Gayus kembali berulah.
Pengemplang pajak yang sejatinya mendekam di Rumah Tahanan Markas Komando
Brigade Mobil Kelapa Dua, Depok, Jawa Barat ini justru terlihat sedang asyik
menonton pertandingan tenis Commonwealth Bank Tournament of Champions 2010 di
Bali. Meski sempat menyangkal, tapi ia akhirnya ia mengaku juga.
Seorang tokoh psikoanalis, Sigmund Freud, pernah mengenalkan konsep
mekanisme pertahanan ego/diri (ego
defense mechanism). Menurutnya, ketika seseorang berada di bawah tekanan
kecemasan yang berlebihan, maka ia akan melakukan cara-cara yang ekstrem untuk
menghilangkan tekanan tersebut. Salah satu caranya adalah dengan melakukan
penolakan (denial), seperti yang
baru-baru ini dilakukan oleh Gayus.
Gayus yang tersangkut kasus korupsi dan berstatus tersangka itu tertangkap
kamera sedang menyaksikan pertandingan tenis di Nusa Dua Bali. Namun, pada awalnya
ia menyangkal bahwa foto yang diambil oleh salah seorang wartawan Kompas itu
adalah fotonya. Bahkan ia juga menyangkal telah keluar dari rumah tahanan dan
berobat, seperti yang diteangkan oleh Iwan Siswanto, Kepala Rutan Brimob yang
memberi izin Gayus keluar rutan. Akan tetapi setahap demi setahap akhirnya mekanisme
pertahanannya luruh juga. Gayus mengaku bahwa ia pergi ke Bali.
Pertahanan Lapis Kedua
Pengakuan Gayus bahwa ia pergi ke Bali ternyata diiringi dengan pembentukan
mekanisme pertahanan diri lapis kedua yang kali ini diwakili oleh kuasa
hukumnya, Adnan Buyung Nasution.
Berbeda dengan Gayus yang menggunakan penolakan (denial) sebagai mekanisme pertahanan dirinya, Adnan yang sempat berjanji
tidak akan membela Gayus lagi kalau ia benar-benar ke Bali, memilih menggunakan
cara rasionalisasi (rationalization),
yaitu penanganan rasa frustasi dan tekanan yang datang dengan cara
memutarbalikkan realita.
Hal itu bisa kita lihat ketika masyarakat dan media sedang ramai-ramainya
menyorot kasus Gayus, Adnan membelanya dengan mengatakan bahwa kepolisian
seharusnya juga memeriksa Susno Duadji dan Aulia Pohan yang menurutnya sering
keluar-masuk tahanan juga.
Realitanya adalah Gayus sedang menjadi sorotan karena ulahnya yang
keterlaluan. Tetapi Adnan mencoba mengalihkan dan mereduksi sorotan dengan
menyatakan bahwa Susno dan Aulia pun melakukan hal yang sama.
Tekanan Super Ego
Fenomena mekanisme pertahanan diri yang ditunjukkan oleh Gayus dan Adnan
itu terjadi karena kuatnya tekanan untuk “menjadi baik” di masyarakat (Freud menyebutnya dengan
tekanan super ego). Super ego yang berisi atuaran, norma, dan nilai-nilai yang
berlaku di masyarakat memaksa Gayus untuk menolak untuk mengakui perbuatannya
karena ia tidak ingin citra dirinya yang sudah buruk menjadi semakin buruk lagi
di mata masyarakat.
Akan tetapi biar bagaimanapun, perilaku ini adalah hal yang wajar terjadi
sebagai bentuk mekanisme pertahanan diri seseorang dan sebenarnya kita juga
tidak perlu was-was melihat mereka menggunakan beragam cara untuk membela diri
karena Freud sendiri mengelompokkan mekanisme pertahanan diri ini menjadi
delapan cara. Mereka baru menggunakan dua cara. Jadi
masih ada enam cara lagi. Kita tunggu saja apakah mereka menggunakan ke-delapan
cara tersebut atau berhenti sampai di sini.
*Ditulis di Karang Asem pada tanggal 24 November 2010