July 20, 2015

Nikmat yang Banyak


Alhamdulillah hamdan katsiron thoyyiban mubaarokan fih kamaa yuhibbu Robbuna wa yardho, wa asyhadu alla ilaha illallah wahdahu laa syarika lah wa asyhadu anna Muhammadan ‘abduhu wa rosuluh. Allahumma sholli ‘ala Nabiyyina Muhammad wa ‘ala alihi wa shohbihi ajma’in. Amma ba’du.

Sekiranya manusia mencoba menghitung nikmat Allah, maka sungguh dia tidak akan mampu menghitungnya (wa in ta’uddu ni’matallahi laa tuh suuha). Tugas kita sebenarnya sederhana saja, yaitu bersyukur, bersyukur, dan bersyukur atas samudra nikmat Allah yang tiada bertepi. Sholawat beriring salam semoga senantiasa tercurah kepada uswah hasanah kita, Rasullullah shollallahu ‘alaihi wa sallam, juga kepada para keluarga, sahabat, dan para pengikutnya hingga akhir zaman.

Tidak ada yang ingin saya tulis dalam ulasan kali ini selain syukur, syukur, dan syukur atas karunia yang saya dapatkan selama bulan Ramadhan kemarin. Sungguh, Allah memberikan nikmat yang sangat banyak dan tidak terduga kepada saya di momen Ramadhan yang baru saja berlalu. Sampai malu rasanya diri ini karena rasa-rasanya lebih banyak khianat yang saya lakukan kepada Allah daripada ketaatan. Rasa-rasanya sangat mudah hati ini berburuk sangka atas takdir yang tidak sesuai dengan “keinginan”, padahal sudah jelas Dia mengatakan bahwa apa yang kita ingini mungkin saja suatu keburukan. Sedangkan apa yang Dia takdirkan, sudah pasti kebaikan (Al-Baqarah: 216).

Pada bulan Ramadhan yang lalu, setidaknya ada tiga hal yang membuat hati saya membuncah kegirangan setelah badai yang cukup menyempitkan hati selama beberapa bulan ke belakang. Pertama, saya telah menjalani ujian tesis dan berhasil lulus dari Magister Manajemen Bencana. Pendadaran dilaksanakan pada hari Selasa, 14 Juli 2014 jam 08.00-09.00 WIB. Waktu tersebut sangat mepet dengan waktu cuti bersama Lebaran yang jatuh pada tanggal 16 Juli 2015.

Saya sendiri baru daftar sidang Rabu minggu sebelumnya, 08 Juli 2015. Sebenarnya saya sendiri sudah agak pesimis bisa mendapatkan jadwal ujian sebelum Lebaran karena waktunya yang sangat mepet. Pak Pri, pengelola MMB, pun sudah merasa keberatan jika harus mengurus ujian di hari itu karena memang waktunya sudah terlalu dekat dengan waktu libur Lebaran. Beliau bahkan mengatakan bahwa ujian mungkin baru bisa dilaksanakan setelah Lebaran.

Akan tetapi, saya kemudian melakukan negosiasi kepada Pak Pri dengan mengatakan bahwa Prof. Junun, salah satu penguji, akan pergi ke luar negeri setelah Lebaran. Akhirnya beliau mencoba menghubungi dosen-dosen penguji untuk mengagendakan ujian saya di hari Selasa. Dari ke-empat dosen yang dihubungi, yaitu Bapak Prof. Junun, Ibu Dr. Rini, Bapak Rahmat Ph,D, dan Ibu Dr. Dina, hanya Ibu Dr. Rini yang tidak bisa karena beliau sedang umrah. Pak Pri dan Ibu Dina (pembimbing saya) mengusulkan agar mengganti Ibu Rini dengan Bapak Prof. Sudibyakto. Saya awalnya agak ragu karena tentu Prof. Sudib memiliki standar yang lebih tinggi dari Bu Rini. Tapi karena target saya adalah bisa ujian sebelum Lebaran, maka saya terima saja tawaran itu.

Singkat kata, ujian telah dilewati dengan baik. Prof Sudib yang awalnya saya khawatirkan kekritisannya, saat itu alhamdulillah masih bisa saya “ikuti”. Alhamdulillah saya pun mendapatkan nilai yang sangat memuaskan dari ke-empat dosen tersebut. Lega rasanya bisa mudik setelah ujian. Beban terasa lebih ringan.

Berita kedua yang membuat hati saya bergetar adalah berita dari King Saud University (KSU). FYI, saya telah mendaftar beasiswa di KSU dua tahun lalu untuk jenjang master di jurusan Psikologi, tapi belum ada kejelasan tentang diterima atau tidaknya saya sampai Ramadhan kemarin. Nah, bulan Ramadhan kemarin alhamdulillah saya mendapatkan email dari KSU yang isinya menyatakan bahwa saya diterima di KSU untuk jenjang master di jurusan Psikologi pada periode 2015/2016. Ah, benar-benar nikmat yang tidak disangka-sangka.

Nikmat itu semakin terasa ketika saya diberitahukan bahwa saya bisa mengonversi beasiswa S2 itu menjadi S3 karena saya telah menyelesaikan S2 saya di UGM. Saya diminta untuk segera datang ke Saudi untuk bisa memastikan hal tersebut. Bagi saya pribadi, kalaupun saya harus menempuh S2 lagi, itu tidaklah mengapa karena membayangkan bisa tinggal di Saudi saja sudah sangat luar biasa. Peluang saya untuk menunaikan rukun Islam yang kelima semakin besar. Peluang untuk mendalami dan menyelami ajaran Islam juga semakin besar. Ah, nikmat apalagi yang harus saya dustakan?

Berita ketiga, ini terkait masalah hati. Tidak dapat dipungkiri bahwa momen Ramadhan kemarin benar-benar menjadi momen yang sangat penting. Saya sangat merasakan bagaimana Ramadhan “menjaga” dan mengondisikan saya (dan kaum muslimin lainnya) sehingga saya mendapatkan ketenangan hati yang tidak ternilai harganya. Kondisi yang berbeda saya rasakan sebelum Ramadhan dimana hati saya lebih sering gelisah oleh perkara-perkara yang sedang saya hadapi. Tapi ketika Ramadhan, walaupun perkaranya belum selesai, tapi alhamdulillah ketenangannya sudah saya dapatkan. Itulah yang lebih penting. Setidaknya saya dapat menghadapi permasalahan yang ada dengan hati yang lebih mantap, yakin, dan tenang.

Ramadhan kali ini memang benar-benar penuh berkah. Allah benar-benar mendatangkan rezeki dari pintu yang tidak disangka-sangka. Sejujurnya saya sendiri malu mendaptkan nikmat yang banyak ini. Malu karena saya sadar betapa sering saya khianat kepada-Nya. Semoga saya selalu bisa menjadi pribadi yang lebih baik dari hari ke hari.

#Home Sweet Home