah menerima tampilan luarnya (pemukulan, penyiksaan, dan atau perilaku agresi lainnya), daripada mengambil nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Hala itu memang wajar terjadi, karena pemrosesan visual lebih cepat dilakukan daripada pemrosesan informasi lainnya. Karena seringnya individu memroses informasi-informasi visual seperti itu, maka terbentuklah pandangan yang tidak lagi negatif terhadap perilaku agresi, sehingga bukan tidak mungkin individu itu sendiri yang kini justru melakukan perilaku agresi tersebut.

Jika teori-teori tersebut dihubungkan, maka terlihat jelas adanya jembatan yang menghubungkannya. Teori belajar sosial tidak mungkin dapat terjadi tanpa adanya pemrosesan informasi (teori kognitif) dari proses belajar tersebut, sehingga dapat saya katakan bahwa kedua teori itu berkorelasi

Related Posts:

  • Psikologi Pelaku Hoaks Pesatnya perkembangan teknologi berdampak masif yang mau tidak mau dinikmati oleh dua kubu, yaitu kubu baik dan kubu jahat. Bagi pelaku kebaikan, digitalisasi informasi telah membantu mereka menyebarkan pesan positif, hara… Read More
  • Melankolia TKW Indonesia Berikut tulisan saya yang diterbitkan di thecolumnist.id Riyadh baru beranjak malam saat saya tiba di bandara King Khalid satu bulan lalu. Di depan saya ada puluhan wanita yang sedang antri melewati pintu imigrasi. S… Read More
  • Psikologi Jemaah Haji Indonesia Berikut adalah tulisan saya yang dimuat di detik.com   Kloter pertama jamaah haji Indonesia telah berangkat ke tanah suci pada Sabtu 6 Juli 2019 lalu. Pada penerbangan perdana tersebut, jamaah haji Indonesia terbagi … Read More
  • Dunia Para Perundung Berikut adalah tulisan saya yang dimuat di thecolumnist.id Terjadi lagi. Kasus bunuh diri akibat perundungan (bullying) menunjukan eskalasi yang kian mengkhawatirkan. Yang terbaru adalah kisah bocah YSS (14) yang nekat m… Read More
  • Betawi Menggugat Ibu Kota Berikut adalah tulisan saya yang terbit di thecolumnist.id Menarik membaca tulisan Pemimpin Redaksi The Columnist, Yuli Isnadi, yang terbit Jumat (04/10) lalu dengan judul ‘Ibu Kota Apa Kabar, Jadi Pindah..… Read More

0 comments:

Post a Comment