December 12, 2015

Debat Edisi Terakhir: Ilmu vs Harta


Beberapa minggu ke belakang, kuliah Bahasa Arab di hari Kamis pada jam terakhir selalu diisi dengan debat. Ini adalah inisiatif dari ustadz kami. Biasanya di jam terakhir itu, semua materi telah selesai dibahas. Makanya beliau sering kebingungan untuk mengisi jam terakhir dan debat menjadi solusi yang cukup jitu karena bisa menstimulasi mahasiswa untuk berbicara dalam Bahasa Arab, walaupun masih sering harus buka kamus, hehe.

Kamis kemarin adalah sesi debat terakhir karena pekan depan kami akan siap-siap menghadapi UAS. Untuk debat terakhir, Ustadz memberikan tema yang sangat menarik, yaitu tentang Ilmu dan Harta. Mana yang lebih penting, berilmu tapi tidak memiliki harta atau berharta tapi tidak memiliki ilmu? Kelas yang berisikan 10 mahasiswa itu dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok Ilmu dan Kelompok Harta.

Kelompok Ilmu terdiri atas lima orang, Minhaj (India), Muhammad (Turki), Latif (Cina), Fata Ly (Kamboja), dan tentu saja saya, hehe. Kami semua memiliki kemampuan speaking yang masih sangat terbatas. Sedangkan kelompok Harta diisi oleh mereka yang sudah cukup fasih berbicara Bahasa Arab. Mereka terdiri dari Oljaz (Kazakhstan), Mujib (Afganistan), Kim (Korea Selatan), dan Ibrahim (Burundi). Satu orang lagi, Sajjad (Nepal), berhalangan hadir.

Ustadz memberikan kesempatan kepada kelompok kami terlebih dahulu untuk memberikan alasan mengapa ilmu lebih penting. Beliau meminta saya untuk menyampaikan argumen pertama. Saya kemudian menjelaskan bahwa Ilmu adalah sesuatu yang tidak akan habis jika dibagikan, sedangkan harta akan habis. Penjelasan itu tentu dengan dibantu oleh Syeikh Google Translator, hehe.

Kelompok Harta kemudian diminta menanggapi argumen saya, tapi mereka malah mengajukan pertanyaan. Duh, membelokkan topik nih. Mereka bertanya begini, apa tujuan kalian bekerja setelah nanti selesai kuliah? Haha, saya sudah bisa membaca arah tujuan pertanyaannya. Alih-alih menjawab untuk memenuhi kebutuhan, saya justru menjawab: kami bekerja untuk ibadah kepada Allah, kalaupun nanti dapat uang, maka itu hanyalah efek samping dari ibadah kami.

Sepanjang debat, kelompkok Harta seringkali terdesak dan kesulitan memberikan argumen. Mereka justru lebih sering memberikan pertanyaan. Kalaupun mereka memberikan argumen, hal itu dapat dengan mudah dipatahkan. Misalnya mereka pernah memberikan argumen begini: kalaupun kami tidak punya ilmu, kami bisa mempekerjakan orang-orang berilmu, baik dokter, ulama, konsultan, insinyur, dsb untuk membantu kami. Argumen itu kami patahkan dengan mengatakan, bagaimana kalian bisa tau ahli yang baik kalau kalian tidak berilmu? Mereka justru bisa menipu kalian dan mengambil semua harta kalian karena kebodohan kalian.

Di tengah debat, bahkan salah satu anggota Kelompok Harta, yaitu Mujib (Afganistan) berubah pikiran. Menurut dia, Ilmu memang lebih penting daripada harta. Haha, lucu banget.

Sampai akhir jam kuliah, kedua kelompok sama-sama masih ngotot. Di akhir biasanya Ustadz memberikan ikhtisar mana yang lebih penting, tapi kemarin beliau cenderung mengatakan bahwa keduanya sama-sama penting, haha.

Kelas debat ini sebenarnya sangat menarik dan sangat baik untuk meningkatkan skill Bahasa Arab. Walaupun masih sangat terbatas dalam penggunaan kosakata dan sering membuka kamus, tapi justru dari situlah improvisasi Bahasa Arab bisa dimaksimalkan. Sayangnya kelas ini telah berakhir dan tidak ada jaminan akan bertemu yang seperti ini lagi di Mustawa Tsani (Level 2).

#Asrama 27, Kamar 301. Suhu mulai turun di bawah 10 derajat, bikin malas keluar